Tila dilarikan ke rumah sakit oleh Adam. Wanita itu sedang diperiksa oleh dokter sementara Adam sendiri menunggu di luar. Tidak peduli dengan pakaiannya yang basah kuyup, Adam tetap berdiri teguh di depan ruangan di mana Tila dirawat.
Tidak berselang lama, dokter melangkah keluar dari pintu rawat Tila dan menjelaskan jika kondisi Tila sudah mulai membaik. Hal tersebut membuat Adam diam-diam menghela napas lega mendengarnya.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih." Adam kemudian melangkah masuk untuk melihat kondisi Tila yang masih tak sadarkan diri.
Adam menatap sekujur tubuh Tila dan men-scanning untuk melihat apakah ada luka atau tidak. Adam tertegun ketika melihat cakaran di kulit lengan Tila yang Adam duga jika itu adalah bekas cakaran Eddel.
Sambil menghela napas, Adam mendudukkan dirinya di kursi yang terletak di samping tempat tidur.
Tak berselang lama pintu ruang rawat Tila diketuk dan muncul sosok Sopian yang membawa tas berisi pakaian Adam.
"Pak, ini pakaian bapak yang tertinggal di mobil. Bapak bisa ganti pakaian dulu."
Adam memang selalu membawa pakaian ganti yang ia letakkan di mobil bagian belakang. Mungkin karena terkadang Adam selalu bepergian dan menyimpan sendiri pakaiannya di dalam mobil.
"Terima kasih. Kamu bisa pulang ke rumah. Nanti kalau saya akan pulang, saya akan menghubungi kamu."
Adam mengambil tas tersebut kemudian masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaian basah yang ia kenakan. Setelah itu Adam kembali keluar dan menyerahkan pakaian basah pada Sopian yang ternyata masih menunggunya di luar.
"Kalau begitu saya permisi, Pak." Sopian mengangguk singkat kemudian berlalu pergi dari kamar tempat dimana Tila dirawat.
Adam menarik napasnya kuat. Sepertinya hubungannya dengan Tila akan diam ditempat jika ia tidak memulainya lebih awal. Adam tidak ingin selama pernikahannya selalu ada permusuhan di antara mereka. Tidak mungkin seumur hidupnya Adam akan tinggal satu atap dengan Tila dalam kondisi seperti ini.
Adam menatap wajah Tila lekat. Semakin dewasa usia mereka, bentuk wajah akan semakin berubah. Tila memang demikian. Wajah kekanakan dan imutnya menghilang dengan wajah wanita dewasa. Namun, kecantikan wanita itu tidak pernah pudar. Bibir mungil, hidung sedikit mancung, dengan alis tertata rapi adalah bentuk dari kesempurnaan wajah yang dimiliki oleh Tila.
Dulu, ia jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada sosok ini. Namun, karena sosok ini pula ia jatuh dalam kesakitan yang tidak berujung. Kekecewaan dan kemarahan dalam diri Adam terus bersemayam dalam dirinya akan sosok perempuan yang dulu ia gilai dan cintai. Namun, cintanya membuat ia kesakitan. Membuat rasa cinta dan gila Adam berubah menjadi kebencian total. Kebencian yang teramat sangat.
Tanpa sadar Adam mulai memejamkan mata dan tertidur setelahnya dengan posisi kepala bersandar pada tempat tidur Tila.
Adam tersentak mendengar suara sedikit berbisik di dekatnya. Pria itu menegakkan tubuhnya terasa kaku dan linu kemudian beralih menatap suster dan dokter yang tengah memeriksa kondisi Tila.
Adam melihat mata Tila sudah terbuka dan tengah mendengarkan apa yang dikatakan oleh dokter. Sementara dirinya sendiri tetap duduk di kursi tanpa bergeser sedikitpun.
Dokter menyadari Adam sudah terbangun. Dokter pria tersebut tersenyum menyapa Adam.
"Isri bapak sudah membaik. Mungkin sore ini ibu Tila sudah diperbolehkan untuk pulang," katanya pada Adam."Terima kasih kalau begitu." Adam menggangguk sebagai tanggapan. Setelah itu dokter dan suster kembali keluar meninggalkan Adam serta Tila dalam kecanggungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA JODOH
RomantizmSinopsis Tilia January menanam kebencian yang teramat sangat pada keluarga Adam yang juga merupakan mantan kekasihnya, dulu. Tila, sapaan akrabnya tidak pernah menyangka jika ia akan kembali dipertemukan dalam sebuah acara perjodohan yang diciptakan...