Baru mau digulung, layar ponsel Mingmei menampilkan notifikasi pesan baru. Dari Wei. Mingmei begitu saja menggesernya, tetapi Ling yang menemukan pesan tersebut tak tinggal diam.
"Kak Mei, ponselku mana? Nenek sepertinya mengirim pesan padaku."
Namun, setelah dicek, ternyata tidak ada pesan baru dari Wei di ponsel Ling. Kontan sang peragawati memicing, mencurigai sang manajer. Pesan apa yang hanya Wei kirim pada Mingmei dan tidak padanya?
Mingmei baru mau membuka WeChat, tetapi jempolnya berhenti karena Ling masih melongok pada layar ponsel pribadinya. Segera Mingmei memiringkan ponsel—dan Ling mengejar dengan memiringkan badan. Leher jenjangnya sangat membantu misinya.
"Ling, menjauhlah!" ujar Mingmei, menggulung dengan cepat untuk mencari nama Wei di antara pesan tak terbaca. "Nanti akan kutunjukkan kalau sudah ketemu chat-nya."
"Kakak perempuan macam apa yang main rahasia-rahasiaan dengan adiknya?" Ling menggelendot manja. Mingmei mendorong kepalanya dengan satu tangan.
"Aku bukan kakak perempuanmu, ya," balas Mingmei, pura-pura tak kenal. "Nih, pesan Xiao Wei."
[Xiao Wei: Aku mungkin pulang terlambat hari ini. Titip sampaikan Ling.]
"Apa-apaan—" Merasa dilangkahi sebagai kakak karena sang adik tidak melapor langsung padanya, Ling merebut ponsel Mingmei dan mengetikkan balasan cepat: 'ada apa?'. Mingmei melotot.
"Hei! Kembalikan!"
Sayang sekali, tinggi badan seseorang sebanding dengan panjang lengannya. Mingmei tak dapat meraih ponselnya yang diulurkan jauh oleh Ling. Sang peragawati meleletkan lidah dan mata Mingmei seperti mau melompat dari soketnya. "Zhang Ling!"
Baru setelah tingkah mereka jadi pusat perhatian orang-orang di studio, Ling mengembalikan ponsel Mingmei. Tepat setelah gawai itu mendarat kembali di tangan pemiliknya, balasan dari Wei tiba. Kali ini, baik Mingmei dan Ling sama-sama terbelalak; Mingmei merasakan bahaya mendekat, sedangkan Ling menjelma menjadi sumber bahaya tersebut.
[Xiao Wei: Aku mengantar Si Cebol yang kambuh ke rumah sakit. Jangan beritahu Ling!!!]
Jelaslah bagi Ling dan Mingmei mengapa Wei tidak mengirim pesan ke kakaknya. Satu, Ling berpotensi tidak konsentrasi karena itu. Dua, Ling bisa saja melaporkan hal ini pada Xiang dan mempengaruhi keseluruhan pemotretan. Namun, bahkan setelah berhasil menerka alasan Wei, Ling memutuskan tetap jadi biang masalah.
"Feng Tian sakit apa? Tanyakan, Kak!" bisik Ling genting, tetapi manajernya malah menyembunyikan ponsel.
"Nanti kutanyakan, kau fokus saja dengan wawancara dan. Jangan. Bilang. Feng Xiang!" Mingmei menekankan setiap kata dalam desisannya, tidak ragu lagi menunjuk Ling di hidung.
"Hanya jika kau menanyakan sekarang!" balas Ling. "Apa susahnya mengetik sedikit?"
"Karena kalau tahu jawabannya, kau akan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin Huo's Proposal ✅
ChickLitBerkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer berminat pada kecantikannya, mereka harus bekerja sesuai kecepatannya. Karena itu, ia tidak pernah menjalin kontrak dengan perusahaan besar...