"Feng Xiang, ketemu di rooftop ...."
... adalah kata-kata terakhir Ling sebelum terlelap.
Karena dipunggungi, Xiang harus melongok untuk memastikan Ling betulan tidur. Ia tersenyum begitu yakin sang istri sudah berlayar ke alam mimpi. Dengan ekstra hati-hati, ia lantas membopong si ibu hamil ke kamar mereka. Ia sempat cemas Ling terbangun karena perempuan itu mengecap-ngecap dan mengerang lirih begitu dibaringkan di ranjang, tetapi ternyata Ling cuma memiringkan tubuh, sama sekali tidak bangun. Perempuan itu tampaknya mengingat baik-baik nasihat dokternya untuk tidak tidur telentang demi kesehatan janin, sampai-sampai terbawa ke alam bawah sadar.
"Benar, besok kita ke rooftop," gumam Xiang saat melihat kalender duduk di nakas; tanggal besok ditandai dengan lingkaran merah hati, "jadi sekarang istirahatlah yang baik, Zhang Ling."
Sama seperti Ling tadi siang, Xiang mengecup sang istri sebelum pergi membersihkan mukanya.
***
"Bunda."
Ling mendengar panggilan lembut Xiang samar-samar, tetapi masih enggan menyingkap selimutnya. Ini kan hari libur, pikirnya malas, setengah sadar makin menggelung diri dalam selimut.
"Bunda, bangun, yuk. Mari mandi dan sarapan."
Lagi, suara lembut Xiang memanggil Ling. Kali ini, suaranya lebih dekat. Ling menanggapinya dengan erangan. Perempuan itu lebih bangun dari sebelumnya, tetapi belum bergerak.
"Zhang Ling, jadi tidak menyapa Xiaoniao?"
Jantung Ling terlompat; suara bas Xiang tahu-tahu menggelitik telinganya nyaris tanpa jarak, sampai-sampai Ling bisa mencium aroma aftershave-nya. Sekeras-kerasnya usaha Ling meredam reaksi terkejut, ia masih mencengkeram sprei dan memicing geli. Setelah desir dalam dadanya mereda, Ling berguling telentang sambil mengucek-ngucek mata, berusaha menghilangkan kantuk.
Rupanya, Xiang sudah rapi dan harum, siap berangkat. Sekali lagi ia tampil sempurna, bahkan meskipun agenda mereka tidak ada yang formal hari ini. Sambil mengulet, Ling memuji penampilan suaminya; pujiannya terdengar agak lucu karena bercampur erangan khas bangun tidur.
"Ngh, kok Ayah sudah ganteng, sih?" Setelah puas mengulet, Ling mengulurkan kedua tangannya ke depan, isyarat untuk 'angkat aku'. Xiang menggeleng-geleng, sambil terkekeh mengangkat tubuh atas Ling dari kasur begitu Ling mengalungkan lengan ke lehernya. Namun, Ling yang kini sudah berada dalam posisi duduk ternyata tidak melepaskan lengannya dari Xiang; ia justru merangkul erat tubuh Xiang.
"Selamat ulang tahun pernikahan, Feng Xiang."
Ling merasakan tubuh suaminya membeku. Mungkin Xiang masih memproses pelukannya yang tiba-tiba. Beruntung, tak lama kemudian, Xiang merangkulnya balik, lalu menarik diri sedikit agar bisa mengecup keningnya.
"Selamat ulang tahun pernikahan juga, Zhang Ling."
***
Ling dan Xiang mengawali hari ulang tahun pernikahan mereka dengan sederhana: periksa kehamilan.
Meskipun kehamilan istrinya sudah memasuki trimester kedua, baru kali ini Xiang berhasil meluangkan waktu mendampingi Ling checkup. Ada-ada saja rintangan Xiang untuk memenuhi jadwal ini, tetapi Ling yang sendirinya sibuk dapat mengerti dan tidak banyak menuntut. Karena itu, bagi Ling, kehadiran Xiang kali ini sangat istimewa, membuatnya terus tersenyum dalam perjalanan hingga masuk ke ruang dokter kandungannya.
"Selamat pagi, Dokter!" sapa Ling riang, dengan santainya langsung berbaring di ranjang periksa seolah-olah rumah sendiri. "Hari ini, aku bawa suamiku, lho! Ganteng, kan, dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin Huo's Proposal ✅
ChickLitBerkorban untuk pekerjaan tidak pernah ada dalam kamus Zhang Ling. Jika sebuah merek, proyek, atau fotografer berminat pada kecantikannya, mereka harus bekerja sesuai kecepatannya. Karena itu, ia tidak pernah menjalin kontrak dengan perusahaan besar...