Bab 17 Ruang Temu

97 10 0
                                    

ku lihat Demian yang tengah berdiri di balkon ruang kerja nya dan saat aku mendekat ternyata dirinya hendak merokok dan melihat kehadiran ku dia langsung memasukan kembali sebatang rokok yang akan di hisapnya

"Jauh-jauh kamu jangan mendekat"

"Kenapa? Karena mau ngerokok?"

"Bukan, jujur niat kamu jadian apa sebenrnya? Mau celakain saya pelan-pelan karena saya suka kasih banyak kerjaan ya?"

Ane tertawa mendengar ucapan Demian dan mengerti ke arah mana obrolan ini

"Pertama, pagi-pagi kamu hampir cekek leher saya, kedua kamu tampar pipi saya terus jedukin kepala saya di mobil, ketiga kamu pukul-pukul tangan saya pas ada Ara, dan kamu puter balik arah jalan sewaktu di kantor ketemu saya, di lift juga pas sepi kita pegangan tangan udah nya pas rame kamu malah injek sepatu saya, sekarang mau apa lagi?"

"Maaf ya sakit yaa? Saya belum kebiasa pacaran di kantor terus di rumah gak enak sama bi Nana atau pak Dir, tapi bener mas gak maksud sama semua kejadian seharian ini, maaf ya jangan dendam"

Demian mengelus lembut kepala Ane

"Gak dendam cuma saya orangnya gak gampang lupa"

"Sama aja" protes Ane

"Sakit gak tadi kepalanya kejedug meja? Keras loh tadi bunyinya"

"Gak sesakit semua kekerasan yang mas alamin seharin ini"

Demian kemudia mengecup kening Ane dan tersenyum ke arah Ane

"Kalau di rumah gak apa-apa kok kalau mau pacaran, gak usah gak enak sama bi Nana atau pak Dir, kalau di kantor saya akan lebih tahan kangen saya supaya kamu nyaman dan gak ngerasa terbebani sama saya"

Ane menganggukan kepalanya tanda setuju, dan Demian memeluk tubuh Ane yang sangat kecil di banding tubuhnya yang tinggi dan kekar

***************

Waktu persalinan Alena semakin dekat hanya menunggu hitungan minggu mungkin aku bisa cepat bertemu dengan calon keponakan ku, begitu juga dengan hubungan ku dan Demian yang berjalan begitu tenang dan baik-baik saja, sifat menyebalkannya berkurang, hanya sesekali kami bertengkar walau hal-hal sepele

Demian pun sudah bisa bersikap profesional jika di kantor walau terkadang setelah memberikan banyak pekerjaan dia akan meminta maaf, aku suka versi Demian yang saat ini begitu mengemaskan dan manis

Seperti hari libur ini dia mengatakan akan memberikan kencan spesial, buat ku membayangkannya saya sudah senyum-senyum, mungkin dia mau memberikan makan malam romantis, atau kejutan lainnya

Ane merias dirinya di depan cermin sambil sesekali tersenyum sendiri dan ane memilih polesan tata rias yang natural karena dia tidak tahu akan kemana hari ini jadi ane memilih poles make up yang natural yang bisa masuk untuk semua tempat

"Mas, aku udah siap"

Ane mengetuk pintu kamar Demian. Dan sang tuan kamar membuka pintu kamarnya dengan sesekali mengusap rambutnya yang masih basah menggunakan handuk berwarna putih yang melingkar di lehernya

Sekian detik itu juga Ane mendadak menjadi patung melihat Demian yang baru selesai mandi

Kenapa dia ganteng banget kalau baru rapih mandi gitu, tolong kuatkan jantung hamba tuhan, bisa bucin lama-lama kalau begini

"Cantik banget sih hari ini, kamu tunggu di ruang tamu bentar saya siap-siap ya"

Suara berat dan berkarakter itu menyadarkan Ane dari lamunannya dan membuat Ane mematuhi Demian untuk menunggunya di sofa ruang tamu dengan tas kecil yang berisi dompet dan telpon miliknya

Ruang Rasa By Suarasenja_sj (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang