Bab 11 Terusik

94 13 0
                                    

Saat aku membuka pintu depan kantor di meja operator tempat Vika berada, tengah ada Demian menjelaskan sesuatu pada Vika, aku tersenyum ramah pada keduanya, Vika menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan sepertinya Vika terkejut melihat rambut baru ku, aku segera menekan tombol lift tanda naik, saat tengah menunggu tiba-tiba Nico bagian import menyapa ku

"Hai Ane, potong rambut?"

"Hai, iya Nic"

"Suka gue lihatnya"

"Hahaa bisa aja"

"Siang makan keluar yuk"

Wah gokil ini sih efek potong rambut langsung di ajak makan siang keluar sama Nico, biasa juga dia gak pernah lirik gue

Dari meja Operator Demian terus mengamati Ane dan Nico yang tengah berbincang dengan tatapan tak suka

"Gue makan sama anak-anak biasa di lantai 2"

"Gak bosen makan di kantor terus? Kali-kali keluar yuk"

Dan Demian menghampiri kami, dan memotong obrolan Nico dan Ane

"Nico laporan kamu udah selesai?"

Skatmat untuk Nico yang tengah merayu gue

"Habis makan siang pak, saya taruh di meja bapak"

"Sekarang, saya mau hari ini juga sebelum jam makan siang"

"Tapi deadline hari ini sampai jam 5 sore kan pak"

"Ya sekarang atau habis makan siang apa bedanya? Jam 9 kamu taruh laporan itu di meja saya sama kamu taruh jam 5 sore bedanya apa? Hari ini juga kan, jangan suka menunda pekerjaan, lebih cepat lebih baik"

Nico di buat mati kutu tak berkutik dengan semua ucapan sinis dari Demian, saat pintu lift terbuka kami ber-3 masuk ke dalam lift , Nico menekan angka 4 yaitu lantai untuk bagian import dan marketing dan aku menekan angka 6 lantai divisi ku dan ruang kerja Demian yang berisi 4 divisi kantor ini, piutang, finance, pajak, dan accounting.

Dari pantulan dinding lift jelas aku melihat Nico tidak henti-hentinya menatap ku dan hal ini sepertinya di sadari Demian, buktinya Demian berdehem begitu kencang buat Nico kembali tak enak hati dan berhenti menatapku.

Kemudian pintu lift berhenti pada lantai 4 tempat dimana Nico harus bertarung dengan waktu untuk menyelesaikan laporan yang di minta oleh Demian

"Ane duluan ya, permisi pak"

Demian hanya menatap sinis kepergian Nico, dan kini hanya tersisa kami ber-2 di dalam lift

"Awas ya kalau kamu berani keluar makan siang bareng Nico"

"Memang kenapa?"

Gue sengaja menantang Demian dengan pertanyaan, toh itu hak gue kan walau gue juga gak kepengen sama sekali makan siang ber dua sama Nico

"Ya saya gak suka, dan saya pastiin kamu gak akan bisa terima tawaran itu"

"Ya saya harus tahu alasannya"

"Ya karena saya suami kamu saya punya hak untuk larang atau membolehkan kamu"

Gitu aja bawa-bawa status, coba berani bilang gak kalau cemburu

"Yakin cuma itu bukan karena cemburu?" Ane mengatakan dengan nada meledek

Tiba-tiba Demian mendekatkan tubuhnya, buat Ane terpojok dan sedikit membuat jantungnya berdegup

"Kamu udah dewasa kan? Ngerti kan apa arti ciuman kemarin?"

Tiba-tiba ingatan Ane di paksa mengingat kejadian di dalam bioskop, kini ingatan itu buat wajah Ane memerah

Ruang Rasa By Suarasenja_sj (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang