Bab 18 Sebuah Rahasia

85 9 0
                                    

Saat akan kembali menelpon Demian tiba-tiba ponsel ku mati dan bodohnya aku lupa mencarger sekarang bagaimana aku bisa pulang tak bisa pula memesan taksi online, bus yang ku tunggu pun tak kunjung datang dan hujan masih turun lengkap sudah hari ini

Saat rintik hujan mulai mengecil aku putuskan untuk berjalan entah mencari taksi atau mencari tempat yang bisa mengisi daya ponsel ku

Tak lama aku berjalan tiba-tiba ada yang menarik tangan ku dan menariknya kedalam dekap pelukannya, dia memeluk erat tubuh ku ke dalam dekapannya semakin erat walau tubuh ku basah terkena hujan

Dan aku sudah tak mampu membendung cairan putih yang menyesakan dadaku sejak tadi, aku menangis di dalam pelukannya

"Maafin saya mas, maaf saya..."

Demian tak mengizin kan aku melanjutkan kalimat ku dia semakin erat memeluk ku dan mencium kening ku dengan lembut

"Maafin saya, gak seharusnya saya tinggalin kamu. Kita cari baju ganti ya buat kamu"

Dan tiba-tiba Demian memberhentikan mobilnya pada sebuah hotel terdekat mata ku langsung membulat kenapa hotel dan lebih memilih untuk pulang

"Ayo turun"

"Gak mau, pulang aja, kenapa kita ke hotel?"

"Jangan mikir aneh-aneh saya gak akan macem-macem, kita keringin baju kamu atau kita cari baju baru, kalau sampai kerumah saya takut kamu flu lama-lama pakai pakaian yang basah"

Kalau sebelumnya ke hotel dengan Demian karena pekerjaan, kini satu kamar dengannya hanya berdua buat ku sedikit takut

Sampai di sebuah kamar hotel ternyata Demian meminta perlakuan khusus pada pihak hotel karena pemilik hotelnya adalah kenalannya dengan meminta staf hotel memesankan beberapa pakaian untuk ku

Usai berganti pakaian aku mulai mengisi daya ponsel ku sebelum melanjutkan perjalanan pulang

"Mas, mau pulang kapan?"

"Di luar masih hujan lebat, kita makan malam disini aja, kalau redaan nanti pulang"

Ane tidak banyak bicara atau membahas hal tadi seperti menghindari berdebat dengan Demian, namun pria itu terus saja menatap hujan dari balik jendela kamar seolah ada yang mengganggu fikirannya

"Mas, kalau mau ngerokok gak apa-apa. Atau mau saya buatin teh?"

Demian menoleh ke arah ku, namun dirinya mengajak ku duduk di sofa kecil yang ada di kamar ini

"Kita bicara An, sini"

Aku menatap Demian yang duduk di hadapan ku

"Kita harus bicara soal tadi, saya gak maksud usir kamu dan buat kamu hujan-hujan-an"

"Ya saya tahu mungkin saya yang kelewatan, saya janji akan lebih jaga perasaan mas"

"Ya soal teman kamu saya kesel tapi bukan itu alasan utama saya suruh kamu keluar dari mobil, saya butuh waktu tenang, saya gak bisa lihat kecelakan mobil saya trauma"

Ane tersadar dari pengakuan Demian bahwa semua yang terjadi di bawah sadar dirinya

"Maaf saya gak tahu dan gak sadar dengan semua yang terjadi tadi"

"Kamu gak salah, dan ini saatnya saya cerita secara utuh tentang saya"

Aku menatap wajah Demian yang terlihat begitu serius menatap ku

"Satu hari sebelum saya dan Sisil ulang tahun, saya ada undangan reunian dengan teman-teman kuliah saya tapi saat itu Yuka gak bisa datang dan saya kesana sendiri kita pesta sampai saya sendiri gak sadar tiba-tiba saya di bawa ke kamar hotel sama salah satu junior saya yang emang dari jaman kuliah dia suka sama saya, saya bener-bener gak inget apa yang terjadi sampai akhirnya Sisil dapat foto saya lagi berduaan sama junior saya di kamar hotel"

Ruang Rasa By Suarasenja_sj (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang