Matahari itu kini telah benar benar tenggelam, menandakan malam yang akan menghiasi langit New York.
Aldebaran dan Andin sedang duduk di intimate living room menghiasi malam dengan menonton drama romansa juga desiran gigitan beberapa camilan yang mereka santap.
Dalam kedamaian itu, tanpa aba-aba terdengar suara panggilan telepon dari handphone Al, yang di sana tertera nama kontak 'kepala bodyguard'
Al mengangkat telepon itu dan mendengarkan suara seseorang dari seberang sana yang tengah menyampaikan sebuah informasi penting.
°°°°
"Selamat malam, tuan. Barren dan para anak buahnya telah kami temukan ditempat persembunyiannya, sebuah daerah terpencil yang tak banyak orang tau di New York. Apa langkah selanjutnya, tuan? "
"Bawa mereka menggunakan Alfahri's Air terbangkan dari A 6 Private Airport, lalu landingkan di A 10 Private Airport, nanti akan saya koordinasikan dengan pasukan lain di Jakarta untuk mengantar kalian menuju ruang bawah tanah untuk menahan Barren sementara waktu"
"Baik tuan, akan kami laksanakan sesuai perintah"
"Jangan sampai manusia licik itu lepas, atau kalian akan mati kelaparan tanpa udara. Nanti, papa saya yang akan menindaklanjuti Barren beserta anak buahnya setelah kalian sampai di ruang bawah tanah"
"Baik, tuan"
°°°°
Keluarga Alfahri, mereka pasti punya apapun, mereka bisa memiliki bandara sendiri yang terletak di setiap negara, tak lupa dengan pesawat nya yang berjumlah 30 unit pesawat pribadi.
Telepon itu sudah terputus, Al dan Andin saling melirik dalam detik yang sama, mengangguk kecil sebagai tanda mengerti, karena tadi pada saat telepon berlangsung pun dalam keadaan di loudspeaker.
Langkah selanjutnya, Al mengabari papa Hartawan untuk menghandle kedatangan Barren di Jakarta, nanti dan papa Hartawan menyetujuinya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Al dan Andin sudah terlelap terbawa kedalam alam mimpinya masing-masing.
Tepat pada pukul 2 dini hari, Andin terbangun dari tidurnya akibat merasa gejolak di perutnya.
Ia perlahan menuruni ranjang agar suaminya tidak terbangun, setelah itu ia sedikit berlari menuju wastafel yang berada di kamar mandi dam menuruti hasratnya untuk mengeluarkan isi perutnya.
Tapi, yang keluar hanyalah cairan bening. Namun, tetap terasa mual yang sangat mengganggu tubuhnya.
"Huft, kenapa sih kok malam-malam gini mual? " Tanya nya dalam hati.
Andin berinisiatif untuk meminum segelas air hangat dan benar saja itu dapat sedikit membantu mengurangi mualnya, sehingga ia bisa kembali ke alam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of Control Love
RomanceCinta yang diawal dengan sebuah kontrak, memaksa keduanya berusaha saling menerima satu sama lain. Banyak orang orang misterius datang menghampiri kehidupan mereka. Setelah beribu cobaan yang mereka lalui akhirnya kebahagiaan berpihak pada mereka, e...