Chapter 22

8.3K 930 142
                                    

“ Nana mau menceritakannya padaku?.”

Jaemin mengangguk. “ Setelah ini Hyung boleh memilih untuk tetap mempertahankan hubungan kita atau memutuskannya.”

“ Museun soriya?.”

Jeno melihat tatapan kesedihan, kesakitan dan putus asa dari mata tunangannya.

Jaemin hanya tersenyum. “ Sebenarnya….”

Chapter 22

Flashback On
8 Years Ago
Seoul, South Korea
08.45 KST

Jaemin, Haechan dan Hyunjin baru saja sampai di sekolah. Mereka bertiga cukup popular dikalangan anak-anak lain karena visual mereka. Selain itu mereka juga memiliki kepribadian yang begitu baik.

Sejak kecil mereka bertiga selalu bersama, tidak ada yang memisahkan mereka. Namun saat menginjak bangku JHS dengan terpaksa mereka harus menerima takdir. Hyunjin berada di kelas yang berbeda. Sedangkan Jaemin dan Haechan dikelas yang sama.

Sebagai yang paling tua dan satu-satunya dominan dipertemanan mereka, Hyunjin memainkan peran sebagai Hyung yang baik.

Setiap pagi ia akan mengantar Jaemin dan Haechan kekelas mereka, ia baru akan beranjak setelah melihat dua sahabatnya itu sudah duduk dibangku masing-masing. Saat istirahat, Hyunjin akan menjemput Jaemin dan Haechan untuk makan di kantin bersama. Bahkan saat pulang, Hyunjin akan menunggu dengan sabar didepan kelas mereka berdua.

Menjadi anak yang cerdas dan ceria, tidak heran jika Jaemin begitu disukai banyak guru. Termasuk wali kelasnya yang begitu dekat dengannya.

Hari itu bell tanda berakhirnya jam pelajaran telah berbunyi. Hyunjin menunggu kedua teman manisnya keluar, hingga dia melihat Haechan keluar paling akhir tanpa Jaemin.

“ Jaeminie eodisseo?.”

“ Ruang musik. Tadi wali kelas kami memanggilnya. Kita tunggu Nana dulu ya Hyunjin?.”

“ Geurae.”

Akhirnya mereka menunggu Jaemin didalam kelas. Cukup lama mereka menunggu hingga Hyunjin mulai merasa aneh.

“ Kita susul saja ya Haechanie? Entah kenapa aku merasa khawatir.”

Haechan menurut, ia mengikuti Hyunjin dari belakang. Sedangkan diruang musik. Jaemin bersama wali kelasnya tengah membersihkan piano yang katanya akan digunakan esok hari.

Jaemin terlalu fokus pada kegiatannya hingga tidak menyadari bahwa wali kelasnya telah mengunci pintu diam-diam.

Melihat Jaemin yang tengah sibuk, pria itu secara perlahan mendekati Jaemin dan memeluknya dari belakang.

Jaemin yang terkejut reflex menjerit kencang, saat ia sadar dari keterkejutannya, ia sudah terbaring dibawah kungkungan wali kelasnya dengan kedua tangan yang ditahan di sisi kepalanya.

“ Akhirnya aku menemukanmu Nakamoto.”

“ S-seonsaengnim.”

“ Nakamoto harus hancur.”

Jaemin memalingkan wajahnya saat wali kelasnya mendekat hendak menciumnya. Pria itu tidak kehabisan akal, ia mencium leher Jaemin serta perlahan melepas pakaian Jaemin.

Saat anak itu semakin memberontak dengan kekuatan penuh ia tampar pipi muridnya hingga menciptakan bekas tangan dipipi dan luka diujung bibirnya.

(un)Expected || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang