Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
______________________________________
Setelah mengetahui kalau Jisoo pingsan di kantor oleh bi Siti tanpa pikir panjang Jennie langsung menuju kantor suaminya.Jennie menyesal mengabaikan telpon dari suaminya tadi. Bi Siti bilang kalau yang menelpon menggunakan nomor Jisoo itu ialah Seulgi.
Seulgi ingin memberitahu Jennie tentang keadaan Jisoo yang tiba-tiba pingsan tapi Jennie tak kunjung menjawab telpon itu. Alhasil bi Siti lah satu-satunya yang bisa di hubungi dan memberitahukannya pada Jennie.
"Ngebut pak." Jennie panik.
Selama menikah berbulan-bulan dan mendengar cerita buna dulu yang bilang kalau Jisoo tidak pernah pingsan seumur hidupnya ataupun jatuh sakit pun ia jarang. Namun kali ini suaminya tumbang dia pingsan. Bagaimana Jennie tidak panik coba.
Jennie sedari tadi menelpon ponsel Jisoo tapi nomornya seketika tidak aktif. Ia frustasi sendiri siapa yang bisa ia hubungi saat ini. Beginilah jadinya kalau tidak menyimpan nomor sekretaris suaminya. Kalau ada apa-apa seperti ini tidak ada yang bisa dihubunginya.
Wajah Jennie benar-benar menunjukkan rasa cemasnya. Berkali-kali ia rapalkan do'a dalam hati semoga suaminya baik-baik saja.
Akhirnya akibat Jennie yang menyuruh Pak Tono untuk mengebut sampailah mereka di kantor perusahaan Jisoo.
Baru saja mobil itu terparkir Jennie langsung turun dari mobil dan bergegas berlari masuk kedalam kantor dan segera mungkin menaiki lift.
Dia bahkan tidak sempat untuk membalas sapaan-sapaan dari semua karyawan Jisoo yang berlalu lalang di lobi. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai di ruangan Jisoo mengetahui keadaannya saat ini juga.
Ia menaiki lift khusus yang hanya bisa di pakai keluarga dari Kim. Pintu lift terbuka Jennie langsung berlari kearah ruangan suaminya. Tanpa mengetuk pintu lagi Jennie segera masuk kedalam.
"Jennie?" Ucap Seulgi yang akhirnya melihat kedatangan Jennie.
Jennie dengan wajah panik dan nafas yang tidak beraturan akibat berlarian sedari tadi menghampiri Jisoo yang sedang terbaring di sofa.
"Dia dari tadi belum sadar-sadar juga?" Mereka yang ada di ruangan itu bisa melihat rasa kekhawatiran Jennie tersirat di wajahnya.
"Iya udah dikasih dicengkokin minyak kayu putih gak sadar-sadar juga dia." Ucap Seulgi melebih-lebihkan.
"Siniin minyak kayu putihnya."
Seulgi menyerahkan minyak kayu putih itu ke tangan Jennie. Jennie membukanya dan mengarahkannya pada hidung Jisoo agar dihirupnya.
"Sayang bangun..." Jennie menepuk pelan pipi Jisoo.
Ia menyentuh kening suaminya yang ternyata suhu badannya meningkat.
"Dia kenapa bisa pingsan?" Tanya Jennie kepada Seulgi, Lisa, dan Wendy juga.
"Ceritain Lis." Suruh Wendy.
"Gak ngerti juga Jen. Tadi sekitar jam-jam sepuluan gue denger dia ngeluh sakit kepala meskipun suaranya kecil banget yah tapi gue masih bisa denger. Gue udah bilangin juga kalau dia gak bisa kerja dulu gak usah di paksain. Yaa lo tau sendirikan dia keras kepala gak mau denger kalo bukan lo yang ngomong dia lanjutin kerja terus duduk sambil pelototin tuh laptop." Lisa menceritakan semuanya.
"Terus pas mau ke kamar mandi eh tiba-tiba dia langsung ambruk deh. Gue panik mau nelpon lo tapi gak punya nomornya dan gak kepikiran buat make handphone Jisoo saking paniknya gue. Yaudah gue telpon Seulgi sama Wendy buat kesini. Abis itu kita bertiga udah berusaha bangunin dia pake minyak itu tapi gak bangun-bangun. Seulgi nelfon lo tadi pake handphone Jisoo tapi lo gak angkat-angkat jadi yaudah seulgi nelfon bi Siti buat ngabarin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life (JENSOO)
Roman d'amourTentang kehidupan pernikahan JENSOO • Non Baku • Jitop! • Mengandung kata-kata kasar • gxg DISCLAIMER⚠⚠⚠ ◇ I tried so hard to make this story. So please don't copy my story!! Thank you ◇ CERITA INI DIBUAT SESUAI HASIL DARI PEMIKIRAN SENDIRI!!! ◇🔞🔞...