7

9.9K 713 128
                                    

Happy reading

Keesokan harinya Amara kembali bersekolah. Saat ini Amara tengah berada di ruang osis bersama anggota osis lainnya. Mereka baru saja selesai melakukan rapat rutinitas osis.

"Ra" panggil seorang cewek dengan rambut sebahu, menghampiri amara dengan memegang sebuah benda di tangannya.

Amara yang merasa di panggil pun menoleh ke arah suara. "Ya, ngapa Des?" tanya Amara pada gadis itu yang tak lain adalah Desi, wakil ketua osis.

"Gue minta tolong nih sama lo, lo mau enggak?" Tanya Desi

"Minta tolong apaan?"

"Ini, lo kasih ni map hasil rapat tadi ke kepsek. Sekalian lo jelasin, lo bisa kan?"

"Lah, kenapa bukan lo aja?"

"Gue gak bisa Ra, gue sama Fery bentar lagi mau periksa adekel. Kalau anak osis yang lain gue gak percaya Ra. Jadi, lo mau ya?" ucap Desi memohon. Sedikit info Fery adalah ketua osis.

"Oh yaudah, mana" ucap Amara.

Desi menyerahkan map itu kepada Amara. Amara mengambilnya kemudian berjalan meninggalkan ruang osis, menuju ruang kepala sekolah.

Sesampainya di depan ruang kepala sekolah, Amara mendengar suara gaduh dari dalam. Sepertinya sedang terjadi sesuatu.

Tok tok tok

Amara mengetuk pintu. Setelah mendapat perintah masuk dari seseorang di dalam, Amara membuka pintu kemudian masuk ke dalam.

Saat sampai di dalam, Amara di buat terkejut saat mengetahui orang yang ada di dalam adalah keluarga Smith dan juga Rafa dkk, disana juga ada Liona dkk. Sepertinya mereka baru saja membahas tentang Melia, pikir Amara.

Keluarga Smith yang tak lain adalah Alex dan Vania juga terkejut kala melihat Amara. Mereka tidak menyangka gadis itu masih hidup setelah mereka usir malam itu.

Vania menatap Amara sinis, dirinya berpikir kalau Amara juga ikut andil dalam pembullyan Melia.

"Mau apa kau ke sini" ucap Vania sinis, namun tak di gubris oleh Amara.

Vania yang melihat itu geram. "Heh, kamu juga pasti ikut membully Melia kan? Dasar anak tidak tau diri sudah berapa kali saya kata--"

"Permisi pak, saya Mau mengantar dan menjelaskan hasil rapat osis hari ini. Namun, sepertinya anda sedang sibuk. Kalau begitu saya akan kembali lagi nanti" ucap amara memotong ucapan Vania.

Amara beranjak ingin segera keluar dari ruangan itu. Namun, Vania mencekal tangan gadis itu dengan kasar. Menatap tajam Amara.

"Mau kemana kamu, kamu belum menjawab pertanyaan saya" ucapnya marah.

"...." Amara hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab.

"Jawab Amara, kenapa kamu diam saja hah? Kamu ini benar benar anak tidak tahu di untung. Kam--" ucapan Vania terhenti kala melihat Amara yang menatapnya tajam.

Amara melepaskan cekalan Vania, menghempaskan tangan wanita itu kasar. Berdecak sebal, menatap wanita yang sialnya adalah ibunya.

AMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang