Secangkir teh O'olong tersaji dengan beberapa cake sebagai pelengkap menikmati pemandangan estella, rumah kaca yang dipenuhi berbagai macam bunga maupun tumbuhan lainnya.
Gemercik air yang terdengar di keheningan serta dedaunan dan kelopak bunga berjatuhan diantara rumput hijau.
Dua pasang mata yang berlainan arah menatap, menikmati setiap tetes teh yang disajikan dalam diam.
Gerakan tangan lain, mengisyaratkan para pelayan disekitarannya untuk menjauh.
"Hanya 1 bulan" sekarang terdengar pria yang usianya selisih beberapa tahun dengannya mulai bersuara.
"bukankah itu terdengar seperti tidak menaati perintah?" Pria dihadapannya itu melihat kearahnya tajam.
"Tidak....bahkan itu memberikan opsi kemenangan" ucapnya serius, "bukan Cayenne lebih membutuhkan pahlawan?"
Pria itu mengangguk - angguk sekarang, "iya benar"
"Sepertinya saya sudah terlalu lama menganggu waktu anda, jadi Yang Mulia Grand duke, hamba mengundurkan diri terlebih dahulu" Membungkuk sopan, "Selamat menikmati pemandangan Estelle yang tidak seberapa ini Yang Mulia dan tolong pikirkan kembali apa yang telah saya sampaikan"
Albert Charon Thales, sang Grand Duke dengan wajah tak berekpresi masih duduk terdiam. Para pelayan menjaga jarak dari kejauhan, seakan melayani seorang musuh mereka menatap tajam.
"Seperti yang Kau katakan, satu bulan" Memutar - mutar teh didepannya.
Matthew yang hendak pergi berhenti, "Terima kasih, Yang Mulia" Meninggalkan Grand duke sendirian.
Arron tidaklah menyerupai monster, tidak ada sedikit pun darinya yang terlihat seperti seorang yang harus mendapat julukan monster walaupun memang wajahnya yang dingin dan selalu menatap tajam itu sedikit menakutkan tetapi dia tetaplah tampan hanya saja sangat disayangkan wajah tampannya yang dalam sekejap membuat terpana itu tersia - siakan.
"Yang Mulia..." suara Peter menghentikan lamunan Arron, "kereta sudah siap" beritahunya sekarang.
"Kita berangkat nanti sore"
Memilih untuk menikmati waktunya sebentar, melihat - lihat berbagai macam bunga. Rumah kaca semewah taman istana tidak ada kata sederhana didalamnya, sirkulasi udaranya yang lebih sejuk walaupun diluar cukup panas membuat orang - orang akan betah didalamnya.
"Hari ini tidak ada kelas, jadi kita bisa beristirahat" Sayup - sayup terdengar suara orang mengobrol tidak jauh darinya.
"Itu nona duchess dengan pelayannya, sepertinya beliau tidak menyadari keberadaan anda" beritahu Peter, sejak tadi berada disampingnya.
Arron masih terdiam, suara tawa yang sekarang terdengar.
'Pergilah berlibur, kau bisa bertemu keluargamu selama satu bulan' Antusias yang kembali terdengar, Arron tidak bermaksud mendengarkan namun suara mereka yang lebih mendominasi keheningan didalam rumah kaca.
Daphne Libet Helios, nama yang cukup terkenal walaupun dia tidak tinggal di ibukota maupun mengikuti kelas sosial. Arron tidak mengetahui secara pasti calon istrinya itu, dia hanya cukup penasaran mengapa sang kakak yaitu Raja dari pemimpin negri ini menyuruhnya menikah dengan wanita yang belum pernah sekalipun dia temui.
"Dia terlihat lebih dari rumor - rumor yang tersebar" guman Peter, "Yang Mulia, anda ingin bertemu dengannya?" Peter yang lebih berantusias dari biasanya.
"Tidak..." Arron berjalan menjauh, keluar dari rumah kaca.
Putri yang dilindungi, walaupun titah pernikahan sudah dijelaskan. Tidak ada sebuah kesempatan atau penyambutan secara resmi darinya, mereka melindungi dengan berani memberikan alasan untuk menyamarkan keberadaannya.
Daphne yang tidak menyadari keadaan, dia masuk melewati pintu lain tersembunyi diantara tanaman.
"Nona, hamba mendengar dari pelayan lain mengenai grand duke" ucap Khalista, "Beliau sangat tampan tapi...."
"Hentikan, aku tidak tertarik untuk mendengarnya" Memotong perkataan Khalista.
Sebenarnya Daphne sedikit gugup mengenai pernikahannya terutama orang yang akan menjadi suaminya nanti, Khalista beberapa kali memberikan informasi mengenai grand duke dan yang paling mengejutkan grand duke sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya.
"Pergilah berlibur, setelah ke Utara kau tidak bisa sering berkumpul dengan keluargamu" Suruh Daphne, Khalista sebagai pelayan pribadi tentu harus mengikuti kemana nonanya pergi.
Menghabiskan waktu untuk melayani, melupakan segala keinginan pribadi. Dunia ini terlalu kejam, Daphne harap dikehidupan mereka yang lain Khalista akan benar - benar menjadi temannya. "Sungguh??" Tanyanya sedikit terkejut menatap Daphne.
Daphne mengangguk, "iya, kau tidak ingin berlibur?"
"Tentu mau" ucapnya cepat, "tapi siapa yang akan melayani nona selama satu bulan" memikirkan Daphne.
"Banyak pelayan lain di Kastil ini, kau tidak perlu memikirkannya. Istirahatlah dengan nyaman selama satu bulan" Daphne menjitak jidat Khalista karena masih terus mengkhawatirkannya.
"Baiklah, saya akan berkemas sekarang" suaranya yang bersemangat menghilang segera meninggalkan Daphne.
Daphne hanya bisa tersenyum, ikut berjalan meninggalkan taman. Berapa lama lagi dia akan menikmati pemandangan indah Estelle, rumah kaca megah yang memiliki berbagai macam aneka tumbuhan maupun bunga.
"Hei...kau jangan berjalan kearah sana" Peringat Daphne, melihat seorang pria yang membelakanginya berjalan kearah tempat lain.
Pria itu tidak menjawabnya, Daphne menarik nafasnya berat"Pergilah kearah lain, itu jalan buntu anda akan tersesat" nada suaranya tetap sama walaupun dia sedikit jengkel dihiraukan oleh pria asing yang mungkin baru saja dipekerjakan di Kastil.
Tidak ada jawaban tapi pria itu mengikuti perintah Daphne untuk pergi ke arah yang lain, jalan yang seharusnya tidak disadari oleh para pelayan. "Ini memang sedikit usang tapi aku merindukannya" guman Daphne.
"Yang Mulia, anda pergi kemana saja?" Peter terlihat panik, dalam sekejap dia kehilangan tuannya.
"Apa aku tidak terlihat seperti seorang grand duke?" Arron balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan bawahannya terlebih dahulu.
Peter kebingungan menatap tuannya itu, " Siapa yang dengan bodoh tidak mengenali anda"
Walaupun memang dia selalu berada di wilayah Utara maupun berperang, orang - orang akan langsung mengenali tapi di Timur sepertinya cukup berbeda bahkan tuan Putrinya yang tak lain calon istrinya saja tidak mengenalinya.
"Pelayan? Tidak, mungkin dia ksatria baru" guman Daphne, "tapi dia cukup lancang, Jack harus menghukumnya" tekadnya sekarang.
Mengabaikan Daphne dengan begitu kejam, dia harus mendapat pelajaran jika bertemu kembali.
______________,,,,,,,,,__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess
RomancePernikahan didasarkan pada hubungan politik pasti tidak akan pernah bahagia, itulah yang dipikirkan Daphne sampai pada akhirnya ia melayangkan keinginan bercerai dari suami yang baru saja ditemuinya, tapi yang didapatnya bukan surat cerai melainkan...