Apa kita harus pergi ke ruang makan?" Guman Daphne malas, tubuhnya masih menolak untuk bangun melawan rasa dingin Leinchester.
"Nona, nanti akan telat" Khalista menarik paksa lengan Daphne.
Semalam grand duke tidak menyambut atau pun menemuinya karna kebetulan berada diluar Kastil, namun tidak lama kemudian Count Mullen menyampaikan pesan bahwa pagi ini Daphne harus sarapan bersama.
Count Fred Hall Mullen kepala pelayan dikediaman Thales, Daphne ingat jelas wajahnya yang tidak terlalu menyambutnya itu.
"Dingin...seharusnya mereka menambah perapiannya"
"Nanti saya akan sampaikan pada Count, nona"
"Tidak perlu" Daphne memperhatikan pantulan wajahnya, menarik nafas sebentar pada akhirnya hari ini dia akan bertemu pria yang berstatus suaminya itu.
Grand Duke Thales, adik kandung dari Raja. Dia masih seorang pangeran yang memiliki posisi sebagai grand Duke dimana ratu sebelumnya yaitu Ratu Shannon Arreola Rebelein, berasal dari keluarga Duke yang tidak punya penerus lagi sehingga pada akhirnya mereka memutuskan cucu mereka pangeran kedua Albert Charon Rebelein untuk menjadi penerus selanjutnya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan Kerajaan, Raja sebelumnya juga menambahkan Grand yang mana gelar ini menambah kekuasaan Arron yang setara dengan Raja sekarang.
Nama Thales dipilih Arron agar nama keluarga dari pihak ibunya tetap terjaga, menganti Rebelein dengan Thales. Ibunya adalah anak satu - satunya dari Duke Thales sehingga ketika sang putri diangkat menjadi Ratu, Thales seakan kehilangan penerusnya.
Lukisan yang menampilkan kepala keluarga disetiap era, menghiasi lorong. Mereka yang berjasa menstabilkan Kerajaan, para komandan yang namanya selalu ada disetiap soal masuk ke Akademi Istana.
"Nona..." Kalista mengoyangkan tubuh Daphe, dari tadi nonanya terdiam menatap lukisan sang Ratu.
Daphne yang tersadar sekilas kembali menatap lukisan itu, "panggilkan Count ke kamarku"
"Baik nona"
Pria tua itu, dia sedang bermain api dengan salah satu Helios.
"Nona, Count akan masuk"
"Selamat pagi, nona"
"Kalian keluarlah" Daphne menyuruh pelayan lainnya keluar tak terkecuali Kalista, sehingga meninggalkan mereka berdua.
Count yang berdiri tidak jauh darinya terlihat angkuh, "Apa sebelumnya kita pernah bertemu, Count?"
"Tidak nona"
"Lalu bagaimana duchy Thales melayani tamu, apalagi saat pertama berkunjung?" Daphne membelakanginya, "Bukankah seharusnya mereka dilayani dengan sangat nyaman agar meninggalkan kesan?"
"Ya....nona"
Daphne berjalan mendekat, menghadap Count. "Seharusnya itu juga kau lakukan sekarang, apa karna umurmu yang semakin tua kau lupa bahwa wanita dihadapanmu ini Duchess Thales sekarang"
Tubuh Count yang bergetar, wajahnya pucat, wanita dihadapannya bukanlah orang yang mudah ditindas. "Keluarlah sekarang"
N-onaa....maafkann saya" tubuhnya terjatuh berlutut menghadap Daphne.
Daphne menatap tajam kearahnya, "Ya...karna kau sudah tua aku akan memaklumi tetapi jika itu berulang aku tidak akan segan untuk memesankan petimu terlebih dahulu"
"Terima kasih nyonya...."
--------------------------------------
Grand duke, setelah menghabiskan sarapannya dia pergi menemui putrinya. Menyuruh anaknya itu menggambar sedangkan beliau sibuk menatap berkas dokumen yang mulai menumpuk diatas meja.
Kejadian dimeja makan tadi sedang terbayang dipikirannya, berkas yang sama masih dipegangnya padahal masih banyak yang harus dikerjakan.
"Apa yang sedang dilakukannya sekarang?"
"Maksud anda duchess, Yang Mulia?" Peter balik bertanya.
Arron mengangguk.
"Beliau sedang memarahi Count"
"Memarahi?" Arron terlihat terkejut.
"Nyonya sejak pagi mengeluh bahwa perapiannya masih tidak cukup hangat dan para pelayan juga seperti bersikap kurang sopan kepadanya"
"Mengapa tidak melaporkannya langsung kepadaku" Arron yang berang, keluar dari ruangannya membuat heran orang - orang yang berada didalam ruangan.
Pantas saja waktu pagi dia meminta kebebasan, ternyata ada yang menganggunya. Bagaimana jika dia berpikir itu semua adalah perintahnya, Arron yang terlalu sibuk dengan pekerjaan tanpa tahu apa yang terjadi dalam Kastilnya.
"Nona...Yang Mulia meminta untuk bertemu" Pelayan satu - satunya yang dibawa oleh nona Helios padahal dengan status keluarganya itu dia bisa membawa lebih banyak pelayan.
"Bukankah anda juga tidak mengetahui dimana kamar saya, mengapa repot - repot melakukan pencitraan bahwa pernikahan ini akan seromantis yang orang kira..lagipula para bangsawan memang menjijikan menggunakan pernikahan untuk menyelesaikan suatu masalah"
Wanita pertama yang begitu angkuh dan tegas dihadapannya, menyapa dengan sopan sambil tersenyum. Mengingatkan Arron pada seorang yang menjadi guru Putra Mahkota sekarang.
"Anda ternyata mengetahui dimana kamar saya, Yang Mulia" wajahnya yang tersenyum sambil menyajikan teh.
Kecantikan yang tidak perlu diragukan lagi, " ya, saya tidak perlu waktu lama untuk mengetahuinya"
"Apakah ada sesuatu yang anda ingin sampaikan? Padahal anda hanya perlu memanggil saya"
"Nanti malam saya akan tidur dikamar anda" ucapnya tegas, mengheningkan ruangan.
"Ukhhkk...ukhhkk" Daphne yang tersedak tehnya sendiri, saking terkejutnya.
"Ini memang mendadak tapi anda adalah istri saya sekarang" tegasnya tanpa menunggu balasan dari Daphne, ia keluar dari kamar."Penyelesaian masalah para bangsawan memang menjijikan tapi anda juga tidak bisa menghindarinya" ucapnya sebelum benar - benar menghilang dari balik pintu.
"Ini gila...." guman Daphne frustasi padahal dia sudah bersikap kurang sopan tapi Grand duke malah ingin tidur bersamanya.
========================
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess
RomantikPernikahan didasarkan pada hubungan politik pasti tidak akan pernah bahagia, itulah yang dipikirkan Daphne sampai pada akhirnya ia melayangkan keinginan bercerai dari suami yang baru saja ditemuinya, tapi yang didapatnya bukan surat cerai melainkan...