Suara pedang beradu dengan teriakan semangat menghiasi pendengaran di pagi hari, keramaian yang dihasilkan seakan membangkitkan semangat orang lain untuk segera menyambut hari.
"Selamat pagi semua...." teriak Daphne diatas kudanya yang melaju cepat meninggalkan kastil.
"Daph...hati - hati" suara lain menyusul dengan kudanya tak kalah cepat.
Pemandangan yang hampir setiap hari terjadi, namun selalu berhasil menarik perhatian semua orang. "Kalian, mengulang kembali" perintah Jack, pemimpin sesi latihan hari ini yang terlihat kesal karna para prajurit melirik kearah Daphne.
Sedangkan dari tempat lain, Duchess Helios sendiri memegang kepalanya yang terasa pusing. "Sayang, kita perlu guru tatakrama untuk Daphne" pintanya pada sang suami yang menatap peta di atas meja.
"Ehmm...apa kita perlu melewati jalur ini?"tanya Earl Sanders Helios kepada putra sulungnya Matthew, menghiraukan pertanyaan Agatha Clarkson Helios.
"Ada apa dengan keluarga ini? Betapa malangnya putriku" lirih Agatha dengan nada kesalnya, menatap dua pria penggila kerja itu sekarang sedang beradu pandang.
Matthew yang mendengar hal itu tersenyum, "Mama, tenang saja Matthew sudah mencarikan guru yang terbaik untuk Daph" merangkul sang mama agar bisa pergi dari ruang kerja.
"Sungguh?"
Matthew mengangguk serius, "Ms. Anastasia, mama tau bukan tentang dia?"
"Siapa yang tidak tahu tentang dia, waahhh putraku memang lebih bisa diandalkan" antusiasnya sambil menyindir sang suami.
"Ya...putramu memang yang terbaik" Sahut Earl, masih memperhatikkan pekerjaannya.
"Baiklah Mama, persiapkan hal ini dengan baik dan jangan sampai Daph tahu akan hal ini"
Menurut orang lain, Agatha adalah seorang yang diberikan keberkahan berkali lipat dari Tuhan, mempunyai empat putra berbakat disertai ketampanan menjadi buah bibir semua orang. Serta suami yang penuh kasih sayang dengan kedudukan tinggi sebagai Duke diberkahi wilayah timur yang begitu kaya akan hasil alam dan jangan lupakan putri cantik yang lahir menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga Helios.
Tapi terkadang tidak seperti itu, bahkan lebih mirip seperti bomerrang yang siap menghancurkan hati Agatha. Karna kekayaan dan wilayah mereka termasuk perbatasan hal ini menjadikan selalu saja ada pemberontakan dari wilayah lain, Helios merupakan keluarga keturunan bangsawan yang ahli dalam taktik berperang maupun seni bela diri. Saat awal pendirian kerajaan, Helios ikut berpartisipasi sehingga nama mereka yang dianugerahkan secara langsung oleh raja terdahulu terkenang sepanjang sejarah.
Walaupun Helios merupakan partai ternetral untuk sekarang, Earl tetap menjadi Duke dan komandan ahli strategi berperang yang mengharuskannya berada digaris terdepan saat perang.
Agatha berjalan keluar ruangan diikuti tiga pelayannya, antusias diwajahnya tidak terbendung. "Lily, katakan pada koki untuk membuat makanan terbaik" perintahnya.
"Baik nyonya" Pelayan itu menggundurkan diri, bergegas pergi ke dapur.
Anastasia Hattman seorang guru tatakrama yang sangat terkenal, para muridnya selalu berhasil tak terkecuali ratu saat ini menjadikannya selalu menjadi rebutan para bangsawan. Mendapatkan kesempatan putri semata wayangnya diajari oleh Ms. Anastasia itu merupakan sebuah berkah.
"Mama....." Daphne memeluk Agatha senang, bajunya setengah basah oleh keringat.
Agatha berbalik menjauhkan tubuh Daphne, menatap frustasi. "Ganti baju setelah itu pergi ke ruang belajar, ada seorang yang harus kau temui" suruh Agatha tegas, Daphne masih menatap mamanya itu.
Namun Agatha langsung mengisyaratkan kepada para pelayannya untuk membawa nona mereka pergi, "Mam...." suaranya masih terdengar memprotes.
Putri semata wayangnya, Daphne tidak seperti Lady lain yang menyukai gaun maupun pergi ke salon meminum teh bersama teman - teman seusianya. Daphne lebih banyak menghabiskan waktunya bermain pedang maupun berkuda, usianya mulai memasuki waktu debut tetapi Agatha selalu cemas putrinya itu tidak akan bisa beradaptasi.
"Kau tahu apa yang terjadi?" Daphne menarik tangan Khalista mendekat.
"Nona akan mendapat pelajaran tatakrama dari Ms. Anastasia"
"Matthew pasti yang melakukannya"
Daphne memegang gaun berwarna toska yang akan dipakainya, korset yang melingkar diperutnya terasa mencekik, dia tidak suka, pakaian seperti ini membuatnya susah bergerak.
Berusaha lebih tenang dari biasanya, sekarang dia terlihat seperti seorang putri yang menarik nafas dalam - dalam seperti akan menghadapi ujian. Para pelayan yang mengikuti tersenyum senang setidaknya rasa khawatir sang putri akan memberontak hilang sejenak.
"Semangatt adikku cantik...." Dave yang sudah menunggunya ikut menemani Daphne.
Daphne memperhatikkan Dave serius, "apa setelah ini aku harus menikah?"
Dave yang mendengar pertanyaan Daphne tertawa, "Kakak....." omelnya serius agar sang kakak berhenti tertawa.
"Ya...ya..tidak seperti itu hanya saja kau ini perempuan sedangkan semua kakakmu laki - laki jadi kami tidak ingin adik tersayang ini kesulitan dalam bergaul"
"Itu tidak saling berkaitan" cibir Daphne cemberut, berjalan lebih cepat agar Dave tidak mengikuti.
Dave berusaha menyembunyikan tawanya, " jangan merajuk" mencubit pipi Daphne, mengelus lembut kepalanya.
Davensra Albern Helios kakak keempat Daphne, nama mereka hampir sama dalam pelafalannya karna yang memberi nama Daphne adalah Dave. Dave kakak yang sangat menyayangi sang adik sampai ia begitu menuruti setiap kemauan Daphne, walaupun memang kakak yang lainnya juga memberi cinta dan perhatian lebih kepada Daphne tapi Dave merupakan sosok kakak yang sebelum Daphne lahir pun sudah menunggu dengan antusias karna akhirnya dia akan menjadi kakak seperti kakak - kakaknya yang lain.
"Kau pasti bisa..." masih menyemangati sang adik yang mulai masuk kedalam ruangan belajar, Daphne hanya meliriknya sekilas.
"Kakak, aku menyayangimu...."
"Aku tahu, jangan memikirkan hal lain" mengibaskan lengannya, agar Daphne tidak berpikir untuk kabur.
"Aku cancel pernyataan tadi" balas Daphne sebelum benar - benar masuk kedalam ruangan.
Tidak ada pelayan yang menemani, tidak ada juga pilihan untuk kabur. "Selamat siang Ms. Anastasia, mohon maaf telah membuat anda menunggu" Daphne membungkuk sopan, menyapa wanita paruh baya yang sedang menatapnya.
"Kita akan memulainya sekarang"
'
'
'
'
'####################
*debut disini kaya udah memasuki waktu dewasa + siap nikah (ada juga yg dari kecil udh punya tunangan) secara resmi dikenaliin sama bangsawan lain
*Salon itu kaya Cafe gitu tempat mereka ngeteh sambil ngerumpi
correct me if i'm wrong 😊
Itu pemeran I Medici,
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess
RomantizmPernikahan didasarkan pada hubungan politik pasti tidak akan pernah bahagia, itulah yang dipikirkan Daphne sampai pada akhirnya ia melayangkan keinginan bercerai dari suami yang baru saja ditemuinya, tapi yang didapatnya bukan surat cerai melainkan...