Menjadi Ibu

1.1K 71 1
                                    

Daphne terdiam menatap ornamen lukisan dilangit - langit kamarnya, beberapa kali ia mencoba memejamkan mata untuk tertidur tapi rasa gelisah membuatnya kesulitan.

Arron berada di luar kastil, mendadak wilayah bagian selatan terdapat masalah sehingga ia harus segera mengunjunginya.

Ini bukan kali pertama Arron berada diluar Kastil, grand duke sibuk berperang dengan monster yang terus muncul.

"Nyonya..." Suara dari balik pintu mengejutkannya.

"Ada apa?" Tanya Daphne sambil membenarkan piyama membuka pintu.

Dihadapannya Dion membungkuk, "Nona Rea mengalami demam"

Tampa berkata Daphne bergegas menghampiri kamar Rea, sudah ada beberapa pelayan yang menyiapkan kompressan."Dimana dokternya?" Menyentuh kening Rea yang panas.

"Dalam perjalanan"

Gadis munggil yang gelisah dalam tidurnya, suhu badannya sangat tinggi.

"Nona...dokter sudah sampai" Khalista berburu masuk kedalam diikuti seorang pria tua.

Pria itu dengan cekatan memeriksa keadaan Rea.

"Bagaimana?"

"Nona hanya mengalami demam, setelah minum obat beliau akan membaik"

Daphne menarik nafas lega, "Antarkan dokter kembali, Sir Dion"

"Baik, Yang Mulia"

Semalaman Daphne terjaga disebelah Rea, dia mengganti kompresan serta memastikan suhu badan Rea kembali normal.

"Nona, anda harus tidur"guman Khalista menyigau diatas sofa.

Daphne tersenyum mendengarnya, menyelimuti pelayannya itu. Suhu badan Rea sudah mulai normal, membuatnya lega.

Sinar bulan sudah mulai bergeser, Daphne menyelinap masuk ke area Balkon. Menarik nafasnya kasar seakan baru saja dia terbebas dari bencana, kepanikannya tadi membuat Daphne sadar mengapa ibunya selalu menasehati bahkan memarahi anak - anaknya.

"Kau harus istirahat, Dap" Zhalindra mengalungkan mantel tebal, wajahnya terlihat lelah karena tidur Zhalindra terganggu oleh kehebohan tadi.

"Kau yang harus beristirahat" bersandar dibahu sahabatnya itu.

"Sungguh aku pikir tadi cukup melelahkan karena aku tidak paham dengan apa yang terjadi" Jujur Zhalindra, sejak tadi memang dia tidak banyak berbicara karena panik. "Dengarkan aku Daph, kau tidak perlu terpaksa melahirkan seorang anak untuk jadi penerus. Lahirkan dia saat kau yakin akan pilihan serta konsekuensinya bukan karna alasan dia dibutuhkan jadi penerus"

Daphne menatap Zhalindra heran, apa karna pertama kali baginya melihat seorang anak kecil sakit atau Zhalindra memiliki maksud lain.

Alasan Daphne menikah dengan Arron bukan hanya tentang dukungan, latar belakang ataupun kekuatan Helios. Zhalindra mengetahui itu dengan baik namun dia tidak sanggup mengatakannya selain itu kedatangan Zhalindra ke Utara bukan hanya mengajak sahabatnya datang ke pesta pernikahan, tapi dia diperintahkan mengawasi hubungan pasangan grand duke oleh sang kakak.

"Sebaiknya kau istirahat" Mengajak Zhalindra masuk kedalam kamar.

Zhalindra menguap, " benar...aku masih mengantuk" Ucapnya sayup, dia keluar dari kamar.

Temaram lampu menyinari wajah Rea yang tertidur, Daphne duduk disampingnya mengantikan kompresan.

"Mommy..." Sayup suara Rea terdengar dalam tidurnya

"Iyah sayang" Daphne mengenggam tangan mungil Rea, menenangkan anaknya.

Tubuh Daphne terasa lelah, sebenarnya apa yang dilakukan Daphne adalah tugas pelayan hanya saja tadi dia sengaja menyuruh mereka beristirahat, lagipula Daphne ingin memastikan Rea kembali sehat.

"Rea..."

"Istirahatlah" Suara samar yang Daphne kenal memeluknya.

"Arron?" Tanya Daphne setengah sadar, bukankah semalam dia masih berada di kamar Rea dan Arron juga berada diluar Kastil.

"Iyahh..." Balas Arron mengusap pelan rambut Daphne.

Arron datang saat matahari hampir terbit, kabar mengenai Rea yang sakit langsung didengarnya.

Masih dengan pakaian yang terdapat percikan darah Arron menghampiri kamar Rea, namun terkejutnya Arron melihat Daphne yang tertidur dalam posisi terduduk disebelah Rea.

Tanpa membangunkannya, Arron membopong Daphne pindah ke kamar mereka.

"Bagaimana dengan Rea?"

Daphne membuka mata, pemandangan pertama dilihatnya adalah dada Arron yang terbuka karena piyama tidurnya.

"Sudah membaik" Bisik Arron seakan mengetahui Daphne sudah terbangun, "Sebentar saja" Pintanya sekarang karena Daphne bermaksud bangun dari tidurnya.

Daphne tidak menjawab tetapi dia hanya menyelusupkan wajahnya kedalam pelukan Arron.

Sebentar yang dikatakan Arron menghabiskan waktu sampai tengah hari, Arron seakan tidak ingin melepas Daphne.

"Kau tidur nyenyak?" Tanya Zhalindra dengan wajah penasarannya, sebenarnya tadi pagi dia datang menghampiri kamar Daphne tapi para penjaga mengatakan bahwa grand duke juga berada didalam sehingga Zhalindra mengurungkan niatnya.

"Tubuhku sedikit pegal"

"Apa?" Zhalindra terlihat beratusias sekarang.

"Tubuhku pegal" Ulang Daphne menyentuh pinggangnya.

"Kau terlalu terbuka Daph, bagaimana pun aku belum menikah bukankah aku tidak boleh mendengarnya"

Daphne mematung bingung apa yang harus dikatakan, tubuhnya memang pegal karena Arron tetidur dalam posisi memeluk.

"Mommy" Sambutan yang didengar Daphne membuatnya malas meladeni Zhalindra.

"Sudah membaik?"

"Hemm..."Rea mengangguk senang memeluk Daphne, "Aku ingin bermain dengan mommy"

"Kita belum bisa bermain, apa mommy perlu membacakan buku?" Tawar Daphne memberikan opsi lain.

Rea mengangguk, Daphne mengambil beberapa buku cerita yang belum dibaca Rea.

"Rea apa kau ingin adik?" Tanya Zhalindra tiba - tiba melihat kesempatan Daphne memilih buku.

Kening Rea berkerut, dia memikirkan pertanyaan Zhalindra dengan serius.

"Apa yang kau lakukan Alin"

Mereka berbisikan, "Aku menginginkannya tapi itu terserah Mommy dan Papa" bisik Rea serius.

Anak lain yang dilahirkan Mommy, mungkin akan menyenangkan apalagi saat dia nanti akan memanggilnya kakak.

"Sebentar lagi kau pasti memilikinya" Balas Zhalindra, sejak tadi dia berbicara informal membuat mereka berdua terlihat dekat.

"Benarkah??" Antusias Rea matanya berbinar menatap Daphne yang sudah bersiap membacakan buku.

Diperhatikan seperti itu membuat Daphne menatap heran, "Ada apa?"

"Mommy, bolehkan aku memiliki adik?" Rea balik bertanya.

Bola mata Daphne mendelik menatap tajam Zhalindra, pasti ulah sahabatnya itu mengatakan hal aneh.

Daphne mengusap lembut Rea, menarik nafas dalam. "Tentu...." Tersenyum menatapnya.

"Horee...Mommy segeralah buat adik"

"Pfurrttt...." Zhalindra mencoba menahan tawanya.

"Mommy akan buat adik jika Rea sudah bisa menjaga diri dengan baik"

"Mulai sekarang aku mencoba lebih giat lagi" semangatnya masih membara.

Daphne seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakannya, membicarakan seorang anak lain yang lahir dari rahimnya mungkin akan cukup sulit tapi Daphne tidak ingin mematahkan semangat anaknya itu.

###################

The DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang