"Nona, tuan putri ada didepan" bisik Khalista.
Kesatria dari ibukota hari ini sudah mulai berdatangan, penyambutan oleh tuan rumah akan dilakukan sehingga pagi ini terasa berbeda. Cukup ramai dan Daphne masih setengah sadar, terkantuk didepan cermin.
"Biarkan dia masuk"
Kemarin dia terlalu lama berada diluar, energinya seakan terkuras habis, jantungnya terasa beku. Untung saja Arron tidak memanggilkan dokter saat Daphne tertidur menahan rasa sakit, wajahnya jika tidak memakai make up akan terlihat pucat.
"Selamat pagi"
"Selamat pagi juga putri" Bermaksud menuangkan secangkir teh, "tunggu, bisa sediakan coklat panas" bisiknya, tidak jadi menuangkan saat tahu didalam teko adalah teh.
Minuman berwarna coklat berpadu dengan gula sehingga mengubah rasanya yang pahit menjadi manis, berbanding dengan para bangsawan. Daphne lebih menyukai hal seperti itu walaupun terlihat ke kanak- kanakan.
Khalista menuangkan coklat panas seperti yang diinginkan Daphne, bola mata berwarna ke abu - abuan milik Rea terlihat berbinar.
"Anda bisa meminumnya"
Wajahnya yang cantik tersenyum, diam - diam dibeberapa kesempatan Rea terlihat memperhatikan Daphne. Apa sebenernya tujuan kedatangan gadis kecil ini, Daphne juga penasaran padahal selama ini dia seakan menjaga jarak dengannya.
"Setelah penyambutan, banyak anak sesusia anda berdatangan bersama orang tuanya, apakah anda ingin mengadakan pesta?" Daphne memulai terlebih dahulu obrolan.
Rea menatapnya sekarang, "Bolehkah?" Tanyanya memastikan.
"Tentu, mengapa tidak boleh"
"Nyonya, semua sudah siap" Obrolan mereka harus terhenti, pasukan sudah mulai berdatangan. Acara penyambutan akan segera dilangsungkan. "Sepertinya kita harus menyambut para kesatria terlebih dahulu"
Mereka berjalan bersamaan, Daphne memperlambat langkah kakinya meraih lengan mungil yang terbalut sarung tangan, menggenggamnya erat tanpa berkata apapun.
Rea menatap Daphne lekat, tangannya berbalut sarung tangan terasa lebih hangat. Wajah cantik seperti peri mungkin bisa dikatakan dia lebih cantik dari ibunya yang ada dilukisan.
Wanita yang dinikahi Papanya, lady dari duke yang tinggal jauh dari ibukota, Rea selalu penasaran mengenai ibu sambungnya itu apalagi saat kakak putra mahkota mengatakan bahwa adik dari gurunyalah yang akan menikah dengan papa. Keluarga mereka cukup terkenal tapi lady yang akan dinikahi tidak pernah muncul di pesta maupun kelas sosial, sama seperti Papa.
Pertemuan pertama mereka terjadi di Odensel, sekalipun ibu sambungnya itu tidak pernah menganggu ataupun meminta bertemu. Rea selalu merasa takut istri baru ayahnya itu tidak akan menyukainya, bukankah keberadaannya seperti penghalang seperti yang didengarnya dari para lady.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess
RomancePernikahan didasarkan pada hubungan politik pasti tidak akan pernah bahagia, itulah yang dipikirkan Daphne sampai pada akhirnya ia melayangkan keinginan bercerai dari suami yang baru saja ditemuinya, tapi yang didapatnya bukan surat cerai melainkan...