Kebenaran

1K 68 1
                                    

"Apa Rea mengatakan suatu hal yang aneh?" Arron melihat kearah Daphne yang masih membaca laporan pengeluaran Kastil.

Minggu depan Daphne bersama Rea akan terlebih dahulu datang ke ibukota, jadi sekarang mereka akan sibuk menyiapkan ataupun meninjau beberapa berkas yang harus diselesaikan sebelum meninggalkan duchy.

Daphne masih fokus pada laporannya, "Maksud anda?" Balik bertanya.

"Seperti dia mengatakan ingin adik" Ucap Arron lantang, semua orang yang berada di ruangan saling tatap.

Peter dan Count Mullen berdehem bersamaan, merasa seharusnya tidak ada disana sekarang.

"Itu pasti karna Alin" Balas Daphne santai seakan pembicaraan mereka boleh didengar oleh orang lain, "Count, periksa kembali bagian pengeluaran karena akhir - akhir ini prajurit lebih sering melakukan pemusnahan jadi tolong lebih perhatikan mereka, terutama tunjungan untuk yang gugur"

Prajurit tinggal di barak - barak yang menyebar dipenjuru duchy namun barak inti berdekatan tidak jauh dari Duchy sehingga tunjangan Ksatria menjadi tanggung jawab pengelola Kastil, seharusnya ini bagian Grand duke tapi karena Daphne mampu mengelolanya menjadikan tugas itu milik Daphne.

"Tapi menurut tinjauan sebelumnya bukankah gaji mereka lebih besar dibanding yang lain"

"Benar hanya saja kita harus lebih memperhatikan karena mereka yang berada di garis terdepan merelakan nyawanya"

Pengelolaan Kastil akan diatur oleh Duchess sebagai nyonya rumah, sedangkan wilayah oleh Duke beserta bawahannya. Sejak lama Kastil Utara dikelola oleh Count Mullen sehingga pria tua itu cukup selektif dalam pengeluaran, Daphne juga bersyukur setidaknya Count bisa dipercaya karna bagaimana pun Utara cukup kaya.

"Baik nyonya" Count Mullen mencatat apa yang diperintahkan Daphne.

Ruangan kembali senyap, terdengar suara goresan tinta yang terdengar jelas.

"Arron apa anda jatuh cinta?" Tanya Daphne dengan wajah datarnya.

Arron terkejut mendengar hal itu, pertanyaan tiba - tiba Daphne membuatnya tidak bisa berkata.

Peter dengan segera keluar ruangan bersama Count yang masih syok mendengar kebar-baran Nyonyanya itu.

"Bagaimana jika saya menjawab Iya"

"Itu sifat manusiawi jadi saya tidak melarang hanya jangan terlalu berharap banyak padaku Arron" Daphne masih memeriksa berkas yang tinggal sedikit lagi, padahal sore ini dia sudah berjanji untuk minum teh bersama Rea.

"Ya....saya paham itu" Arron menghentikan memeriksa berkasnya, berjalan menuju Daphne.

"Apa anda tidak merasa aneh mengapa saya jatuh cinta kepada anda?"

Daphne terdiam menatap Arron tanpa ekspresi, "Karena saya Helios" Ucapnya yakin.

Arron mendekatkan wajahnya kearah Daphne, mengusap bibir mungil Daphne lalu menciumnya.

Tubuh Daphne didekap Arron erat, sepertinya tak kan lama lagi dia akan melanggar perjanjian yang mereka buat.

"Hentikkan" Daphne sedikit mendorong Arron jauh, sekarang dalam setiap kesempatan Arron sering melewati batas.

"Maaff...."Arron menatap Daphne sedih.

Tiba - tiba Daphne merasa sakit kepala, semakin lama Arron memiliki kebiasaan intim yang membuat Daphne tidak bisa menghindarinya.

Perilaku Arron layaknya Rea, terkadang mereka seperti bersaing untuk mendapatkan kasih sayang Daphne. Bukankah awalnya kedua orang itu tidak menyukainya.

Daphne berjalan kearah sopa, "Mendekatlah" Perintah Daphne, Arron menuruti.

Daphne memeluk Arron, mengusap rambut suaminya itu. "Hari ini anda sudah bekerja keras jadi istirahatlah sebentar"

Arron membaringkan kepalanya dipangkuan Daphne, terasa nyaman hingga membuat Arron ingin menghentikan waktu.

Satu fakta yang sebenarnya Daphne ketahui namun selalu dia abaikan, mengenai masa lalu Arron.

Tumbuh menjadi seorang pangeran di Kerajaan makmur, Arron tidak kekurangan apapun kecuali kasih sayang kedua orang tuanya. Bukan rahasia lagi semenjak melahirkan kedua kalinya kesehatan mendiang ratu semakin buruk, hal itu menjadikan Arron tidak cukup mendapat kasih sayang.

Arron bukan putra mahkota jadi kekuatan ataupun tentang dirinya tidak bisa melebihi sang kakak, tidak ada pertikaian antara keduanya hanya karena aturan diusia yang belum dewasa Arron sudah hidup di Utara.

Menghabiskan masa kanak - kanak dengan cara dipisahkan, pangeran kedua yang kurang mendapat kasih sayang kedua orang tuanya.

"Hari itu saya tidak ingin meninggalkan anda, hanya saja saya selalu merasa takut anda tidak akan menyukai saya" Jujur Arron, "Anda terlihat sempurna dari awal pertemuan kita, layaknya malaikat yang seharusnya tidak ada didunia"

Daphne mendengarkan perkataan Arron dengan seksama sambil tepat mengelus rambutnya.

"Maaf...seharusnya saya menemui anda terlebih dahulu" Ucap Arron tulus meraih tangan Daphne mengecup lembut.

"Itu hanya masalalu" Daphne sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi dulu, bahkan dia bersyukur atas kejadian itu jika tidak mungkin kehidupan Daphne akan berbeda dari sekarang.

"Benarkah? Tapi walau bagaimana pun saya tulus meminta maaf" Guman Arron.

Daphne tidak mengasihani Arron, dia hidup di dunia yang berbeda. Kelahirannya bahkan disambut antusias, lalu apa yang dilakukan Daphne sekarang tak lebih seperti mengasihani? Daphne tidak bisa menjawab itu, selama ini hidupnya seperti sudah di tulis dengan baik. Daphne mampu melakukan segalanya seorang diri, jadi selama ini apakah itu termasuk kepura - puraannya untuk hidup dengan baik.

Hening yang mendera, Arron tertidur dalam pangkuan. Daphne menatapnya intens seakan menilai fitur wajah Arron yang sempurna, dia tidak menyangka Arron dengan mudah tertidur.

Peter masih berdiri menghadap pintu tertutup, pikirannya berkecamuk entah apa yang harus dia lakukan sekarang.

Dari jauh Zhalindra tidak sengaja menyaksikan Peter yang mematung gelisah, "Apa yang kau lakukan?" Tanyanya menghampiri.

Peter tersadar dari lamunan menghadap sang putri, "Yang Mulia, hamba sedang menunggu" Jawabnya melirik ke ruangan yang tertutup.

Seakan mengerti Zhalindra memegang kepalanya yang tidak sakit, "Anda bisa beristirahat"

"Tapi..."

"Pergilah nanti anda akan menganggu" Usir Zhalindra kembali, Peter dengan segera berjalan menjauh ke tempat lain.

Zhalindra masih terdiam mencoba menempelkan telinganya pada pintu, "Aku penasaran" Ucapnya sambil cekikan.

Pelayan yang kebetulan akan melewat, memilih putar balik karena takut dengan ekpresi Zhalindra yang aneh.

"Astagaa...apa yang aku lakukan" Ucapnya seketika, membenarkan gaunnya kembali berjalan ke kamar.

Keheningan ruangan kerja Arron menjadi sebuah gossip kecil antar pelayan hari ini, mereka bertanya - tanya apa yang terjadi dalam ruangan itu.

_________________________________


The DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang