0. Introduction

305 12 0
                                    


Saat semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik, aku hanya bisa diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik, aku hanya bisa diam. Yang aku lakukan hanya berfikir 'apa yang akan membuatku menjadi yang terbaik? Apa dengan cara yang sama seperti yang orang lain lakukan?' disisi lain aku merasa takut 'Apa aku akan gagal?'. Aku belum mencobanya tapi aku sudah berfikir aku akan gagal, serendah itukah pikiranku?

Setiap langkah yang aku ambil adalah hal yang paling menakutkan. Aku selalu berfikir lama dalam mengambil langkah. Dalam pikiranku hanya ada rasa takut. Takut jika aku terjatuh dan tak ada yang membantuku untuk bangkit. Bukankan aku terlihat seperti pengecut?

Setiap kali aku melihat yang pertama kali aku lihat adalah kekacauan. Dunia ini terlalu mengerikan dan itu selalu membuatku sendiri dalam ketakutan. Berjalan menyusuri lorong yang gelap dan penuh dengan duri. Aku terjebak dalam khayalan.

Aku selalu menginginkan kesempurnaan, tapi yang aku dapat adalah kegagalan. Sekarang aku ingin menyerah, dunia terlalu berbahaya unntuk seorang pengecut sepertiku.


***

Reyhan Wijaya, berperawakan tinggi dengan lesung pipi. Pria yang selalu membawa gitar kemana pun ia pergi. Sekarang ia berada di kelas 10, sudah satu semester ia lewati di kelas sepuluh. Hanya satu yang Reyhan khawatirkan, yaitu nilainya. Reyhan memang sedikit buruk dibidang akademik.

Hari ini Reyhan datang ke sekolah lebih cepat, alasannya karena hari ini ada ulangan dan ia harus belajar agar tak mendapatkan nilai yang kecil. Reyhan adalah anak pertama dikeluarganya, orang tuanya selalu mengharapkan yang terbaik dari Reyhan. Semalaman ia sudah belajar, tapi rasanya itu tak cukup, maka dari itu ia datang lebih awal ke sekolah dan belajar lagi.

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul tujuh, beberapa teman sekelasnya sudah datang. Reyhan masih punya waktu 30 menit untuk melanjutkan belajar sebelum bel berbunyi. Tak lama kemudian seseorang datang dan duduk di samping Reyhan.

Dia Bara Permana, teman sebangku Reyhan. Bara mempunyai tubuh yang tinggi dan juga bulu mata yang lentik. Semua wanita di kelas ini selalu iri dengan bulu mata Bara. Bara cukup pintar dibidang akademik, dan itu selalu membuat Reyhan iri. Tapi, ada satu hal yang Bara takutkan, yaitu impiannya.

"Han, tumben datang pagi?" tanya Bara yang heran teman sebangkunya itu datang lebih dulu daripada dirinya.

"Hari ini kan ada ulangan biologi. Kamu tahu sendiri kan nilaiku ini gimana? Nanti dapat 60 lagi bisa-bisa Bapa sama Ibu jual gitarku," jawab Reyhan masih fokus membaca bukunya.

"Loh? Bukannya sekarang ulangan fisika ya?" ucap Bara terkejut.

Reyhan mendonggakan kepalanya dan menatap Bara, "Jangan gitu dong Bar, kamu cuma nakut-nakutin doang kan?" tanya Reyhan.

Matanya sudah berkaca-kaca, kakinya bergetar, jantungnya berdegup kencang.

"Jangan bilang kamu lupa jadwal pelajaran kita hari ini apa? Kemarin kamu liat grup kelas gak? Baru aja kemarin di share jadwal yang baru."

SEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang