"Ibuku."
"Maksudnya? Ayo jelaskan Ren," ucap Ashel sedikit memaksa.
"Aku bisa menjelaskan kenapa Ibuku ada di rooftop. Kemarin aku bertanya, dan jawabannya ia sedang mengawasi tumbuhan yang baru ia tanam di rooftop. Ibu memang sangat menyukai tanaman dan kemanapun ia bekerja ia pasti akan membawa tanaman kesayangannya dan menyimpan sebuah kamera kecil untuk mengawasi tanaman tersebut. Sebab itulah video ini bisa terekam.
Tadi saat aku pergi ke rooftop aku berencana mengambil kamera kecil milik ibu. Tapi ternyata ada seseorang yang tidak sengaja menyenggolku sampai aku terjatuh, untung Saja ada Bara yang menolongku, kalau tidak nasibku akan seperti bu Jena."
Mereka semua mengangguk-anggukkan kepala tanda bahwa mereka paham. Penjelasan Renata tak mungkin bohong karena mereka adalah sahabat, tak ada kebohongan diantara sahabat, bukan?
"Tapi, bukti itu kurang kuat. Karena wajah kepala sekolah tidak terlihat. Kita tahu itu dia karena pakaiannya yang dipakainya waktu hari senin, tapi ia bisa menyanggah dengan mudah. Bisa saja pakaiannya ia buang, benar kan?" ucap Rafa dan diberi anggukan oleh teman-temannya.
"Kita hanya bisa menunggu sampai Maura pulih, aku harap setelah dia sembuh dia akan mengatakan kepadaku tentang apa yang mau ia sampaikan tadi," ucap Nadia.
"Oh, iya. Renata, kenapa kamu waktu mendapatkan terror itu malah ingin mengakhiri hidupmu sendiri, sampai kamu terbaring di rumah sakit?" tanya Selena.
Renata menghela napas, "Jadi, waktu itu aku bukan mau mengakhiri hidupku, tapi suratnya tertiup angin dan terbang ke balkon kamarku, akhirnya aku mencoba mengambilnya tapi Ibu malah menarikku hingga aku terbentur dinding, akhirnya aku tidak pernah membaca surat itu."
"Apa isi terror mu? Bangkai atau pecahan beling yang berlumuran darah?" tanya Nadia.
"Itu robekan buku novel yang berlumuran darah. Bertapa tersiksanya aku saat melihat robekan novel itu, aku gak sanggup," ucap Renata sambil memegang dadanya.
"Itu cuma novel, loh?" ucap Rafa.
"Orang yang gak pernah baca buku mana bisa ngerti," ucap Renata kesal karena disepelekan oleh Rafa.
"Kayaknya kita jenguk Reyhan besok aja kali, ya? Soalnya sudah terlalu sore sekarang," ucap Selena.
"Aku pulang ya?" ucap Selena merasa gelisah, entah kenapa sekarang perasaanya tiba-tiba tak enak.
"Aku anterin aja," ucap Bara. "Kasian kalau Ashel harus bonceng tiga," lanjut Bara sambil membayangkan jika Ashel membonceng Selena dan Renata.
"Gapapa Shel?" tanya Selena kepada Ashel.
"Kalem, nanti aku habis dari rumah Renata ke rumah kamu, boleh nginep gak?" tanya Ashel kepada Selena.
"Bunda kamu pergi ke mana sekarang?" tanya Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Teen Fiction'Dunia yang kejam ini tidak akan pernah bisa menghentikan kita' -SEVEN [END]