'Ini adalah akhir, namun tidak akan pernah berakhir'
Hari ini adalah hari di mana hakim akan memutuskan hukuman untuk pelaku yakni kepala sekolah itu. Hari ini ketujuh orang yang berhasil mengungkap kasus ini ada di ruang pengadilan dan menyaksikan jalannya sidang ini.
Jantung mereka berdebar dengan begitu mereka bisa bernafas dengan lega ketika hakim memutuskan hukuman yang berat bagi pelaku.
Hari ini ketujuh orang ini tengah bersama-sama bermain di ruang musik untuk latihan. Mereka sudah mulai mempersiapkan untuk perlombaan yang masih sekitar dua minggu lagi.
"Aku lega kasus ini selesai lebih cepat, walaupun sekarang kendalanya Bara yang kesulitan pegang gitarnya, kamu bisa coba loh Bar jadi vocalist. Aku kasian liat perut kamu yang bekas jahitannya belum kering tapi harus kena gitar, ngilu tau litany juga," ucap Reyhan khawatir.
"Enggak ya, aku belum pd kalau buat nyanyi," ucap Bara dengan keras kepala.
"Kamu main keyboard aja," ucap Rafa.
"Terus yang pegang bass siapa kalau bukan aku?" tanya Bara.
"Aku bisa kok," tawar Nadia dengan senang hati.
Selena tersenyum sambil mengacungkan jempolnya, "Nah, sip. Udah, jangan tuker posisi lagi. Aku sama Reyhan vocalist, Bara keyboard, Rafa drum, Ashel dan Renata gitar akustik, Nadia bass. Yuk lanjut latihan, sore nanti aku sama Bara ada kumpul osis," ucap Selena.
"Iya deh, si paling kumpul osis. Oh iya, perkiraan kalian ada remedial ga?" tanya Rafa.
"Semoga aja semua nilai ujian aku sesuai ekspetasi, aku udah belajar keras loh, aku harus berhasil," ucap Reyhan dengan yakin.
"Oh iya, besok itu hari sabtu kan, Ibu ngajak makan-makan. Di rumah aku aja, sekalian refresing selesai ujian," ucap Renata.
"Ayoo!!"
***
Hari libur yang begitu cerah, suara kicauan burung begitu berisik. Sinar matahari pagi menerobos tirai dan membangunkan sosok cantik yang tengah tidur dengan lelap. Ashel mengerjapkan matanya, rasanya enggan sekali untuk bangun. Mengingat janji dengan temannya sebentar lagi, ia segera memaksakan dirinya untuk segera membersihkan diri.
Setelah tiga puluh menit membersihkan diri, Ashel segera bersiap. Ia menghubungi Selena sebentar untuk mengabari bahwa ia masih bersiap. Hari ini Ashel akan pergi ke rumah Renata bersama Selena.
Ashel turun ke bawah dan tampaknya hari ini rumahnya sangat ramai. Bundanya menghampirinya dan menanyakan dekorasi rumah mana yang cocok untuk pernikahannya. Ashel tersenyum tipis, ia tersenyum sambil memilih dekorasi.
"Oiya Shel, kamu mau main ya? Sekalian beri undangan ini ke orang tua teman-temanmu ya? Undang mereka dan keluarganya di hari bahagia kita," ucap Bunda Ashel.
Ashel mengangguk, "Kalau gitu Ashel berangkat dulu ya."
Setelah sekitar 7 menit, Ashel sudah sampai di rumah Selena, Mama Selena menyuruh Ashel untuk masuk dulu ke dalam rumah karena Selena masih belum selesai bersiap.
"Oh, iya tante, 2 minggu lagi Bunda Ashel mau nikah, tante datang ya," ajak Ashel sambil tersenyum.
Mamanya selena menerima undangan itu dengan senang hati, "Tentu kami akan datang."
Selena selesai bersiap dan segera turun menghampiri Ashel yang sedang mengobrol dengan Mamanya. Selena mencium tangan mamanya dan berpamitan.
"Sorry ya Shel lama, barusan udah siap sebenernya cuma tiba-tiba mules, nyebelin banget emang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Teen Fiction'Dunia yang kejam ini tidak akan pernah bisa menghentikan kita' -SEVEN [END]