'Kalian hanya perlu percaya pada takdir'
Setelah diskusi sekian jam dari rumah Nadia, semua orang memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Bara yang rumahnya dekat tak perlu risau tak perlu khawatir, hanya perlu berjalan cukup 20 langkah saja.
Bara membuka gerbang rumahnya dan langsung masuk ke dalam setelah menutupnya. Di ruang keluarga terlihat ayahnya yang sedang duduk menunggunya. Ia menghampiri ayahnya, tatapan ayahnya begitu sinis dan membuat Bara tersenyum canggung.
"Duduk," titah Ayahnya.
Bara mengangguk dan langsung duduk, "Maaf ayah, hari ini bara ada kerja kelompok dirumah Nadia, tetangga kita."
"Sepenting itu kerja kelompoknya? Sampai kamu tidak mengikuti les?"
"Ayah tahu, kamu pasti menyelidiki kasus itu. Cukup sudah Ayah membereskan masalah dengan detektif Rion, jangan sampai kamu membuat masalah lagi yang bisa mencoreng nama baik keluarga kita," lanjut Ayahnya.
Bara menghembuskan nafasnya kasar, "Maaf, tidak akan Bara ulangi lagi."
Setelah mengatakan kaliamat tersebut Bara langsung pergi dari hadapan ayahnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Tanpa disadari air mata turun dari pelupuk matanya.
"Bunda, Bara kangen."
***
Ashel mengantarkan Selena ke depan rumahnya, Selena turun dari motor Ashel.
"Makasih banyak ya Ashel, ayo mampir dulu. Siapa tau kamu mau ngobrol sama Papa, kebetulan hari ini papa libur," ajak Selena.
Selama beberapa hari ini Selena banyak merenung tentang masalah di kelurganya, mungkin sekarang saatnya ia menerima bahwa Ashel adalah anak kandung Papanya.
"Boleh?" tanya Ashel dengan ragu dan diberi anggukan oleh Selena.
"Masukin ke dalam aja motornya," ucap Selena sambil membukakan gerbang rumahnya.
"Makasih banyak Selena," ucap Ashel sambil tersenyum.
"Assalamualaikum," ucap Selena sambil membuka pintu rumahnya, tampak kedua orang tuanya yang tengah menonton tv bersama.
"Sel?" tanya Ibunya menatapnya dengan ragu.
"Don't worry. Ashel, aku ke kamar dulu bentar ya, silakan kamu ngobrol bareng Mama sama Papa." Selena pergi meninggalkan ruang keluarga dan menuju kamarnya.
"So, how are you Alena?" tanya Papanya Selena alias Ayahnya Ashel.
"I'm not fine, selama bertahun-tahun ini tahun ini yang paling buruk karena tahu kenyataan kalau Ayahku ternyata sudah punya keluarga baru," ucap Ashel sambil memaksakan senyumnya.
"Sorry Alena, bisa kamu lupakan itu dan mulai lembaran yang baru? Aku masih ayahmu tapi aku juga papanya Selena, I know, you talk to me not for this? Ibumu baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Teen Fiction'Dunia yang kejam ini tidak akan pernah bisa menghentikan kita' -SEVEN [END]