"Are you oke?" tanya Rafa ketika ia dan Selena kembali ke rumah Nadia.
Selena mengangguk, tiba-tiba suara motor terdengar, ternyata Ashel, Bara dan Renata juga sudah kembali.
Selena memeluk Ashel, "Kepala sekolah gila itu cabul," keluh Selena.
Ashel menenangkan Selena dengan membalas memeluknya.
"Selena benar, dia benar-benar gila. Ayo kita dengar apa yang Nadia dan Reyhan temukan di laptopnya," ucap Bara.
Kemudian mereka berlima masuk ke dalam rumah Nadia. Selena masih sedikit panik karena ia mendapat perlakuan yang tidak mengenakan dari kepala sekolah itu. Ketika mereka berlima datang berhadapan dengan Reyhan dan Nadia, Reyhan langsung berdiri.
"Kepala sekolah itu cabul, aku rasa bukti dalam laptop ini cukup. Kita gak punya banyak waktu, kita harus segera melaporkan ini semua," ucap Reyhan.
"Kamu benar, tapi kita masih belum menemukan bukti yang kuat tentang pembunuhan Bu Jena," ucap Rafa.
Mereka semua duduk dan saling mentap satu sama lain. Mereka memutar otak dan mencari cara lagi untuk mendapatkan bukti yang kuat.
"Kita harus membuat kepala sekolah itu mengakui perbuatannya," celetuk Ashel tiba-tiba.
"Gimana caranya?" ucap Bara.
"Hari senin nanti, ketika upacara bendera," ucap Ashel.
Ashel menatap semua teman-temannya, "Kita hanya punya waktu 3 hari lagi untuk mencari tahu bukti lagi dan menjebaknya," ucap Ashel.
"Ayo gunakan rencana awal.""Memangnya kamu siap?"
"Tentu, aku ingin ini semua cepat berakhir."
***
Pagi hari ini awan terlihat sangat mendung, Reyhan menghembuskan nafasnya berat. Rintik hujan mulai turun, ia melihat ibunya yang sedang menyiapkan bekal untuk adiknya.
"Ibu, maaf."
"Kamu kenapa? Tiba-tiba minta maaf," ucap Ibu Reyhan heran.
"Sebenarnya teman-temanku memaksaku untuk berbicara jujur kepada ibu waktu itu, tapi aku baru berani sekarang. Maaf Reyhan pernah bolos sekolah karena kerja."
Ibunya kaget hingga ia menghentikan aktivitas yang tengah ia lakukan, ia menatap putra pertamanya itu dan mulai menangis.
"Maaf, justru ibu yang harus minta maaf. Maaf karena telah merengut masa remajamu, hingga kamu terus terbebani dengan masalah ekonomi keluarga kita. Tapi kamu harus janji, itu yang terakhir kalinya, sekarang fokuslah untuk belajar, ibu dan ayah yang akan mengusahakan semuanya."
Reyhan menggelengkan kepalanya, "Aku bisa membantu sedikit, ibu harus percaya denganku." Reyhan mencoba untuk meyakinkan ibunya.
"Baiklah, tapi jangan sampai menganggu pendidikanmu, berangkalah dan ambil jas hujan di lemari kemarin Ibu membelikannya untukmu."
Reyhan tersenyum dan mengangguk, ia ambil lengan ibunya dan menciumnya kemudian ia berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
***
Selena menaiki motor Ashel, entah sejak kapan mereka berdua sekarang terlihat begitu dekat, bahkan Ashel sering menginap di rumah Selena. Mereka berdua terlihat seperti saudara kandung yang akur.
"Baru kali ini aku merasa malas untuk bersekolah," celetuk Selena.
"Semuanya akan baik-baik saja percayalah," ucap Ashel meyakinkan Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN
Teen Fiction'Dunia yang kejam ini tidak akan pernah bisa menghentikan kita' -SEVEN [END]