PROLOG

90 11 6
                                    

JUDUL LAMA, ALUR BARU..

Halo! Call me Geby(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Maklum, penulis baru jadi suka ganti-ganti alur ( ꈍᴗꈍ)

Cerita ini bukan cerita pertama dan bukan cerita kedua. Dan bukan cerita cinta tentang kamu ke dia. [Jiakhh]

Aduh, aku kalo bikin cerita ini tuh keinget mas crushh. Ada gak di sini kalo baca cerita wattpad-wattpad gitu pasti bayanginnya mas crushh?

Oiya, vote dulu ygy! Masa cuma baca doang, aku bikin cerita ini menguras keringat dan pikiran.

100% pemikiranku sendiri

Vote dan coment kuyy

Typo tandai ya!

Thank you!! ✧\(>o<)ノ✧

Sore menjelang malam, sekumpulan anak muda masih bermain bola basket di lapangan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore menjelang malam, sekumpulan anak muda masih bermain bola basket di lapangan sekolah. Tak kenal waktu, mereka tidak sadar jika sudah bermain sekitar satu jam tanpa letih.

Prit..

Suara sempritan peluit kecil mengalihkan atensi mereka. Terlihat lelaki bertubuh jakun dan memakai topi yang bertengger di atas kepalanya sedang menatap mereka.

"Cukup semuanya. Mari berkumpul." Beliau adalah Pak Tito. Pengajar sekaligus pelatih ekstrakurikuler basket di SMA Vander ini. Berkat beliau, sekolah ini terkenal melalui kemenangan yang diperoleh dari ajang olahraga basket.

Rakasa Keenan Bumantara, pemain inti basket SMA Vander itu ditakuti oleh semua sekolahan yang mengikuti ajang pertandingan basket. Karena, lay up yang selalu tidak pernah gagal itu, membuat namanya melejit.

"Minggu depan ada pertandingan persahabatan antara sekolah kita vs SMA Hawe. Walaupun, hanya pertandingan persahabatan, Bapak harap kalian jangan memandang remeh lawan kita. Pastikan tubuh kalian dijaga dengan betul, jangan sampai ada yang sakit. Bapak percaya sama kalian. Mengerti?" jelas Pak Tito.

"Ngerti, Pak," ucap mereka dengan serentak.

Pak Tito menganggukkan kepalanya. "Latihan kali ini dicukupkan dan silahkan pulang ke rumah masing-masing. Jangan sampai ada yang keluyuran."

"Baik Pak."

Kini, anak-anak ekskul basket pada membubarkan dirinya masing-masing, namun tidak untuk pemain inti SMA Vander itu. Mereka justru nongkrong di atas motornya sambil berceloteh ria.

"Menurut gue, sekolahan kita pasti menang," ucap laki-laki bernama Reja Dylan Devantara. Ngakunya anak dari konglomerat, tetapi kerjaannya minjem motor orang terus. Padahal di rumah banyak motor dan mobil.

"Pastilah! Sekolahan kita 'kan udah kerap kali menang ngelawan SMA itu," tukas Zaky yang ikut menambahkan ucapan itu. Zaky Adreansyah itu orang yang suka selera humor yang tinggi dan masalah gibah-gibah ini dia nomor satu. Tetapi untuk masalah perbasketan jangan diragukan lagi, ia cukup cekatan mengoper dan mengdribble bola basket.

"Baru aja dibilangin jangan mandang remeh lawan kita, eh.. ujung-ujungnya dipandang remeh juga," tegur Azka agar perkataan itu tidak bablas kemana-mana. Azka Ravindra pemain paling tinggi diantara yang lainnya dan sama-sama irit bicara. Di pemain inti ini hanya Azka dan Rakasa aja yang waras, yang lainnya udah tidak bisa diselamatkan.

"Si Reja nih!" Zaky menuding Reja.

"Gue lagi yang kena. Udahlah paling bener, gue diem aja," ucap Reja seraya bersedekap lengan.

Mereka tertawa melihat muka Reja yang menekuk wajahnya. Berbeda dengan Rakasa Keenan Bumantara itu hanya diam tak bersuara. Tatapannya kini fokus ke arah seorang perempuan yang sedang menyeberangkan anak kecil.

"Sa?" panggil Gilang melihat Rakasa tidak tertawa. Gilang Ericsson ini tipe orang yang sifatnya sama persis dengan Zaky, tetapi bedanya dia playboy kelas kakap.

"Ada apa?" tambahnya lagi.

Tidak ada jawaban, akhirnya Gilang mengikuti arah mata Rakasa. "Lo kenal?"

Rakasa hanya diam saja tak ingin mengeluarkan suara apapun dari mulutnya. Bukan tak ingin, hanya saja ia terlalu fokus menatap perempuan itu.

"Kenapa sih?" tanya Zaky yang ikut kesal karena pertanyaan Gilang tidak dijawab.

Rakasa menggelengkan kepalanya agar membuyarkan lamunannya. "Gapapa."

"Udah kayak cewek aja, gipipi" ucap Reja menirukan suara Rakasa.

Tak ingin meladeni ucapan Reja, Rakasa memakai helm fullface-nya lalu menancapkan gas motornya. "Eh! Eh! Mau kemana? Katanya mau ke basecamp! Woy!" teriak keras Reja tidak mampu memberhentikan motor Rakasa.

"Elo sih!" lagi dan lagi, Zaky menuding Reja lagi.

Reja berdecak sebal. "Serba salah gue di sini," ucapnya.

Akhirnya, mereka keluar dari parkiran sekolah dan mengikuti arah motor Rakasa keluar tadi.

••••

HUHU.. Prolog baru

Insyaallah ini udah fiks dan doain semoga ga macet macet untuk update cerita ini, huhu

Aku sekarang gak mikirin seberapa banyak orang yang mau baca ceritaku. Yang aku pikirin cuma aku selesaiin cerita aku dan udah kelar. Gitu aja

Makasii semuanyaヾ(˙❥˙)ノ

RAKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang