ASIA 3: Back to Jakarta

11.3K 1.9K 1.3K
                                    

Seluruh tenaga dikerahkan.

Jalanan juga penuh dengan kendaraan khas polisi dan para kepolisian yang telah menyebar ke setiap sudut kota. Bertanya pada tiap-tiap pejalan kaki, pemilik toko-toko, pedagang-pedagang tentang narapidana yang kabur. Apakah mereka melihatnya?

Ada razia di mana-mana. Jalanan juga mulai di tutup.

Setelah kabar bahwa Fujiyama Ryoichi dinyatakan melarikan diri dalam perjalanan ke Rumah Sakit, seluruh siaran televisi memberitakannya. Masyarakat seketika waspada. Pembunuh kejam itu bisa saja menyelinap masuk ke rumah mereka. Maka itu, warga mengunci diri di rumah.

Malam ini, malam Jum'at.

Tanpa terasa, ada kesan yang menakutkan.

Mungkin karena yang kabur adalah narapidana dalam kasus pembunuhan keji. Mungkin juga karena kejadiannya di malam hari. Atau mungkin karena malam hari suasananya gelap, memudahkan pelaku untuk bersembunyi.

Usai mendapat kabar tersebut, ruang diskusi Markas besar Kepolisian Universal yang tengah Julio gelar di bubarkan. Para pemimpin itu harus kembali ke tempat masing-masing untuk mengomando bawahan terkait pencarian Fujiyama Ryoichi.

Dan di sini Julio, di ruangan miliknya. Jenderal itu baru saja menyuruh sersan Sajid turun ke TKP menyelusuri jejak kaburnya Fujiyama Ryoichi dengan bantuan tim Inafis serta orang dari BFN.

Sebelum meninggalkan Julio seorang diri di ruangan, Sajid memberi hormat sesaat kemudian barulah beranjak keluar.

Ruangan yang kedap suara itu kini benar-benar hening. Julio duduk diam di kursinya tanpa melakukan apapun. Sementara di luar ruangan orang-orang tampak mondar-mandir sibuk akan urusan masing-masing. Setidaknya sampai telepon genggam di sudut meja berdering, bibir Julio tertarik tipis.

Ini yang dia tunggu.

Maka itu, Julio segera mengangkat telepon. Haidar Mark di sebrang sana menginfokan sesuatu.

"Sudah aku atur. Dia akan segera menghubungimu, Jenderal."

"Baik, Mark. Terimakasih." Lalu panggilan diputus.

___

Suapan mie itu gagal di telan kala siaran televisi di sebuah warung bakmi beralih ke berita selingan. Seorang reporter dari FZ Entertainment baru saja menginfokan terkait kaburnya tahanan beratas namakan Fujiyama Ryoichi.

Para pengunjung penggemar Bakmie Nara terlihat terbeku, terlebih dua detektif di sana yang tau betul siapa tahanan yang kabur itu ikut speechless. Tanpa sadar ada dentuman di dada. Debaran jantung keduanya mulai tak karuan.

Nama itu tentu mereka ingat.

Angel meletak sumpitnya kasar setelah menelan mie susah payah. Nafasnya ia hela gusar. Devan pun sama. Nafsu makannya hilang, lelaki itu menyandarkan punggung lesu, menatap kesal televisi.

Di menit itu pula ponsel di meja berbunyi, kontak Kanit Mark terpampang di layar.

Angel dan Devan saling tatap tegang sesaat sebelum keduanya bangkit dari duduk. Angel meraih ponsel, mengangkat panggilan itu. Sedangkan Devan mengeluarkan dompet, mengambil selembar uang bewarna merah untuk di taruh di bawah mangkuk.

Selanjutnya mereka melangkah meninggalkan warung Bakmi Nara, kembali ke Reskrim Polda Bali.

Panggilan dari Kanit Mark adalah panggilan perintah untuk segera kembali ke Markas.

___

Meratakan sebuah dokumen, Haidar Mark dengan tiga bintang di pundaknya baru saja mengumumkan kepindahan tugas Angel dan Devan. Tanpa ada aba-aba, jelas sebuah perintah tak terbantahkan.

ASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang