Pintu mobil dia tutup. Langkah kakinya seketika terhenti saat matanya memandang ke gedung kepolisian universal tampak Devan yang diserang wartawan di depan pintu masuk. Sajid dibuat ngeri sendiri karena wajah-wajah wartawan seolah akan segera memakan Devan perkara berita eksklusif. Lelaki itu mengurungkan niat, memilih menyampaikan informasi terbarunya lewat telepon. Menerobos kawanan wartawan bukanlah ide yang bagus. Hasil penyidikan mereka masih belum bisa tercium oleh media. Publik masih harus bersabar.
Masuk ke dalam mobilnya kembali, Sajid mengambil ponsel yang tersimpan dibalik jaket kulit yang ia kenakan. Nomor Letnan Devan di sana ia ketik. Panggilan itu segera ia sambungkan.
Dari jauh Sajid menatap Devan. Dia lihat Devan mulai mundur perlahan dari para wartawan. Seiring panggilannya diangkat oleh Devan, barulah Sajid menjelaskan.
"Oke, gue bakal minta Angel mintai surat penangkapan."
____
"Tante Pujki ... apakabar, Bang?"
Raka membalas tatapan Alicia, dia tersenyum tipis sebelum menjawab disertai anggukan. "Alhamdulillah, baik kok. Kemarin baru aja balik liburan dari Turki. Buru-buru balik waktu tau kalian mutusin pindah ke Jakarta lagi padahal harusnya masih di Turki seminggu lagi. Oh iya, ada pesan dari mami.. ntar malam ke rumah, ya? Kumpul keluarga kita. Ada temen-temen yang lain juga katanya."
Cia mengangguk kalem saat Raka berbicara panjang lebar. Benar-benar bawel seperti tante Pujki nya yang cerewet. "Oke, Bang. Nanti gue sampein."
"Temen-temen yang lain, maksudnya?" Alis Aryan naik sebelah. "Temen se-geng mereka?"
"Yoi. Siapa lagi?" Raka terkekeh dan menoleh pada Kezia. "Kei, ikut, kan?"
Gadis itu mengangguk. "Ikut dong. Momen yang ditunggu-tunggu, tuh."
Raka mengangguk setuju sebelum memilih bangkit dari bangkunya dan pamit ke kelas.
"Oke. Sampai jumpa nanti malam, guys!"
Sepeninggalan Raka, Novia yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Gadis itu menatap dengan wajah memelas penuh harapnya.
"Kalau gue ikut kumpul keluarga kalian boleh, nggak?"
Ada tiga tatapan yang ia dapatkan. Novia melirik satu-satu dimulai dari Aryan yang menatap datar, Alicia yang menatap sekilas lalu tak peduli, dan Kezia yang menatap dengan cengiran.
Novia ikut nyengir. "Boleh, Kei?"
"Mau ngapain?" tanyanya balik dengan nada yang mengejek. "Katanya takut? Katanya nyeremin? Bukannya lo nggak mau temenan sama kita, hm?"
"Ishh! Itu kemarin.. sekarang udah berubah. Suer, deh!"
"Cepet amat berubahnya?"
"Ya.. ya karna." Novia ngeri-ngeri sedap menatap si kembar dihadapannya, takut salah bicara bisa langsung di hap.
"Santai, tegang amat lo." Alicia menggeleng heran.
Novia menghembuskan nafas berat lalu beralih menatap si kembar bergantian. "Ya siapa nggak takut? Dari berita yang tersebar geng Angel's itu mengerikan banget." Gadis itu menggerling pada Kezia. "Menurut lo aja, siapapun yang denger cerita soal Angel's pasti merinding. Kabar kalau Angel's banyak memakan korban jiwa itu yang paling bikin masyarakat takut, Kei! Jadi kata gue wajar nggak, sih, kalau awalnya gue menolak temenan sama kalian para keturunan mereka?"
Novia melemparkan tatapan seriusnya, bergantian menatap tiga teman sekelasnya ini. Namun dalam beberapa detik yang panjang ia tidak mendapat balasan. Novia memasang raut kecewa sesaat suara Aryan terdengar, senyum tipisnya muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA
Mystery / ThrillerElbiana Angelista adalah mantan ketua dari geng Angel's yang sekarang seorang detektif. Dia mengejar pembunuh yang membunuh sahabatnya Gleo. Melalui kasus yang terjadi saat ini, Angel memburu kebenaran di balik kejahatan di masalalu karena semuanya...