4

1K 202 12
                                    

Pada jam istirahat pertama, Ariel benar benar memenuhi permintaan Bu Melody untuk menemuinya di ruangannya. Bersama dengan Eli dan Gita, yang juga sama sama sebagai pengurus ruang radio.

"Jadi gini," Bu Melody memulai pembicaraan, "Tadi pagi Ibu dapet surat undangan." Ia menyodorkan selembar amplop putih di hadapan ketiganya.

"Siapa yang mau syukuran, Bu?" Tanya Eli.

Gita langsung menyenggol lengannya, "Ish, Eli!"

"Amplopnya warna putih, Gitarong, kayak undangan syukuran."

"Ya tapi gak gitu,"

Bu Melody menggeleng melihat kelakuan muridnya, "Ini undangan lomba, Helisma."

"Oh, lomba. Maaf ya, Bu. Kirain saya, Ibu bakal nyuruh kita ikut acara syukuran." Kata Eli sambil cengengesan.

Ariel dan Gita hanya bisa menghela nafas. Ariel beralih ke Bu Melody, "Jadi gimana Bu Melody? Ini undangan apa?"

"Ini undangan lomba musik. Dari salah satu SMA Internasional ternama di Jakarta, yang terkenal dengan ekskul musiknya. Ya kalian pasti tau sekolah mana,"

Bu Melody membuka amplop, membuka surat undangan lomba beserta posternya, dan menunjukkannya pada Ketiganya. Ariel, Eli, dan Gita memperhatikan kertas tersebut.

"Nah, tujuan saya memanggil kalian kesini, yaitu untuk membantu saya."

"Bantu apa, Bu?" Tanya Ariel.

"Sebagai pengurus ruang radio, saya berharap kalian bisa membantu saya untuk menemukan siapa kandidat yang cocok untuk mengikuti lomba ini." Jelas Bu Melody, menatap ketiganya satu persatu.

Ariel, Eli, dan Gita saling berpandangan, merasa bingung. "Kok kita, Bu? Bukannya ini tugas ekskul musik ya?"

"Loh kalian gak tau?" Bu Melody menatap heran, sampai kacamatanya hampir turun.

"Tau apa, Bu?"

"Ekskul musik dinonaktifkan sementara." Jawab Bu Melody, "Karena peserta didik baru kelas 10 kemarin gak ada yang minat. Jadi karena gak ada penerus, untuk sementara dinonaktifkan dulu."

Ariel, Eli, dan Gita kembali berpandangan. Mereka bingung harus apa sekarang. Ini kan bukan bidang mereka, untuk apa ikut campur?

"Saya percayain ini sama kalian. Saya yakin kalian bisa. Coba cari cara biar ketemu, misalnya buat pengumuman atau sayembara gitu. Nah nanti suruh temuin Ibu aja,"

Saran dari Bu Melody masuk akal. Membuat ketiganya mangut mangut mengerti. Tapi sepertinya ketiganya tidak sepenuhnya berpikiran sama.

"Yaudah, kalian bertiga boleh keluar." Kata Bu Melody, "Oh iya, Ariella, nanti siang kamu yang siaran lagi ya? Saya lihat kemarin banyak yang antusias sama siaran kamu."

Ariel menghela nafas, sudah menduga ini akan terjadi. Kendati ia tetap mengangguk dan tersenyum mengiyakan perkataan Bu Melody.

"Menurut kalian, kalian sendiri ada calon gak buat dijadiin kandidat ke Bu Melody?" Tanya Gita begitu ketiganya keluar dari ruangan.

"Muthe?"

Gita berdecak, "Jangan aneh aneh deh Li, Muthe nyanyi 'Cicak di Dinding' aja nadanya salah."

"Yeuh, emangnya kamu ada, Gitarong? Gak kan?" Tanya Eli, Gita menggeleng.

"Lo ada, Riel?" Gita bertanya pada Ariel.

Ariel yang sedari tadi hanya diam seperti memikirkan sesuatu itu menoleh, "Apa? Kandidat?"

"Iya. Ada gak?" Eli mengulang pertanyaan Gita, "Kalau gak ada, pake sarannya Bu Melody aja apa ya?"

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang