12

791 157 23
                                    

"Lo udah nemu lagu belum buat lomba nanti?" Tanya Ariel pada Oniel yang sedang duduk si sofa sambil menyetel gitarnya

Oniel menoleh sekilas, "Belum." Lalu kembali fokus ke gitarnya.

Ariel beralih duduk di sebelah gadis bergigi kelinci itu, menyandarkan punggungnya, "Ini udah seminggu loh, Niel. Waktu kita tinggal tiga minggu. Yakin lo bisa?"

Oniel selesai menyetel gitarnya, dan menaruh gitar itu di samping sofa, "Harusnya sih bisa. Mungkin gue bakal nyari lagu yang gampang dan bikin gue cepet hafalnya,"

"Ya harusnya sih gitu," Ariel menghela nafas, "Tapi lo tetep harus cepet sih, lo tau sendiri lah Bu Melody. Tadi aja dia masih ngomel."

Oniel ikut menghela nafasnya, lalu menyandarkan punggung, "Gue bingung."

"Iya, gue ngerti kok." Kata Ariel, tangannya bergerak menepuk bahu Oniel, "Nanti gue bantuin cari ide,"

Oniel tersenyum, "Thanks, Ci."

Ariel mengangguk, "Anytime." Jawabnya. "Eh iya, Niel, lo udah makan belum sih? Lo kan skip jam makan siang terus seminggu ini,"

Oniel menggeleng, "Belum."

"Makan dulu yuk, mumpung Bu Melody belum dateng. Lo gak laper apa?"

"Ini kan udah lewat jam pulang, Ci. Kantin pasti udah tutup."

"Iya juga ya," Ariel mangut mangut, "Yaudah makan di luar aja gimana?"

Oniel terdiam sejenak. Menimang apakah ia harus mengikuti tawaran Ariel atau tidak. Sejujurnya ia juga merasa perutnya lapar, dan tawaran Ariel tadi jelas jadi opsi terbaik untuk saat ini.

Oniel akhirnya mengangguk, "Yaudah, ayo."

Keduanya berduri dan keluar dari ruangan. Berjalan menuju tangga, dan turun ke lantai bawah. Saat Oniel akan berbelok ke parkiran, tangannya ditahan oleh Ariel, membuatnya mengernyit heran.

"Gak usah pake motor, kita jalan kaki aja, nyari yang deket sini." Kata Ariel.

"Mau makan apa emangnya?" Tanya Oniel balik.

"Ada mie ayam enak deket sini, gue sama Eve sering makan disana."

Oniel akhirnya mengangguk setuju, "Oh oke, bolehlah."

Keduanya akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki keluar dari gerbang sekolah. Dan benar saja, hanya berjarak sekitar kurang lebih 10 meter, terdapat sebuah warung tenda yang bertuliskan mie ayam.

Ariel masuk lebih dulu, "Bang, pesen yang biasa aja ya, komplit pedes" Lalu menoleh ke Oniel, "Lo apa, Niel?"

"Samain aja."

Ariel mengangguk, lalu memilih tempat duduk di pojok. Dan Oniel duduk di depannya. Sibuk dengan pikiran masing masing sampai pesanan mereka datang.

Oniel menarik mangkuk mie ayam miliknya, lalu menambahkan kecap. Hanya kecap, tanpa saus ataupun sambal. Ariel yang sedang menambahkan saos sepertinya memperhatikan itu.

"Lo gak suka pedes ya?" Tanya Ariel.

Oniel mengangguk, "Gue gak bisa makan pedes." Lalu mengaduk mie ayamnya.

"Emang gak enek ya kecap semua gitu? Mana banyak pula,"

"Nggak, gue lebih suka yang manis soalnya."

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang