17

705 144 7
                                    

Hari sudah berubah menjadi malam saat Oniel sampai di rumahnya. Setelah memarkirkan motor dan melepas sepatu, ia masuk. Dan langsung melihat sang Mama yang ternyata sedang duduk di ruang tamu.

"Kok pulangnya jadi tambah malam gini sih, Kak?"

"Iya tadi abis jenguk temen dulu, Ma." Jawab Oniel, melanjutkan langkahnya.

"Temen apa temen, Niel?"

Oniel menoleh ke sumber suara. Terkejut melihat Lulu dan Olla sedang duduk di ruang tengah, bersama dengan dua cangkir teh yang sudah tidak panas lagi.

"Temen, Kak Lulu. Temen." Kata Olla menekankan setiap kata katanya.

Lulu tertawa. Melirik sebentar ke arah Oniel yang hanya berdiri diam, mencerna apa yang kedua temannya itu maksud.

"Ngapain lo pada kesini?" Tanya Oniel.

"Wets, santai dong, Mbaknya." Lulu berdiri, menarik Oniel dan mendorong pelan bahunya untuk ikut duduk bersama mereka, "Duduk dulu lah sini. Pasti capek abis perjalanan jauh,"

"Jadi, gimana perasaan Mbaknya, setelah abis jenguk doi?" Olla menyodorkan tangannya, membentuk gestur sedang memegang mic, seperti seorang wartawan yang sedang bertanya.

Tangan Oniel bergerak menepis tangan Olla, "Apaan sih?"

Olla tertawa, "Udah deh, Niel. Kita udah tau kok. Lo abis jengukin Kak Ariel kan? Ngaku ajalah."

"Tau lo, Niel," Tambah Lulu, "Kita aja gak pernah tuh sakit dijengukin,"

Oniel mengernyit, "Tau darimana kalian?"

"Adel. Adel dari Eve, laporan."

Oniel berdecak. Harusnya sudah ia duga akan seperti ini. Untuk apa juga ia berinisiatif menjenguk Ariel tadi sampai membawakan jeruk untuk membantu menyembuhkan darah rendahnya.

"Lo berdua ngapain kesini?" Tanya Oniel.

"Besok kan ada hafalan PKN, gimana gue mau belahar kalo buku catatan gue aja di lo, anjir." Jawab Lulu.

Oniel baru ingat itu. Minggu lalu ia meminjam buku catatan PKN Lulu untuk melengkapi catatannya yang terlewat di minggu sebelumnya, membawanya pulang ke rumah. Buku itu sekarang ada di kamarnya.

"Yaudah, gue ambil dulu di kamar."

Oniel lalu bangkit dari duduknya. Kakinya berjalan keluar dari ruang tengah menuju ke kamarnya untuk mengambil buku catatan Lulu. Lulu dan Olla mengikutinya dari belakang.

Begitu masuk ke kamar dan menemukan buku yang ia cari, Oniel langsung memberikannya ke Lulu, "Nih." Katanya.

"Thanks, Niel." Ucap Lulu sambil menerimanya.

"Yaudah sana balik."

"Dih, diusir anjir." Kata Olla, "Bagus banget akhlak lo, Kak."

Oniel berdecak, "Gue mau langsung bersih bersih, gerah banget, badan gue lengket." Tangannya kemudian mendorong pelan punggung Lulu dan Olla agar menjauh dari kamarnya.







*~"~*







"Wih, ada jeruk. Dari siapa tuh, Ci?"

Ariel yang tengah meletakkan jeruk jeruk yang tadi di bawa Oniel ke kulkas menoleh mendengar suara itu. Papinya sedang berdiri di ambang pintu dapur.

"Dari calon pacarnya si Krib tuh, Pi."

Ariel reflek menoleh lagi ke Eve yang sedang memakan sereal di meja makan, "Mulut lo asal banget, kenapa sih?" Omelnya pada Eve. Bisa bisanya adiknya itu menjawab asal seperti itu.

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang