20

699 141 12
                                    

Karena ada jadwal mengajar di kelas, Bu Melody tidak bisa mendampingi untuk latihan di jam setelah istirahat makan siang. Miss Shani pun tidak bisa menggantikan karena ada jadwal tambahan di sekolah lain.

Ariel hanya berdua dengan Oniel di dalam ruang musik ini. Duduk di dekat pintu masuk, mata Ariel terus memperhatikan Oniel yang sedari tadi memangku gitar namun hanya memainkannya sejenak. Gadis itu lebih banyak diam dan merunduk. Membuat Ariel heran.

"Lo kenapa, Niel?" Tanya Ariel pada akhirnya, berjalan menghampiri Oniel yang duduk di sofa.

Oniel nampak memegang perut bagian atasnya, "Perut gue, Ci."

"Kenapa perut lo? Sakit?" Ariel sedikit merunduk, mengangkat dagu Oniel, memperlihatkan wajahnya yang pucat.

"Perih." Oniel menggigit bibir bawahnya yang nampak bergetar samar.

Ariel mengambil gitar di pangkuan Oniel, meletakkannya ke samping sofa. Tangannya lalu mencoba memegang perut bagian atas Oniel "Bagian mana yang sakit? Ini?" Tanyanya.

Oniel mengangguk pelan, "Iya."

"Kerasa mual gak?" Oniel mengangguk lagi, "Ini lo asam lambung, Niel." Kata Ariel, "Lo emangnya tadi gak jadi makan?"

"Makan."

"Trus, kok bisa sakit?"

Oniel menggeleng, "Gak tau."

Ariel menghela nafasnya, "Yaudah, ayo ke UKS minta obat, gue anterin."

Tangan Ariel mencoba memegangi tubuh Oniel yang lebih tinggi darinya. Membawa gadis itu ke ruang UKS yang letaknya berbeda lantai dengan ruang musik. Sesekali Oniel nampak menghentikan langkah dan meremas perut saat rasa sakitnya menjadi.

Sampai di UKS, Ariel membawa Oniel untuk duduk di bangsal paling dekat, "Duduk sini bentar, gue cari obatnya."

Ariel kemudian berjalan menuju ke rak kaca berisi obat obatan yang terletak di samping lemari kayu. Setelah menemukannya, ia mengambil satu dan memberikannya ke Oniel.

"Lo tau kan cara minum obat maag?" Tanya Ariel memastikan.

Oniel menggeleng, "Gue gak pernah sakit maag."

Sekarang Ariel mengerti kenapa tadi Oniel nampak begitu kesakitan, karena ia tidak terbiasa dengan ini. Ariel mengambil obat dari tangan Oniel, membuka bungkusnya, kemudian diberikan lagi isinya ke Oniel.

"Ini dikunyah." Oniel baru saja akan membuka mulut untuk protes, Ariel buru buru mengatakan, "Ini obatnya gak pahit, Oniel. Manis. Beneran."

Oniel awalnya ragu dengan perkataan Ariel. Namun gadis itu terus membujuknya. Akhirnya Oniel menurut, mengikuti perintah untuk mengunyah obatnya. Dan benar saja, obat itu tidak terasa pahit.

"Lo tunggu disini. Gue mau ke koperasi dulu."

Tanpa menunggu jawaban Oniel, Ariel beranjak keluar dari ruang UKS. Menuju ke koperasi yang kebetulan letaknya tidak jauh dari sana. Membeli sebungkus kecil roti beserta sebotol air mineral. Lalu kembali lagi ke ruang UKS.

Ariel menyerahkan roti yang bungkusnya sudah ia buka itu pada Oniel, "Dimakan biar perut lo keisi. Biar obatnya bereaksi."

Oniel hanya menuruti apa yang Ariel katakan. Ia memakan roti itu perlahan dalam beberapa kali suapan. Sedikit mual rasanya, namun masih bisa ia tahan. Setelah habis, Ariel membukakan tutup botol air mineral tadi dan memberikannya ke Oniel.

"Masih sakit?" Tanya Ariel, kembali mencoba mengecek keadaan gadis di depannya itu.

"Masih." Jawab Oniel.

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang