18

759 141 12
                                    

Oniel mengernyit saat menyadari bahwa pintu ruang musik sudah tidak dikunci saat ia datang, artinya sudah ada orang yang masuk ke dalam. Dengan acuh ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

"Hai, kamu pasti Cornelia kan?"

Suara tiba tiba itu mengejutkan Oniel. Ia bahkan baru satu langkah memasuki ruangan, tapi suara itu sudah menyambutnya. Membuat Oniel menoleh. Miss Shani berdiri di dekat sofa, tempat yang biasa Oniel pakai untuk duduk saat latihan.

Miss Shani mendekat ke Oniel, "Bu Melody lagi ada urusan hari ini. Jadi gak bisa ngedampingin kamu latihan. Jadi sebagai gantinya, saya yang bakal nemenin kamu. Gakpapa kan?"

Oniel mengangguk pelan, "Iya, Miss. Gakpapa."

Miss Shani nampak tersenyum lebar, sambil menghela nafasnya samar, "Syukur deh. Ayo sini duduk dulu." Katanya lalu menarik lengan Oniel untuk duduk bersamanya di sofa.

Oniel hanya menurut. Ia duduk di samping Miss Shani. Dengan perasaan yang sedikit gugup dan canggung. Hanya ada mereka berdua disini. Ditambah ia belum terlalu kenal dengan guru barunya itu. Dalam hati Oniel menggerutu, mempertanyakan sosok Ariel yang tidak kunjung datang untuk menemaninya.

"Kamu kenapa? Kok tegang gitu sih? Santai aja, Oniel."

Perkataan Miss Shani membuat Oniel menoleh. Mengernyit heran karena Miss Shani menyebutkan nama panggilannya. Padahal guru lain biasanya hanya akan memanggil dengan nama depannya.

"Eh, iya kan ya, nama panggilan kamu Oniel? Bener kan?"

Oniel mengangguk perlahan, "Iya, Miss."

Shani tersenyum senang. Sedikit tertawa. Membuat matanya menyipit dan menampakan lesung pipi yang lebih dalam. Sekarang Oniel mengerti kenapa guru barunya ini sering jadi bahan pembicaraan murid murid di sekolahnya, termasuk teman temannya sendiri. Cantik. Sangat cantik.

Pintu ruang musik terbuka. Baik Oniel maupun Miss Shani menoleh kesana. Oniel tersenyum melihat siapa yang datang. Ariel. Jiwanya terasa terselamatkan detik itu juga.

"Selamat siang, Miss Shani." Ucap Ariel, sedikit membungkuk pada gurunya itu, lalu beralih ke Oniel dan membalas senyum gadis itu.

"Selamat siang juga, Ariel." Balas Miss Shani, "Kamu yang dampingin Oniel ya?"

Ariel mengangguk, "Harusnya sih iya, Miss. Tapi mungkin hari ini lagi gak bisa. Ini cuma mau ngeliatin aja."

Oniel mendengar itu, kepalanya langsung menoleh, "Kok gitu?" Tanyanya dengan nada tidak terima. Hilang sudah harapannya untuk tidak terjebak canggung dengan Miss Shani.

"Maaf banget ya, Niel. Ternyata hari ini gue harus siaran, senior gue yang kemarin ada urusan mendadak, jadi harus gue yang gantiin."

"T-Tapi.."

"Gakpapa kok, Ariel." Miss Shani memotong apa yang ingin Oniel katakan, "Kalo emang kamu ada urusan, yaudah. Biar Oniel sama saya aja latihannya."

Ariel tersenyum, menghela nafasnya, "Yaudah, kalo gitu saya pergi dulu ya, Miss." Tatapannya lalu beralih ke Oniel, "Niel, gue duluan ya," Pamitnya.

Setelah mengatakan itu, dan memastikan Miss Shani benar benar tidak mempermasalahkan ketidakhadirannya, Ariel keluar dari ruang musik. Tapi yang tidak Ariel sadari adalah tatapan memohon Oniel agar tidak ditinggalkan olehnya.





*~"~*





Oniel masih merasakan kesal, bahkan hingga malam harinya. Gadis bergigi kelinci itu tengah merebahkan dirinya di ranjang milik Mira. Memperhatikan gadis yang lebih tua darinya itu tengah memainkan handphonenya. Membuat Oniel menghela nafas.

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang