15

715 146 10
                                    

Oniel meremas jari jarinya dengan gusar. Tangannya sudah terasa pegal karena sedari tadi menyetir motor dengan kecepatan pelan. Dan lebih sering menarik tuas rem untuk berhenti.

Pagi ini jalanan begitu macet, tidak seperti biasanya. Sudah hampir setengah jam Oniel terjebak di sekitar sini. Di bawah terik matahari pagi yang menyengat dan menyilaukan mata.

Oniel menyeka keringatnya sejenak dengan tangan. Lalu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Jelas ia sudah terlambat untuk masuk ke sekolah.

Setelah jalanan kembali lancar, Oniel menarik tuas gas. Menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Setidaknya, ia tidak mau terlambat lebih lama lagi.

Sampai di pertigaan dekat sekolah, Oniel hendak berbelok ke kanan. Suara klakson mobil mengejutkannya. Dan jika saja Oniel tidak segera menarik tuas rem dan menahan motor dengan kakinya, maka motornya akan menabrak mobil yang datang dari arah kiri dan ia akan jatuh.

Ingin rasanya Oniel mengumpatkan kata kata kasar. Tapi Oniel sadar ini juga karena kelalaiannya. Akhirnya ia menghela nafas dan menoleh ke arah kiri, menatap pengendara mobil yang sudah menepikan mobilnya dan keluar dari sana.

Entah harus merasa lega atau bagaimana tapi Oniel jelas tau siapa gadis yang baru saja keluar dari mobil itu. Menatapnya dengan intens dan menghampirinya.

"Loh, Oniel? Lo gakpapa?" Tanya gadis itu.

Oniel menggeleng pelan, masih dengan nafasnya yang sedikit naik turun karena terkejut, "Nggak kok, Kak Erika. Gakpapa."

"Lo beneran gakpapa? Gak ada yang luka?" Erika memperhatikan seluruh tubuh Oniel dari ujung kepala sampai kaki, memasang tatapan bersalah, "Lo tadi kaget ya? Maaf banget ya, Niel."

"Gakpapa kok, Kak. Beneran. Gue aja yang tadi gak konsen." Oniel juga jadi ikut merasa tidak enak pada Erika, "Gue juga minta maaf tadi ngebut. Lo gak kenapa kenapa kan, Kak?"

Erika menggeleng, "Nggak kok. Gue gak kenapa kenapa."

"Kak Erika, ayo! Lah kok Oniel sih?"

Suara itu membuat Erika dan Oniel menoleh ke arah mobil. Eve tengah mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Menatap keduanya dengan heran.

"Iya, Eve. Sabar ya, bentar bentar." Jawab Erika, lalu beralih ke Oniel, "Yaudah, Niel, kalo lo gak kenapa kenapa. Lain kali hati hati ya."

Oniel tersenyum, menganggukan kepalanya, "Kak Erika juga hati hati di jalan."

"Gue duluan ya, mereka udah telat soalnya," Erika menunjukkan ke dalam mobil, dimana ada Kakak beradik yang sedang menumpang mobilnya itu sekarang, "Lo juga udah telat kan?"

Oniel mengangguk kembali, "Iya, Kak." Ia lalu menyalakan kembali mesin motornya, "Duluan ya, Kak."

Setelah motor Oniel pergi, Erika kembali masuk ke mobil. Duduk di kursi kemudi dengan santainya. Dan disambut oleh tatapan tajam kedua orang yang juga ada di dalam mobil.

"Apa?" Tanya Erika.

"Ih, Kak Erika. Cepetan. Udah telat ini." Rengek Eve, kesal pada Erika yang menurutnya terlalu santai.

"Iya, Eve. Astaga. Sabar dong." Erika menginjak pedal gasnya, menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, "Kita hampir nabrak anak orang, kalo dia atau kita kenapa kenapa gimana coba?"

"Tapi dia gakpapa kan tadi?" Tanya Ariel yang duduk di kursi samping kemudi.

"Tadi dia bilang gakpapa sih."

"Beneran?"

Erika mengernyit, ya mana ia tau Oniel berbohong atau tidak soal kondisinya tadi, "Iya. Kalo lo ragu, ya coba tanya lagi aja nanti pas di sekolah."




HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang