Prolog

2.8K 253 16
                                    

Dalam waktu sekitar 10 menit lagi, bel tanda makan siang berakhir akan berbunyi. Ketika hendak menuju kelasnya, Ariel baru mengingat sesuatu. Sebagai bagian dari pengurus ruang radio sekolah, ia ditugaskan untuk selalu mengecek apakah ruang radio sudah dibereskan dengan benar.

"Eve, lo duluan aja ke kelas, gue ada tugas di ruang radio." Ucap Ariel pada Eve, adiknya.

"Kita beda kelas, Krib. Gak peduli gue."

"Bodo amat Alay!"

Ariel melangkahkan kakinya menuju ruang radio. Masuk ke dalam dan memutar pandangannya, mengecek apakah ada yang harus dibereskan atau tidak. Setelah dirasa cukup, ia tersenyum. Lalu beranjak ke luar ruangan.

Saat selesai mengunci pintu dan hendak beranjak, telinga Ariel menangkap sebuah suara. Ariel terdiam sejenak, menajamkan pendengarannya. Mencoba mencari tau darimana suara itu berasal.

Langkah kaki Ariel mengikuti suara itu, yang ternyata berasal dari ruang musik. Ia mengintip dari jendela. Matanya kemudian menemukan seseorang disana.

Duduk memunggungi arah jendela sambil memetik gitarnya dan bernyanyi lagu Rahasia Cintaku dari Kahitna. Suaranya terdengar agak berat namun halus. Dari posturnya saat duduk, Ariel bisa mengira bahwa gadis itu bertubuh tinggi. Setidaknya lebih tinggi darinya. Dengan rambut berwarna gelap lebih sebahu.

Tanpa sadar Ariel terpana. Ia berdiam disana sampai kemudian bel tanda masuk berbunyi, menyadarkan Ariel dari keterpanaannya untuk segera beranjak menuju kelas.




*~"~*




Oniel membuka pintu kamarnya perlahan. Ia masuk dan meletakkan tasnya di pinggir ranjang. Seperti biasa berjalan ke meja belajar, mengotak atik radio, dan menyetel saluran yang biasa ia dengar di jam 3 sore.

Gadis itu kemudian akan duduk disana selama satu jam kedepan hanya untuk mendengarkan suara yang menjadi favoritnya sejak beberapa bulan belakangan. Suara renyah nan ceria yang mengalihkan perhatian dan membuatnya penasaran dari saat kata salam pertama yang diucapkan.

Oniel selalu merasa senang saat mendengar suaranya. Senyum manis dengan gigi kelincinya itu tidak pernah luntur selama siaran berlangsung. Sesekali ikut tertawa saat gadis di seberang sana menguar tawanya. Tawa yang menurut Oniel sangat memikat dan mengundang.

Dan Oniel baru sadar bahwa ia pernah mendengar suara yang sangat mirip. Hanya suaranya, Oniel tidak pernah sempat untuk melihat wujudnya. Atau mungkin tidak sadar?


"Kakak baru pulang sekolah kok gak ganti baju dulu?"

Suara itu mengagetkan Oniel. Membuatnya tersadar dari lamunannya dan menoleh. Mamanya sudah berdiri di ambang pintu kamar.

Oniel tidak menjawab. Ia hanya mematikan radio, beranjak dari meja belajar, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti seragam sekolahnya.

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang