16

804 156 12
                                    

Ariel berdecak sambil menghentakkan kakinya. Menatap handphonenya yang mati total karena baterainya habis. Salahnya juga kenapa lupa membawa chargernya.

"Alay anjir. Malah ninggalin gue. Liat aja ya, gue aduin Mami." Gerutu Ariel.

Tadi saat selesai piket, Ariel baru saja akan menemui Eve di kelasnya. Tapi ternyata adiknya itu sudah tidak ada di kelasnya. Teman sekelasnya bilang bahwa tadi Eve keluar bersama Adel. Dan Ariel tau apa yang terjadi kalau sudah begitu.

"Ini gue baliknya gimana anjir? Masa jalan kaki sih? Mana gue gak ngerti bus,"

Kepala Ariel mulai mengitar, memperhatikan koridor yang sudah mulai sepi karena kebanyakan murid sudah pulang dari tadi, seolah mencari pertolongan. Membuat Ariel mulai gelisah. Ia tidak akan terjebak disini sampai malam kan?

Dari kejauhan mata Ariel menangkap sosok Oniel di ujung koridor, dekat dengan tangga. Gadis itu nampaknya berniat naik, tapi Ariel lebih dulu memanggilnya.

"Oniel!"

Teriakan itu membuat Oniel menoleh, mengurungkan niatnya untuk naik. Melihat Ariel yang berjalan mendekat.

"Niel, untung gue liat lo. Gue boleh minta tolong gak?"

Oniel mengernyit, "Minta tolong apa?"

"Eve ninggalin gue pergi sama Adel. Handphone gue mati. Gue boleh minjem handphone lo gak buat mesen ojol?" Pinta Ariel.

Oniel diam sejenak, memperhatikan wajah Ariel yang nampak memelas dan panik. Perlahan tangannya mengeluarkan handphone dari saku roknya. Lalu menyerahkannya ke Ariel.

"Thanks, Niel."

Ariel mengambil handphone Oniel, lalu membuka aplikasi ojek online dan mencocokan titik tujuannya di maps. Oniel memperhatikannya dari belakang punggung Ariel.

"Lagi gak siaran, Ci?" Tanya Oniel saat sadar bahwa titik tujuan Ariel berbeda dengan gedung siaran yang Oniel tau.

Ariel menoleh sekilas, "Siaran. Tapi ada jurnal gue yang ketinggalan di rumah. Makanya gue mau balik dulu ngambil, baru kesana."

"Bolak balik gitu?"

"Ya mau gimana lagi? Gue juga teledor banget sih hari ini, gak bawa charger, gak bawa jurnal."

"Perlu gue anter aja gak? Biar lo gak ribet, hemat ongkosnya juga,"

Ariel menoleh, "Tapi kan jadi lo yang harus bolak balik, Niel. Mana lo harus latihan abis ini."

"Ya gak juga sih,"

Ariel menggeleng, menolak tawaran Oniel, "Gak. Nanti lo malah capek, latihan lo gak maksimal. Malah diomelin sama Bu Melody,"

"Beneran nih, gak mau?" Tawar Oniel sekali lagi.

"Iya, Niel. Udah lo disini aja mending nyiapin tenaga."

Oniel menghela nafasnya samar. Kemudian hanya diam setelah tawarannya ditolak. Dan memilih untuk menunggu bersama Ariel disini selama beberapa menit kedepan, karena handphonenya pun masih dipegang oleh Kakak kelasnya itu.

HertzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang