Day 1

12 4 2
                                    

Come.





Aku masih memikirkan bagaimana nasib orang-orang tadi. Sepanjang jalan yang aku lewati pun banyak orang berlarian, penuh kendaraan mati.
Sekarang aku sedang duduk mengistirahatkan kakiku dibawah pohon apa ini- rambutan? dekat rumah akhir kompleks.

Aku juga tak menemukan seorang pun, apakah sedang tidur?. Seketika teringat, sedang ada perayaan di lapangan.
Mungkin aku harus kesana memberitahu mereka.

Tapi berpikir membunyikan pisau lipat dahulu, mungkin di ikat pinggang rok ku?.
Jaraknya tak jauh, hanya lima rumah dari sini.

Aku mencium lengan seragam yang cukup- bau anyir dan keringat. Juga tubuh yang terciprat sedikit bekas darah, rambut berantakan, sepatu copot, apakah mereka akan percaya dengan orang gila ini?.

Berjalan melewati tiga rumah, sudah bisa mendengar suara anak-anak yang bermain juga percakapan orang dewasa.
"LEO BERHENTI DAN MAKAN SANDWICH MU!"

Cukup yakinkan mereka untuk menutup jalan kompleks dan keharmonisan seperti masih bisa datang lagi, ide sederhana yang datang di pikiranku daritadi.
Aku telah menginjakkan kaki di lapangan.

"ITU ASHLEY! KEMARILAH" teriak Amber teman sebayaku melambaikan tangan. Ia sedang meminum lemonade buatan ibunya.
Aku berlari menghampirinya.

Tak kusangka ia malah memelukku.
"Ashley kau telat satu jam lebih, aku bosan. Untung Lysa datang"
aku hanya meringis

"kemarilah aku ambilkan lemonade-" Aku menahan tangannya
"aku- aku harus menemui Austin, dimana dia?"

"umm....- terakhir kali ia berkumpul dengan para mantannya"

Aku menahan langkah kaki dan berbalik
"Apakah melihat ibuku atau Marlowe?"

"Ibumu tadi bilang ingin membeli slada"

"Baru saja?"

"tiga puluh menit yang lalu.."

Aku bolak-balik menanyai orang-orang, sampai menemukan Austin playboy juga memegang jabatan panitia di belakang panggung berkumpul dengan para lelaki.

Aku maju perlahan dan memanggilnya, memalukan.

"Kau panitia, salah satu harapanku untuk meyakinkan mereka. Kita harus menutup jalan masuk kompleks ini dengan- mobil atau beton apalah itu. Kau tau mengapa aku datang terlambat? di sekolahku penuh... seperti kanibal namun lebih ke zombie- aku tau kau tidak akan percaya. Tapi jalan raya belakang sekolah sudah rusuh, Austin.."

ia hanya diam.

"wow wow tenang nyonya, ceritamu sungguh nyata"
teman-temannya yang duduk menertawakanku.

Aku menyeka rambut di sela-sela jari.
"tapi tunggu, apa yang ada di lehermu?" Austin mengusap dagunya
"darah?"

"palsu? pffffttt!..." ia tertawa tanpa membuka mulutnya, membuatku ingin tertawa tapi ini situasi serius.

Aku mengeluarkan pisau lipat yang tersimpan diantara ikat pinggang belakang, namun tak satupun tau.
"Sekarang tebak darimana aku dapat ini" menunjuk didepan matanya

"Ayolah Ashley.. di toko bangunan pun banyak ppfttt.." Aku melempar pisau itu membiarkan Austin melihatnya dan naik ke panggung

"cek satu, dua, tiga. ee- maaf menganggu acara makan kalian. Bisakah kalian mendengarkanku sebentar?. Dua jam lalu, aku masih disekolahku menyaksikan mereka memakan teman-temanku, dan sekitar tiga puluh menit lalu jalan raya rusuh dan penuh militer. Aku tak tau itu apa, tapi sebaiknya kita pulang kerumah dan mengunci semuanya."

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang