Day 3

5 4 1
                                    

Ini bukan latihan!
Tetap di rumah anda dan jangan buka pintu untuk siapapun jika bukan dari kami. Penjemputan akan dilakukan selama tiga hari.
jangan panik dan tetap tenang.
Listrik akan dinyalakan selama 24 jam, setelah itu akan dimatikan sampai batas waktu tak tentu untuk menghindari berita palsu.
Hanya panggilan darurat yang berlaku.

Aku bangun namun hanya membuka mata, mendengar suara keras dari televisi segera bangun. Lupa mengecilkan volume, suaranya pun diulang-ulang. Aku segera menyalakan ponsel. sepuluh pesan tak terbaca dari kakakku, dan banyak lagi dari bermacam grup chat.

"Ashleyy kau ada dimana?!"

"balas pesanku......."

"Disini rusuh, bagaiman dengan disana?????"

"SSHLLEYYYY!"

"Aku tadi melihat ibu di minimarket, tapi sejak kerusuhan aku mencarinya tak ketemu. Ibu pulang kan??"

"mereka... mengerikan, jangan keluar rumah"

"Aku akan segera kembali"

Dan tiga panggilan tak terjawab

"Aku dirumah, ibu belum pulang dua hari lalu"

"Jalan masuk kompleks sudah ditutup, itu ideku. Aku akan cari bantuan dan menemukan kalian. JAGA IBU BAIK-BAIK BAD BITCHHH!"

"JIKA IBU TAK SELAMAT, AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

Aku mengusap air mata, menyakitkan harus menahan tangisan.
Aku membuka semua sosial media, hanya ada sedikit postingan tentang hal ini. Tapi mungkin hari ini akan banyak.

Aku lanjut membuka grup chat satu kompleks, Austin mengirim pesan jika pagar bata rusak malam hari setelah dibuat. Tapi menurutnya tidak ada yang masuk.
Meman beberapa pria berjaga di pintu masuk kompleks.

Tapi mereka tak tau apa-apa.

Aku mengecas senter, ponsel, dan laptop. Mengambil satu baju berwarna hitam dari kardus untuk membungkus lampu penyimpan energi dan membiarkannya menyala.

Aku membuka kulkas, membosankan. Lebih baik memasak mie, stok masih setengah kardus tapi tak mungkin selama pandemi¿ ini aku memakan mie nonstop.

Makan sembari mengawasi keadaan depan rumah dengan teropong. Sama seperti kemarin, tapi lebih berantakan banyak sampah berserakan. Siapa yang membuang sampah disaat saat ini? kemarin tidak ada angin.

Allison mengeong sedari tadi meminta mie walaupun tak akan ia makan. Aku merasa kompleks ini ramai walaupun tak ada seorang dan suara apapun.
Aku bergidik, bagaiman jika tiba-tiba zombie muncul tepat di depan teropong.

Aku memilih fokus makan, berganti tempat untuk makan. Mumpung listrik masih menyala, aku menyalakan radio mendengarkan apapun yang bisa didengar kecuali suara plastik brisik ini.

Sudah ku ganti lima siaran, tetap sama. Tapi kali ini siaran... suara dari seorang wanita yang hanya mengucapkan angka.

Aku tak tau berapa nominalnya.

0 181600190000192400160182300200.

Aku mengerutkan dahi, ini tak mungkin siaran asal-asalan hanya untuk menghibur. Mengambil secarik kertas dan bolpoin untuk menulis. Aku berhenti diangka empat ratus tiga belas, karena angka diulang lagi.

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang