may

3 2 0
                                    


Aku sudah duduk mengantuk di kursi ini lebih dari dua jam, sedangkan yang lain mengobrol dengan temannya.
Chan pergi ke kokpit, kelompok depanku memperdebatkan kimia dan tubuh manusia, belakangnya menangis sembari bercerita tentang keluarga dan suara lain yang melawak tentang cara mereka melawan zombie.

"Kau punya pacar?" Pertanyaan Ed yang menyontak jiwa mengantuk
"huh, tidak-" "Kalau kau sendiri?"
Meringis memperlihatkan gigi dan gusi
"Keluarga, satu istri, dua anak laki-laki"

Jawabannya membuatku ikut meringis
"hehe, berapa umur mereka?"

"Tujuh dan dua belas"
"Kalau Frank?" pemilik nama langsung mengintip dari samping
"Satu tunangan" Ia memajukan kelima jari untuk pamer cincin.
"Calonnya dari Italy" tambah Ed.

"Chan?"
"Satu istri dan satu bayi"
"Sebenarnya Kapten tak suka dipanggil Chan- terlalu ke-chinaan." Frank menggeleng.

Dikepalaku langsung terputar lagu super idol.

"Jadi Ed paling tua"
"-Apa?? Kapten paling tua, tapi telat menikah saja.."
"Aku dua puluh tiga, Ed dua puluh delapan dan Chan sudah tiga puluh an"

"Tunggu- lalu kenapa kalian selalu mengatakan 'satu istri'? aku juga tau kalian cuma punya satu" kedua alis naik.
Ed dan Frank tertawa- terlalu keras.
"Sebenarnya kami seli- pin sedikit candaan, untung kau sadar"

Aku menggeleng, jokes bapak dan calon bapak memang berbeda.

Sherksherk.

"Kita 3 menit menuju pengungsian, pastikan tak ada yang tertinggal"

Aku berbalik mengintip dari jendela oval. Barisan pohon kelapa menjulang tinggi dan beberapa jenis pohon lain menghiasi jalan aspal. Kontainer bermacam warna, satu tumpuk, membatasi suatu wilayah.
Pos penjagaan yang tinggi.

Helikopter berjalan maju lebih jauh meninggalkan jalan raya, memasuki pasir putih.
Tembok beton luas, dari atas sini terlihat tinggi dan juga lebar. Dengan lampu besar di atas, juga penjaga.

Mataku mengerjab beberapa kali, sungguh pemandangan ini sangat memuaskan mata milikku. Aku tak menyangka hal seperti ini terjadi di dunia- apalagi di negara ini.
"Itulah mengapa kami hanya memberi sedikit bantuan saat kerusuhan pertama"

"Tapi percuma jika infeksi mulai lagi dari pengungsi yang sudah masuk"

"Itu yang kami cemaskan juga"

Helikopter sampai di atas pemukiman warga yang dijadikan pengungsian. Hanya ada sedikit tenda hijau yang didirikan.
Di bibir pantai, bersandar berbagai kapal dan perahu.
Di sebelah batu karang besar menjadi tempat dua kapal induk bersandar, menampung helikopter dan jet.

Tak ada pesawat komersial.
Disanalah helikopter akan mendarat.

*****








Semua keluar dalam barisan satu persatu, tapi ini masih tercampur. Di luar, dibagi barisan lagi- Austin, Agatha, Marlowe, 3 tentara dan yang lain di barisan lain.
Aku tak berhenti mengumpat, berada dalam satu barisan bersama orang dari Lavent.

Maksudku- kenapa aku bersaing dengan grandmaster.

"Sebut nama, umur, tempat tanggal lahir dan bidang pendidikan"

"Lona, 18, rumah sakit*** Oktober**, informatika di oxford"

"Glen, 22, ***, neurosains di st Andrew"

".... Kardiologi di Queensland (UQ)"

Dan jawaban lain yang tak berhenti membuatku melototkan mata.
Sepertinya barisan ini akan diperlakukan berbeda.
"Ashleyy..." bisik Frank, namun berteriak.
Kedua tangan menguncup di sekitar mulut.
Dan memberikan kedua jempol.

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang