bloody cat

1 1 0
                                    

Upacara hari senin yang sama sekali tak menumbuhkan rasa cinta tanah air, tertib dan disiplin terlaksana saat ini. Pembina memasuki lapangan.
Panas terik matahari dari timur, memaksa keringat punggung keluar. Pidato yang menurut pembina sangat singkat, namun pembawaan seperti siput.

Anak laki-laki di belakang tak bisa diam, sepertinya mereka yang seharusnya jadi perempuan.
Anak kelas sebelah yang selalu memprotes perilaku anak sekelas ku.
Cewek 'pick me girl' di barisan belakang, langganan uks karena darah rendahnya.

Anak pendiam ditempatkan di barisan sebelah kakak kelas.
Sekumpulan circle 'family issue' sehingga kurang perhatian, mulutnya terus mengucapkan kata.

Dan siambis, -Aku, berada di dua barisan dari depan.
Aku melirik jam tangan, pidato berakhir di menit 13 dilanjutkan aktivitas upacara seperti biasa selama bertahun-tahun.

Pembina upacara yang tadinya sudah mundur, kembali naik ke podium.
"HARI INI ADA RAZIA RAMBUT UNTUK YANG LELAKI DAN PASANGAN MESRA YANG KAMI TANGKAP KEMARIN. YANG MERASA RAMBUTNYA PANJANG, SILAHKAN MAJU!!"

Perempuan, anak kelas sebelah maju
"YANG LAKI-LAKI!"

Bisikan tertawa memenuhi barisan.
Ku lirik anak itu. Sama saja 'pick me girl' dan ku yakin tindakannya ini sekedar caper.

Beberapa siswa digeret pak guru ke tengah lapangan- dan tiga perempuan.
"NAH INI BETINANYA YA PAK"
Ntah makanan apa yang membuat ketiga siswi itu masih PD tersenyum disaat dipermalukan.

"Itukan Kayla kelas 11D, ketangkep nih dia pas cipokan??" diiringi kekehan.

"Gilak gilak, gue ga nyangka dia ketauhan"
Begitulah percakapan wanita.

"ARH! kucing goblok!!"
Aku menoleh ke barisan laki-laki. Edi menekan jari telunjuknya yang berdarah.
2 anak PMI mendekat.
"Eh, astaga... darahnya. Ayo ke uks!"
Ia memberi tisu.

"Gapapa kok, nanti juga sembuh" tolaknya.

*

Aku duduk di kursi kelas, menengok ke kursi Edi yang kosong.
"Edi kemana?" tanyaku kepada steve yang lewat.
"Di UKS tuh, kangen ya? yakan, yakan?" ia menaik turunkan alis.

Dasar anak ga jelas.

AAARHHHG.

Sekelas sontak hening ketika terdengar teriakan anak laki-laki pasti- itu bukan raungan entah dari ruang mana. Dan suara guru-guru yang berusaha menenangkan, berlarian di koridor.

Aku ikut keluar bersama yang lain, di luar sudah banyak murid.
Di depan ruang UKS, Edi dengan jari telunjuknya yang diperban namun masih berdarah berusaha keluar dari kekangan dua satpam.

"Tenang nak, tenang. Kamu ini kenapa???"

Baru datang berapa menit, keadaan koridor sudah rusuh dengan teriakan Edi, suara guru yang menenangkan dan siswi-siswi yang kadang ikut berteriak melihat perilaku Edi.

"Shley, ayo pergi aja, berisik banget" protes Exsa di sampingku.
Aku melirik luka di jari Edi
"Ayo!" ia langsung ku tarik.

"Edi kenapa ya?" Aku menaikkan bahu.
"Shock?"
"Gamungkin lah, dia cowok loh. Cuma kegigit jarinya doang"

Aku berhenti, ada tiga petugas PMI yang berdiri di dekat tiga tong sampah.
Tanpa basa basi langsung ku hampiri
"E-edi kenapa ya?"

Mereka menggeleng "gatau juga, tadi tiba-tiba diem.... aja bahkan ga kedip. Terus Nisa pergi sebentar eh dia ngaung-ngaung ga jelas. Liat nih" Ia menunjukkan telapak tangannya yang terkena cakaran.

Aku dan Exsa bertukar tatapan
"owh gitu, makasih ya" dan pergi.

"Maksud mereka apa coba??"

Satu kata yang terpikirkan "Rabies?"

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang