About Duane

0 0 0
                                    

Aku mengecek jam tangan yang tak ku pakai namun selalu di saku celana. Bersiap memakai sarung tangan putih berbahan karet, tentu sudah tau misiku apa. Eh tentu belum.
Aku menamati botol Cally dengan seksama, memutarnya. Tangan ini terasa sangat gatal ingin membuka kayu kecil yang menutupi botol.

Aku menyembunyikan botol tersebut di bawah bantal begitu saja dan menurunkan resleting tenda perlahan agak tak ada yang mendengar. Segera menuju tenda Cally.

Aku menyobek kembali terpal yang menjadi alas tenda seperti awal, terus menggali tepat di tempat botol Cally ku temukan, mungkin ada sesuatu yang ku lewatkan.

Butiran pasir yang mengenai terpal terus menimbulkan suara, tapi bagaimana lagi, aku menggalinya dengan tangan, kalau pelan-pelan ya kapan kelarnya. 

Hufft... setelah sekian menit aku menggali ternyata hanya menemukan kerang kerang di dalam pasir.
Aku kembali menutup lubang yang digali, tapi-

kenapa ada suara seperti kertas terkena pasir?..OH MAMMA MIA! aku kembali menggaliii teruss dann....

GULUNGAN KERTAS bertali pita hitam!.

Baru kali ini aku melihat pita hitam..

Buru-buru aku merapikan kekacauan di tenda Cally yang membutuhkan sekitar 20 menitan dan segera keluar. Aku kembali ke tendaku sembari berjalan mundur. Karena sembari menghilangkan jejak sandalku di pasir.

Tinggal dua langkah saja, sesuatu....

"Ashley.."

GODDAMIT!
semua hewan di kebun binatang terpanggil.

Aku melirik ke kiri perlahan dan mendapati Evan berdiri termangu dengan secangkir kopi dan rokok melihatku berjalan jongkok, apalagi mundur.

Aku tak berkata apa apa, hanya diam sembari melototinya dalam remang remang cahaya senter.
shit.

Kami saling melempar tatapan heran sejenak sampai Evan mendekat. Aku berdiri sementara kedua tangan di belakang berusaha menyembunyikan gulungan kertas di celah celana, juga mencopot sarung tangan.

"Kau darimana, Shley?"

"E-eh, dari kamar mandi. Kau sehabis ngopi ya?" jawabku cengingisan.

"Emang kalo balik dari kamar mandi harus jalan mundur ya? Ini lagi mau keluar tenda.." gumamnya yang masih bisa ku dengar

"Emang boleh ya??"

"Boleh dong asal ga ketahuan, mau ikut?"

"kemana??" pertanyaan tolol, pake nanya lagi, otakku ngelag sejenak.

Ia tersenyum lirih yang membuatku ber oh ternyata dia bisa senyum "Keluar tenda dong.."

"em ya- aku ikut tapi duluan aja"

Evan mengiyakan dan pergi, aku masuk menyembunyikan gulungan dan menyusulnya.

Kami duduk di potongan batang pohon kelapa tepat di belakang tenda, aku melirik ke kanan dan kiri hanya ada cahaya redup sedangkan jika lurus ke depan, sangat terang karena kami menghadap di sebuah kapal besar ntah apa yang sedang terjadi di dalam.

Tidak, satu lagi. Karang di sebelah kapal, yang terlihat seperti gua juga terlihat terang.

Evan tak membuka pembicaraan, jadi aku diam saja.

"Shley, tadi kau ada masalah apa di depan distrik 22?"

"Masalah? oh tak ada-"

"Tak ada apanya- aku lihat sendiri kau ditodong pistol"

"Ohh... itu...  hanya pria creepy yang mengikutiku-"

"Jika aku diposisimu seperti itu, Lewis mungkin tak akan berbuat seperti itu. Dia terlihat membelamu"

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang