Day 7

4 3 0
                                    

End
































Inilah akhir dari kesendirian mereka bertiga.

Aku terbangun pukul dua pagi, sungguh tak ada yang membangunkanku dari segi manapun. Sekeliling agak diterangi cahaya rembulan, aku keluar ke atap mengintip satu titik putih di langit biru tua.
Dan mengambil teropong, ini pekerjaanku sekarang.

Aku heran, dari kemarin tak ada yang keluar bahkan manusia- zombie yang diam mematung. Apakah mereka sedang melakukan hibernasi atau ini sudah berakhir.
Allison bangun- hampir memanjat atap tapi hanya ku gendong untuk melihat keluar.

Tak kusangka bertahan hidup ditengah zombie semudah ini, tak seperti di film yang pemeran utama malah mencari masalah.
Sialan apa yang aku katakan.

Allison panik, ia meloncat kebelakangku dan kakinya bertumpu di wajah. Berjalan di atas meja penuh buku tebal, salah satu terjatuh, Ia bersembunyi di bantal. Ntah apa yang membuatnya seperti itu.

Aku bangun dan meneropong ke bawah. Goshh! darimana mereka datangnya, semua orang berdiri memenuhi jalanan- menatap rumah ini tak berkedip. Mereka bukan orang normal.
Aku segera mengambil tas kain dan kebawah berusaha tidak membuat suara.

Mengambil semua makanan kering di lemari pendingin- dan benda tajam yang ku sembunyikan.
Aku mengendap ke belakang mengecek Agatha. Kakinya menendang tanah berusaha bebas, ku buka lakbannya.
"Mereka tau.."

"Diam dan masuk ke kamar mandi, jangan berisik" Ku bantu dirinya masuk ke kamar mandi dekat dapur, tak kusangka ia masih sadar dan menurut saja.
Saat ku tutup pintu, ia menyentuh jariku
"Berpuralah seperti mereka, mereka bodoh- seperti semua orang. Maafkan aku"

Aku menguncinya.

Saat melewati mesin cuci gaya lama- dua tabung, aku memiliki ide.

Sebagian baju dipindahkan ke pengeringan, sebagiannya tetap untuk menutupi ketika bersembunyi. Aku mengambil obeng dan melubangi bagian samping paling atas.
Berganti ke kulkas.

Kebetulan lemari pendinginku ini memiliki 2 pintu dan cukup besar. Semua barang dan kaca ku keluarkan, cukup untuk tubuh Austin yang skeleton.
Aku menuju kamar depan untuk membawa Austin ke loteng.

Pintu terbuka, wajah Austin- semuanya panik
"Sialan kau! mereka di depan rumah, please jangan usir ak-"
Langsung ku tarik tangannya.
"Sekarang kau mau menyalakan lampu dan menarik mereka?? manusia??"
Kami naik ke loteng.

"Kita seharusnya keluar, kenapa malah ke sini??"
"Lewat mana???"

"Pintu belakang?"

"Ck! otakmu dangkal sekali, lalu kemana jika mereka semua memenuhi jalan?. Kau kira kita di desa dan bisa masuk-masuk ke hutan?"

"Kenapa tidak ada polisi atau militer yang datang? atau hanya kita yang masih selamat, 'the last human girl and boy'"

"Shutup! aku yakin mereka ingin evakuasi tapi tak ada pasukan yang membersihkan jalan. Bayangkan satu jalan kota penuh mobil bagaimana kendaraan lain lewat?"

Austin merebut teropong
"FUCK FUCK! Mereka berubah formasi!"
"maksudmu?¿"

"Aku yakin tadi bapak kaos merah itu disebelah kiri, bukan ditengah"
"terus?"
"Kita tak boleh satu menit pun lalai, mereka bergerak cepat"
"shit, kita harus bagaimana?" Ia sungguh berantakan

"Tenang, kau ceroboh jika panik!"
"Tenang???" Austin berdecih berbalik mengamati keadaan luar.

Ia tiba-tiba mendorongku mendekat atap
"Mereka pergi kemana??????" kali ini degub jantung paling cepat yang pernah ku rasakan, hampir meledak.

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang