Stranger

0 0 0
                                    


Dan ternyata.....

Seorang lelaki memakai kaos dalaman berwarna hijau menampilkan bahunya, celana kacang hijau panjang, dan bandana yang ia gunakan sebagai masker. Ia tertangkap basah sedang mengikutiku. Ketika ia sadar aku melihatnya, ia langsung mendekat ke salah satu pengungsi dan pura pura bertanya.
Saat itu juga, aku berlari belok ke kiri, belakang tenda.

Aku mengambil jaket warna coklat bata yang tergantung lebih bagus daripada milikku lalu menukarnya. Aku mengambil sandal gunung lalu memakainya, saat itu juga aku menyadari.

Sial!
jejak kakiku terpampang jelas di pasir! aku mengintip depan belakang, lalu memakai tujung jaket dan berlari ke distrik 22 lewat jalan utama, bukan celah lagi.

Sepanjang jalan aku tak henti mengumpat dan beristighfar.

shit, shit, shittt! siapa itu tadi?? bagaimana jika dia memang mengikutiku, apakah dia akan memperkosa?? atau menjadikanku objek penelitian???.

Tiba-tiba bolpoinku jatuh, aku memutar badan dan mengambilnya. Namun saat aku berdiri, ku lihat pria itu mengamati kesana kemari seperti mencariku.
Walaupun jantung terasa copot, aku tetap berusaha tenang dan tidak menunjukkan gelagat mencurigakan.

Setelah Puluhan langkah kaki, akhirnya aku sampai di depan tenda Lewis. Hari ini terlihat lebih sibuk daripada sebelumnya, aku menunggu di luar. Tak mungkin masuk, banyak pria.

Seorang pria keluar dari tenda memegang wajahnya yang babak belur, dan dia adalah Frank. Sontak aku menghentikannya
"Astaga paman Frank!! apa yang terjadi??" Ia hanya acuh.
Tiba-tiba ia berbalik "jangan panggil aku 'paman'. Aku bukan pamanmu".

Seorang pria juga keluar hendak mengejar Frank namun ditahan ke-2 temannya.
"WOI FRANK KALO BERANI KESINI DONG! JANGAN LARI!"

Dan aku tau persis apa yang menjadi masalahnya.

Aku memotong ocehannya "Um. Permisi, apakah Lewisnya ada?"

"Eh, kamu siapa nyari-nyari Lewis? dia belum bisa ngasih tanda tangan" Aku memberinya look

'dih'

"Serius." ekspreksiku kaku.

"Ya, kau tau dia habis adu baku hantam dengan orang itu, Fra-"

"-Ya Frank aku tau, mungkin masalah dengan May?"

"Kok tau?"

sigh.. "Sudahlah cepat panggilkan dia suruh kesini"

"Tak bisa, dia sedang diobati"

Aku melirik ke samping kanan, bisa kulihat si 'spyer' datang lagi. Aku mepet di belakang teman si om cerewet ini.
"shhtt... cepatt, aku sedang diikuti seseorang"
Ia menoleh kesana kemari.
"Sebelah kananku, memakai bandana hitam"

Ia mendengus "Baiklah, ayo masuk"
Aku melotot "Apa? masuk? no! didalam banyak lelaki, aku malu lah!"

"Tidak... hanya geng kami saja"

Aku pun terpaksa masuk. Ternyata di dalam sepi, hanya ada dua orang ntah siapa, Lewis yang sedang diobati seorang teman, aku, si om cerewet, dan satu temannya.

Ketika Lewis melihatku, ia langsung menepuk jidat. 
"Apa lagi yang kau mau?"

"eh um. Aku akan menjelaskan sebentar. Jadi saat aku berpencar mencari Cally, aku melihat denah pengungsian ini sebentar. Ketika kulihat lebih detail, ada tulisan ini" Aku menyodorkan tanganku.

"Hen, tolong kertas sama bolpoin" pinta Lewis ke om cerewet. Ia pun menyalinnya.
Lewis tiba-tiba tertawa
"Haduhh... kekonyolan apa lagi sih Shley?"

VIOKASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang