#HP 3

7 4 0
                                    

Happy Reading Guys :)

Jangan Lupa Vote dan Comment yaa

Sudah seminggu Bellen berada di ruang dirinya benar-benar merasa muak dengan semua ini, menapa ia harus dikurung seperti ini? siapa mereka yang selalu membawa makanan yang setiap waktu? siapa mereka yang berbadan besar? Mengapa setiap dirinya bertanya tidak pernah ditanggapi seolah dirinya ini hantu. Bellen mengacak rambutnya frustasi.

BRAK...BRAK...BRAK....

Dirinya sudah tidak tahan lagi, ia menggebrak pintu dengan sangat keras "JIKA KALIAN TIDAK MEMBUKA KAN PINTU INI AKU AKAN MENGHANCURKAN NYA" teriak Bellen.

"APA KALIAN SEMUA TULI, HAHH?"

"KELUARKAN AKU DARI SINI !!!!"

"ATAU AKU AKAN MENGHANCURKAN SEMUA YANG ADA DISINII !!!"

Jika saja di kamar ini ada jendela mungkin ia akan keluar melewati jendela saja, namun kamar ini hanya terdapat tembok di sekelilingnya.

Bellen kembali menggebrak pintu sampai kedua buku tanggan nya berdarah, tetapi itu tidak membuat Bellen menyerah sedangkan di luar ruangan seorang wanita paruh baya meghampiri dua bodyguard yang menjaga pintu ruangan itu.

"Apa sebaiknya kalian biarkan saja wanita itu keluar?" ucapnya takut kepada keduanya.

"Lebih baik kau tidak usah ikut campur jika kau tidak ingin kehilangan pekerjaan mu" ucap salah satunya.

Wanita paruh baya itu menatap pintu nanar, ia langsung kembali ke dapur. Ia sadar bahwa ia tidak harus terlibat dengan ini semua tetapi ia tidak tega dengan wanita yang ada di kamar itu. Selama seminggu wanita itu selalu berteriak ingin keluar tetapi tidak dihirukan. Jika tahu seperti ini ia akan menolak permintaan permintaan tuan nya itu untuk menjaga wanita ini.

Di dalam kamar, Bellen sudah habis kesabaran, ia mengacak isi kamar tersebut seperti kapal pecah ia juga tak segan-segan untuk menghancurkan semua barang-barang yang ada di ruangan ini seperti orang kerasukan.

Pyar...

Prang...

Brak...

Mendengar barang-barang berjatuhan membuat dua bodyguard itu terkejut, mereka tidak menyangka wanita yang di bawa tuan nya itu bisa bertindak demikian. Sedangkan wanita paruh baya itu kembali lagi dan mulai mengkhawatirkan keadaan Bellen di dalam. Ia membujuk bodyguard itu untuk membukakkan pintu namun selalu saja di tolak.

Akhirnya ia mengambil telepon rumah dan menghubungi seseorang.

"Ada apa, Anne?"

Ternyata wanita itu bernama Anne dan orang yang di hubungi nya adalah Roger.

"Tuan, wanita itu terus saja berteriak ingin keluar bagaimana jika kau suruh dua bodyguard itu mebukakan pintu nya akan kupastikan dirinya tidak akan kabur" ucap Anne panjang lebar.

Sedangkan Roger terkekeh mendengar perkataan Anne "Bagaimana kalau kau siapkan saja makanan untuk nya"

Tut..tut..tut..

Panggilan berakhir, Anne menarik napas panjang ia kembali kedapur untuk menyiapkan makanan.

Sedangkan Roger melihat semua yang dilakukan Bellen lewat laptopnya. Ia mengambil benda pipih disakunya dan menghubungi seseorang.

"Semua sudah siap?" tanya nya dengan suara dingin

...

"Aku ingin semua sudah selesai malam ini juga!" perintah Roger tak terbantahkan.

Panggilan pun berakhir, entah apa yang di rencanakan oleh Roger sekarang.

Dilain sisi, sudah 2 jam Bellen behenti mengamuk dan sekarang dirinya sedang duduk di samping ranjang dengan memeluk lututnya sambil menangisi kemalangan yang menimpa dirinya, ia tidak tahu harus mengadu kemana bahkan ia berfikir Tuhan pun enggan menolong nya.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Anne yang selalu membawa makanan, namun saat ini dirinya sedang tidak ingin makan apapun.

"Bawa saja makanan itu, aku tidak menginginkan nya!" perintah Bellen

Anne tahu bahwa Bellen sedang tidak ingin di ganggu saat ini, jadi dia menaruh makanan di atas nakas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Baru saja Anne ingin keluar tiba-tiba ia mendengar cicitan Bellen.

"Bisakah kau temani aku disini?" cicitnya

"Jika kau tidak keberatan" lanjutnya

Anne berbalik dan menghampiri Bellen dan langsung memeluk nya. Tubuh Bellen kembali bergetar Anne tahu jika gadis ini sedang menangis. Ia membiarkan saja Bellen menangis di pelukannya. setelah beberapa saat tangisan Bellen berhenti dan Anne segera menyuruhnya untuk makan agar Bellen tidak jatuh sakit.

"Aku menghargai usaha mu nyonya" Bellen mendorong makanan yang di sodorkan didepannya.

"Apa kau tahu? Kau adalah wanita yang sangat perhatian selain ibu ku, tapi maaf sekarang aku sedang tidak ingin makan apapun, aku tahu kau mengkhawatirkan ku tapi sekarang aku benar-benar lelah dan kau bisa keluar sekarang, kedua monster itu menatapku dengan tatapan ingin membunuh" Anne yang mendengar itu langsung membalikkan badan nya dan benar saja bodyguard itu sudah di dalam kamar dan sedang memperhatikan meraka.

"Tap-ii kau harus makan nona, nanti kau bisa sakit" ucap nya khawatir.

Bellen bangkit dan berjalan ke atas ranjang "Bahkan sebelum aku berada disini aku sudah sakit bahkan jiwa ku jauh lebih sakit" setelah mengucapkan itu ia menutup seluruh badan nya dengan selimut.

Anne menarik nafas nya lelah, ia menaruh makanan kembali ke atas nakas.

HITAM PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang