CHAPTER 01

1.6K 57 1
                                    


Ini cerita perdana saya, maaf jika alurnya kurang dipahami atau apa. Saya akan berusaha untuk jadi lebih baik untuk cerita lain, terimakasih.

Welcome to the stall Moonless Night

             HAPPY READING 📖

”Cinta yang  aku inginkan mendapatkan luka. Kadang aku membenci keadaan, tapi aku juga harus menerima kenyataan.”

           Aisha Gantara Aileen

”Di mana-mana itu ngak ada yang mau ngaku kalau ibunya itu seorang pelacur! Ya, pasti malulah kalau semua orang tau pekerjaan ibunya itu menjual di-- ups! Maaf, mulut gue keceplosan. Biasa gue kalau ngomong itu kebanyakan faktanya.”

Wanita berbalut jas hitam itu menatap gadis di depannya dengan tatapan merendahkan, sebut saja namanya Dena.

”De, serius kalau ibunya Aisha pelacur? Kok, gue nggak tahu, ya?” tanya Chessy dengan wajahnya yang terlihat kaget.

”Sejak kapan gue bohong? Kenyataannya emang begitu, cuma ditutupi aja biar nggak malu sama murid-murid lainnya.”

”Aku salah apa sama kamu, De? Yang tau semuanya tentang ibuku adalah aku. Jadi, kamu jangan sok tahu semuanya tentang kehidupan dia! Lagian ibuku juga udah nggak ada, ngapain bawa-bawa dia!” Tegas Aisha. Gadis itu mencoba untuk menahan tangisnya di depan Dena, Chessy dan Aubrey.

”Lo nggak salah, sih. Meskipun Ibu lo udah nggak ada, itu tidak menutupi kenyataannya sebagai wanita penghibur.”

Semua murid di SMA Kusuma menatap Aisha dengan tatapan tidak suka, meskipun begitu gadis itu tidak memperdulikan itu semua. Saat ini, Aisha ingin pergi dari mereka bertiga. Akan tetapi, Dena menahan tangan Aisha.

”Lepasin, De! Aku mau masuk kelas, aku nggak ada urusan sama kamu,” ujar Aisha dengan suara khasnya. Namun, ucapan gadis itu tidak digubris oleh Dena. Ia malah mencengkeram erat tangan Aisha sehingga gadis cantik itu kesakitan.

”Buru-buru amat, padahal kita belum main-main, ya, nggak guys?” Dena menatap teman-temannya dengan senyuman tipisnya. Tetapi, bermakna.

Dena mengambil botol air mineral dari tangan Aubrey dan menyiramnya ke atas kepalanya Aisha. Sekarang rambut dan baju Aisha sudah basah akibat ulahnya mereka, rasanya gadis itu pengen marah. Akan tetapi, tidak bisa.

”Yah, jadi basah. Gimana dong? Kalau baju lo basah, berarti lo nggak bisa masuk kelas dong. Dan nggak bisa ikut ulangan, dan nilai lo juga bakalan rendah.” Dena sengaja menyiram Aisha agar dia tidak bisa masuk kelas dan mengikuti ulangan. Pasalnya Aisha adalah murid terpintar di sekolah. Jadi, wajar aja kalau Dena iri sama Aisha.

Aisha melangkah pergi dan meninggalkan mereka bertiga di sana, dibully sama Dena itu sudah menjadi makanan pokok bagi Aisha. Toh, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mengeluh pun percuma, nggak ada yang peduli juga.

Di dalam kelas, semua murid sudah duduk di bangkunya masing-masing. Begitu juga dengan Aisha, ia sudah menyediakan pulpen dan buku kosong untuk mengikuti ulangan. Dena melihat Aisha dengan tatapan tak suka, mungkin karena gadis itu tetap mengikuti ulangan.

Beberapa menit kemudian, guru pun datang dan langsung memberikan soal untuk ulangan tanpa basa-basi. Jumlah soal tersebut ada sepuluh, dan  guru itu memberikan waktu tiga puluh menit.

”Jika ada yang kedapatan mencontek, maka kertas ulangan akan Ibu ambil dan tidak akan bisa mengikuti ulangan ke depannya. Paham semuanya?” tanya Buk Elma dengan mata terus mengawasi semua muridnya.

”Paham, Buk,” jawab mereka kompak.

Tak butuh waktu lama, Aisha dapat menyelesaikan ulangan matematika dalam waktu dua puluh menit. Ia pun langsung mengumpulkan kertas tersebut ke gurunya, lalu menunggu murid yang lainnya selesai.

Moonless Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang