CHAPTER 09

310 17 0
                                    

Aku tahu sebenarnya kamu tidak ingin melakukan kejahatan. Namun, keadaanlah yang membuatmu terpaksa harus melakukannya.

Kavin Arion Dirgantara

”Lakukan saja apa yang Ayah perintahkan! Kamu tau bukan apa yang akan terjadi selanjutnya jika kamu menolak permintaan Ayah yang ini?” tanya seorang pria paruh baya pada pemuda di depannya.

”Tapi Ayah, aku tidak mau berhadapan dengan seorang wanita. Apalagi sampai menyakiti hatinya, tidak baik jika seorang laki-laki menyakiti wanita,” tuturnya lembut, terlihat jelas jika dia menolak akan perintah ayahnya itu.

”Sejak kapan kamu sudah berani ngebantah perintah Ayah, hah?! Apa yang Ayah berikan selama ini kurang cukupkah?! Ayah benar-benar tidak menyangka kamu bakal menolaknya.” Pria itu memasang raut wajah yang begitu menyedihkan untuk menarik perhatian anaknya.

”Baiklah, aku akan melakukan apa yang Ayah mau. Aku akan berusaha sebisa mungkin agar hasilnya tidak mengecewakan.”

Pria berbaju hitam itu tersenyum tipis saat mendengar jawaban dari anaknya yang begitu memuaskan hati, setelah itu ia mengambil sesuatu dari saku bajunya.

”Ambil ini dan bukalah.” Raga menyerahkan selembar kertas yang berisi data pribadi milik targetnya.

Kavin melirik sekilas kertas tersebut, lalu mengambilnya tak lupa ia membukanya untuk melihat isi di dalam. Sebenarnya hati Kavin tidak tega, namun apa boleh buat. Ia juga tidak mungkin membuat ayahnya sedih. Sungguh, ini pilihan yang sangat sulit untuknya.

”Besok kamu akan Ayah pindahkan ke sekolah baru, masalah surat pindah sekolah biar Ayah yang urus semuanya. Kamu hanya perlu turuti perkataan Ayah aja.”

”Tapi, kenapa harus sampai pindah sekolah? Bagaimana dengan teman-teman Kavin yang di sana?”

”Karena gadis itu tidak satu sekolah dengan sekolah kamu, jadi mau tidak mau kamu harus tetap pindah. Di sana juga kamu pasti bakal ketemu sama teman yang baru, meskipun kamu nggak satu sekolah sama teman lamamu, tapi kalian masih bisa komunikasi dan bertemu satu sama lain. Jadi, kamu cukup jalankan sesuai dengan apa yang Ayah perintahkan.”

”Baik, Ayah.” Kavin hanya bisa menurut.

Di sisi lain, Aisha masih setia duduk di dalam kamar sambil belajar dengan tekun. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Hatinya merasa tidak tenang karena Adytama belum pulang.

”Kenapa Ayah belum pulang, padahal sudah jam segini?”

Gadis cantik itu melanjutkan kembali kegiatan belajarnya sambil menunggu sang ayah pulang. Sampai-sampai ia tertidur di atas tumpukan buku sangking lelahnya menunggu.

Malam sudah berlalu tergantikan dengan pagi yang cerah, Aisha masih terlelap tanpa mengubah posisi tidur. Matanya indahnya perlahan terbuka, tak lupa dia merentangkan kedua tangan untuk merenggangkan kedua ototnya.

Setelah menyadari ia harus berangkat ke sekolah, dengan terburu-buru ia membereskan semua buku untuk dimasukkan kembali ke dalam tas. Ketika semuanya telah usai, gadis itu memilih untuk bertemu dengan kakaknya terlebih dulu.

”Kak, Ayah pulang nggak tadi malam?”

”Nggak,” jawaban singkat dari Aris membuat Aisha patah semangat.

Moonless Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang