CHAPTER 04

386 23 1
                                    

”Bagaimana bisa aku berkata jujur? Jika penjelasanku saja tidak pernah mereka dengarkan.”

            Aisha Gantara Aileen

Aisha membuka matanya pelan, melirik ke seluruh ruangan bernuansa putih yang menurutnya sangat berbeda. Ia langsung mengubah posisi yang tadinya tidur menjadi duduk, seketika matanya melotot saat melihat dirinya bukan berada di kamar sendiri. Melainkan berada di kamar hotel.

Gadis itu mencoba untuk mengingat kembali apa yang terjadi padanya, Aisha langsung menoleh ke arah tubuhnya yang masih tertutup dengan gaun. Matanya mulai berkaca-kaca, lalu menutup dadanya dengan tangan.

”Bagaimana bisa mahkota yang sudah bersusah payah aku jaga selama ini menghilang dalam sekejap? Apa yang akan terjadi kalau mereka tau aku sudah ternodai?” Tangisnya pecah, ia langsung bangkit dari tempat tidur dan hendak pergi dari sana.

Matanya tak sengaja menatap kertas di atas nakas, Aisha mengambil kemudian membacanya. Kertas itu berisi tulisan ....

’Jangan sedih, aku sudah berhasil menyelamatkanmu dari pria bajingan itu. Dan satu lagi, aku tidak menyentuh tubuhmu yang lainnya sama sekali selain membaringkan tubuhmu di atas kasur. Aku juga tidak mengambil hak yang kamu jaga selama ini, jadi jangan menangis. Pakailah jaket di atas kasur untuk menutupi lekuk tubuhmu. Di dalam saku bajunya ada sedikit uang untuk kamu naik taksi, jadi pakailah.’

Aisha bernafas lega saat membaca kertas tersebut, setidaknya orang itu sudah cukup baik tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aisha langsung mengambil jaket tersebut dan memakainya. Ia harus bertemu dengan pria itu dan mengucapkan terima kasih secara langsung. Akan tetapi, bagaimana caranya?

”Terima kasih banyak orang baik, semoga Tuhan membalas kebaikanmu,” ucapnya, setelahnya ia beranjak keluar.

Menunggu taksi di pinggir jalan, seperti menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Setelah membuatnya menunggu, kini taksi pun telah tiba. Untuk sampai ke rumah Aisha membutuhkan waktu beberapa menit.

”Terima kasih banyak, Pak,” tuturnya lembut.

Langkah kecilnya beralih masuk ke dalam halaman rumah, jantungnya kembali bersenam. Aisha takut? Ya, takut akan Adytama menyiksanya kembali. Untuk kali ini gadis cantik itu memang bersalah karena tidak meminta izin untuk berpergian.

”Habis dari mana kamu? Jual diri? Kamu pikir saya tidak tau kalau kamu semalam nggak ada di rumah, hah?!” teriak Adytama.

”M--maaf, Ayah.”

”Maaf-maaf, saya jijik mendengar permintaan maaf darimu! Laku berapa semalam?! Berapa banyak pria yang sudah kamu layani?”

Tubuh gadis itu mematung, ia tidak berani menjawab ayahnya.

”JAWAB JALANG! JAWAB SAYA!” Murka Adytama yang amarahnya sudah di ubun-ubun.

Untuk pertama kalinya seumur hidup Aisha dipanggil jalang oleh ayahnya sendiri, jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan Aisha sekarang. Shock sekaligus kecewa.

”Aisha bukan jalang, Yah. A--”

”KALAU BUKAN JALANG, LALU APA? LONTE? SAMA AJA DUA-DUANYA NGGAK ADA BEDANYA! ANAK SAMA IBU SAMA AJA, SAMA-SAMA JALANG!”

”Aisha tadi malam pergi ke pesta ulang tahunnya teman,” jelasnya, nyatanya memang begitu.

”KAMU PIKIR SAYA PERCAYA? TIDAK AKAN! SAYA TIDAK PERCAYA SAMA KAMU! KATAKAN YANG JUJUR, DARI MANA SAJA KAMU?!”

”Dari rumah teman, Aisha berkata jujur aja Ayah nggak percaya.”

Pria itu menyuruh Aisha berkata jujur, tetapi ia tidak mempercayainya. Sungguh pria aneh!

Moonless Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang