CHAPTER 13

587 22 4
                                    

   ”Cinta hanya akan mendatangkan   malapetaka bagi diri sendiri.”

                 __takdirkematian__

Di meja kantin, Ilona dan Aisha duduk berdampingan. Nasi yang lengkap dengan lauknya sudah tersedia di depan mereka berdua siap untuk disantap.

”Makan gih, ntar nasinya keburu dingin nggak enak lagi,” kata Ilona, tersenyum lalu mengambil nasi.

Aisha hanya mengangguk pelan menanggapi perkataan Ilona, lalu memakan nasi tersebut. Di tengah-tengah lahapnya memakan, kedatangan Dena membuat kantin yang tadinya lumayan ribut menjadi hening. Tidak ada yang berani berkutik sedikitpun, wanita itu menghampiri Aisha bersama dengan sahabatnya.

Dena menatap Aisha tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun membuat gadis yang ditatapnya ketakutan.

Aisha menghela nafas, ”Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa ada yang salah?”

Denada tersenyum sinis, lalu mendekati Aisha. ”Tentu saja ada yang salah, kalau gue perhatiin makanannya lo kayaknya kurang lauk, deh.” Ia mengalihkan matanya ke piring yang berisi nasi itu.

”Lauk segini udah cukup, kok, De. Nggak perlu ditambah lagi, lagian nasinya juga mau habis,” ucap gadis itu lembut. Ia hendak memakan nasinya lagi, namun ditahan oleh tangan Dena.

”Meskipun nasinya mau habis, makan tanpa lauk itu nggak enak. Sini piringnya.” Dengan cepat ia mengambil piring Aisha, senyuman sinis.

Dena menambahkan telur mentah dan minuman floridina jeruk ke dalam nasi Aisha, lalu diaduknya secara merata. Percayalah, nasinya terlihat seperti muntah kucing. Siapa pun nggak bakal sanggup melihatnya apalagi untuk dimakan.

”Kurang baik apa coba gue, makan nasinya cepat!” Perintah Dena, sedangkan Aubrey dan Chessy hanya bisa menyaksikan aksi yang dilakukan oleh sahabatnya.

”Nggak mau, nasinya terlihat seperti muntah kucing.” Aisha tetap nggak mau memakannya, namun bukan Denada namanya kalau membiarkan Aisha lolos begitu aja.

”Makan!”

”Nggak mau!”

”Udah berani ya lo sekarang, makan sekarang atau lo bakal tau akibatnya. Atau lo mau lihat apa yang bakal gue lakuin selanjutnya? Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue!”

”I--iya, aku makan sekarang.”

Tangan gadis itu gemetar, matanya sudah memerah. Akan tetapi, ia berusaha agar tidak menangis.

Karena Aisha memakannya terlalu lambat membuat Dena yang melihatnya geram. Tangan Dena menarik rambut Aisha ke belakang sehingga kepala gadis itu terangkat ke atas, Dena memasukkan nasi itu secara paksa ke dalam mulut Aisha. Bahkan, untuk bernafas aja gadis itu kesusahan karena tersedak makanan.

Air matanya berhasil lolos, mukanya sudah kotor. Denada tersenyum puas, begitu juga dengan teman-temannya.

”Rasanya pasti enakkan? Makanya kalau gue bilangin yang nurut, jadi gue ngak perlu repot-repot ngelakuinnya sendiri.”

Ilona dan murid lainnya hanya bisa menyaksikan tanpa bisa membantu, kalau mereka membantu orang lain yang ada mereka sendiri yang akan menjadi sasaran selanjutnya.

Setelah kepergian mereka dari kantin, kantin kembali menjadi ribut. Murid berbisik-bisik sambil menatap Aisha yang begitu memprihatinkan.

”Maaf ya, Ai. Gue nggak bisa bantuin lo barusan, gue emang nggak berguna jadi teman lo.” Ia memegang pundak Aisha, mengusapnya pelan mencoba untuk menenangkan gadis itu.

Moonless Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang