Mata amethyst yang biasanya tenang dan lembut, kini menatap tajam dengan urat-urat menunjuk di sekitar matanya. Ia terengah-engah menatap sang lawan, beralih menatap timnya, tim 7, dan semua para shinobi lainnya. Semua tenaga mereka mulai terkuras, Kemabli menatap sang lawan.
"Apakah hanya segini saja kemampuan kalian?!" Teriakan itu terdengar menjengkelkan bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Tidak! Kami akan berjuang hingga titik darah penghabisan! Camkan itu, Pain!" Naruto berteriak kuat dengan chakra orange perlahan menyelimuti tubuhnya.
"Hoo... Benarkah?" Pain menyeringai kejam, tangannya terangkat, perlahan besi hitam muncul, terbang ke arah Naruto.Hinata terkejut melihat beberapa besi hitam meluncur ke arah sang pujaan hati.
'Tidak!' batinnya takut, tubuhnya gemetar.Jleb
Jleb
Jleb
Jleb
JlebLima besi hitam itu menancap pada tubuh Hinata yang kini terbaring di atas tanah.
"Hinata!" Teriak semua para shinobi dan Naruto.
"Uhuk" Hinata terbatuk memuntahkan darah. Ia benar-benar kesakitan saat kelima besi itu menancap pada kedua tangan, kedua kaki, dan punggung tengahnya.Semua berlari ke arah dirinya yang benar-benar sekarat.
"Sialan! Aku akan membunuhmu, Pain!" Teriak Naruto murka. Bahkan, kini rubah miliknya telah muncul di belakangnya.
"Benarkah?" Pertanyaan bernada santai itu semakin membuat Naruto kalut.Kurama perlahan membuka mulutnya, mengeluarkan chakra berbentuk bola hitam kecil yang perlahan membesar. Namun, belum sempat chakra itu dilepaskan, Pain langsung menghilang.
"Pain! Kembali, sialan! Pecundang! Teriak Naruto, perlahan chakra orange dan kurama menghilang. Ia kemudian berlari tergesa-gesa ke arah Hinata yang berbaring dengan Tsunade yang mengalirkan chakra hijau pada luka-luka gadis itu.
"N-Naruto-kun." panggil Hinata lirih, nyaris seperti berbisik.
"Ya? Aku di sini, Hinata! Aku di sini!" Naruto mengambil dan menggenggam tangan kiri gadis itu, menempelkan ke pipinya yang kini berlinang air mata.
"Terima kasih sudah membalas perasaanku... meski kau hanya berpura-pura" bibir gadis itu tersenyum lembut dan lemah.Naruto menggeleng kuat, menahan isak tangisnya.
"Tidak, Hinata! Aku mencintaimu, sungguh!" Ungkapnya mengeratkan genggamannya.
"B-benarkah?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Hinata terdengar bahagia meski terkadang meringis menahan sakit.
"Sangat, aku sangat mencintaimu" lirih Naruto memejamkan matanya.
"Kalau begitu, terima kasih karena telah mencintaiku dengan tulus, Naruto-kun. Aku akan pergi dengan tenang" suara lembut itu semakin lirih.
"Tidak! Baa-san, kumohon selamatkan dia. Kumohon, Baa-san. Hinata, kau akan hidup. Kau tidak boleh meninggalkanku!" Naruto mendesak Tsunade yang tengah berusaha menyembuhkan Hinata tanpa menyadari jika wanita tua cantik itu tengah menahan getaran tubuh dengan air mata mengalir deras.
"Tidak, Naruto-kun. Waktuku sudah habis. Terima kasih, Naruto-kun. Terima kasih semuanya." Bersamaan dengan kata itu, seluruh napas dan detak jantung Hinata berhenti. Tangannya yang tadinya menggenggam tangan Naruto pun kehilangan tenaganya.Jeritan pilu terdengar menggema dari seluruh Shinobi. Namun, paling menderita diantara mereka adalah Hiashi dan Hanabi. Mereka belum sempat mengatakan bahwa mereka sangat menyayangi anak dan kakaknya itu.
.
.
.
"Ugh" lenguhan itu keluar dari bibir ranum pemilik tubuh mungil yang tengah terbaring di bawah pohon rindang dengan tas berada di pangkuannya.Perlahan kelopak matanya terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Setelah sadar, ia menatap telapak tangannya.
"Apa aku sudah mati?" Gumamnya meletakkan tangannya ke atas tasnya, mendongak menatap langit biru dengan gumpalan kapas.Tiba-tiba ia tersentak saat guncangan terasa di atas tanah.
"Ada apa ini?" Ia berdiri, menatap ke sekelilingnya.Sebuah asap hijau meluncur dari depannya membuat ia mengernyit heran.
"Asap hijau?" Gumamnya melompat menaiki dahan pohon yang tinggi.
"Byakugan" urat-urat disekitar matanya langsung menonjol dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel From God
General Fiction🪄[Discontinued]🪄 Disaat invasi Pain terjadi, Hinata Hyuga merelakan nyawanya demi pujaan hatinya. Namun, saat semua organ tubuhnya terhenti, entah kenapa ia bisa bangun di tempat yang tak ia kenali. Tempat dimana kehidupan barunya dimulai. Hinata...