2

1.3K 121 21
                                    

Perlahan mata Hinata terbuka, menampakkan mata merah dengan tiga titik tomoe.
"M-matamu!" Ucap Hange kaget, begitu juga dengan Levi dan Erwin.
"S-sakit." Lirih Hinata meringis.
"Matamu berubah!" Ucap Hange memberikan sebuah cermin pada gadis itu.

Hinata mengambil cermin itu, menatap wajahnya yang bersimbah darah, lalu beralih menatap matanya. Ia yang terkejut langsung melempar cermin itu ke atas pangkuannya.
"M-mata s-sharingan?! Bagaimana bisa?!" Terkejut Hinata, ia kemudian menutup matanya kembali.
"Jangan tatap mataku!" Lanjutnya.
"Ada apa? Kenapa dengan matamu? Kenapa tidak boleh kami lihat?" Tanya Erwin.
"Kalian akan terjebak dalam ilusi, bahkan bisa mati!" Ucap Hinata takut.

Mereka bertiga terkejut mendengar Hinata, begitu juga dengan para penjaga di belakang mereka.
.
.
.
Keesokan harinya, tentang keadaan Hinata telah sampai ke berbagai pasukan, menciptakan sebuah pro dan kontra, tetapi dirahasiakan pada masyarakat luas.

Hange datang ke ruang bawah tanah, tepatnya ke tempat Hinata ditahan.
"Yo, Hinata! Aku datang menjemputmu untuk pengadilan." Ucap Hange memegang jeruji besi itu.
"P-pengadilan?" Tatapan Hinata tampak sedikit takut.
"Ya. Tapi sebelum itu, kau harus memakai ini." Hange menunjukkan sebuah borgol.

Hinata membelakangi Hange yang tengah memasangkan borgol padanya.
"Jalan!" Ucap Hange dan Hinata segera berjalan mengikuti Hange, sedangkan di belakangnya terlihat beberapa pasukan kepolisian tengah mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di ruang pengadilan, terlihat telah banyak orang-orang penting, termasuk para pasukan pengintai, pasukan militer, para religion, para petinggi, termasuk para hakim Shiganshina.

Hinata duduk berlutut di atas lantai dengan borgol tangannya dimasukkan ke dalam tiang agar tidak dapat memberontak.
"Hyuga Hinata!" Ucap hakim tertinggi.
"H-ha'i." Gugup Hinata.
"Apa kau bukan dari dalam dinding?" Tanya hakim.
"Tidak." Jawab Hinata.

Erwin, Levi, dan Hange melihat Hinata dalam diam, begitu juga dengan semua yang berada di ruang pengadilan.

Hakim itu mengambil selembar kertas dari atas mejanya.
"Apa benar kau mengalahkan titan dengan tangan kosong?" Tanya hakim.
"Benar." Jawab Hinata.
"Monster! Pasti dia monster! Tidak ada manusia yang bisa melawan titan dengan tangan kosong!" Teriak salah satu pria yang hadir dalam pengadilan. Hinata yang mendengar itu langsung terkejut dan melihat pria itu dengan tatapan tak percaya.
"Benar! Tidak ada manusia yang bisa melawan titan dengan tangan kosong!" Teriak pria lainnya.

Duk, duk, duk

Suara meja yang dipukul oleh hakim tertinggi itu membuat mereka semua terdiam.
"Aku belum mengizinkan siapa pun untuk bicara! Baiklah, kita dengarkan terlebih dahulu pendapat dari Kepolisian Militer." Ucap hakim.
"Ha'i! Komandan Pasukan Kepolisian, Nile Dawk, melaporkan! Menurut kami, Hinata Hyuga perlu diasingkan untuk penelitian terhadap tubuhnya. Mendengar dia bisa melawan beberapa titan tanpa menggunakan senjata apa pun, itu terdengar sangat mustahil, hingga kami beranggapan dia adalah monster yang bisa saja memusnahkan kita melebihi titan!" Jelas Nile menatap hakim, lalu beralih menatap Hinata yang bergetar.
"Itu tidak perlu dilakukan! Manusia seperti dirinya pasti akan membawa masalah pada kedamaian di dalam dinding!" Ucap seorang religion tidak setuju, menentang persoalan tentang gadis itu untuk diasingkan.

Hinata menatap tidak percaya pada pria yang memakai jubah hitam itu.
"Selanjutnya kita dengar pendapat dari Pasukan Pengintai." Ucap hakim.
"Ha'i! Komandan Pasukan Pengintai, Erwin Smith, melaporkan! Kami dari Pasukan Pengintai meminta Hinata Hyuga untuk bergabung dalam Pasukan Pengintai, dan menggunakan kekuatan aneh dalam tubuhnya untuk mengambil alih Dinding Maria. Itulah laporan dari saya." Jelas Erwin.
"Hm, apa kau yakin?" Tanya hakim.
"Ha'i. Dengan kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa, kita bisa menaklukkan kembali Dinding Maria. Saya rasa itu adalah pilihan yang paling tepat untuk kondisi sekarang ini." Jelas Erwin.
"Benarkah? Kali ini akan kau mulai dari mana misi eksplorasimu?" Tanya hakim.
"Kali ini kami berencana berangkat melakukan ekspedisi, sekaligus menguji coba kekuatan gadis itu." Jelas Erwin.
"Tunggu, apa dinding lain sudah dipastikan aman?! Jika kita memperkuat setiap gerbang dinding, tak perlu ada yang kita takutkan lagi!" Ucap pria yang memakai pakaian sedikit berkelas.
"Diam! Dasar kau penyembah uang! Dengan kekuatan gadis itu, kita bisa mengambil kembali Dinding Maria!" Ucap pria yang lain.
"Kami sudah bosan memberikan upah pada orang-orang yang membuang nyawa seperti kalian!" Teriak pria yang lain.
"Mulutmu besar juga, babi kurang ajar. Siapa yang menjamin raksasa itu akan diam dan membiarkan kita memperkuat pertahanan dinding? Yang kau maksud dengan kata 'kita' itu adalah kalian, yang bisa hidup dibawah perlindungan kami, kan? Ada beberapa orang yang menderita kelaparan, tapi itu tidak terjadi pada babi-babi seperti kalian, bukan?" Tanya Levi dengan santai, namun menusuk.
"A-aku hanya ingin mengatakan jika kita menggunakan seluruh dinding, kita akan aman." Ucap pria yang memakai pakaian sedikit mahal itu.
"Cukup! Hentikan! Jangan keluarkan pendapat pribadi kalian di tempat ini!  Hinata Hyuga, aku ada pertanyaan untukmu. Sekarang kamu memiliki kesempatan untuk bergabung dalam Pasukan Pengintai, dan apa kau yakin bisa menggunakan kekuatan yang kami tidak ketahui dengan baik?" Tanya hakim.
"Ha'i! Saya yakin! Saya sudah menguasai seluruh kekuatan saya!" Ucap Hinata tegas.
"Tidak, aku tidak setuju jika dia berada di dalam dinding!" Ucap pria yang lain.
"T-tunggu, aku bukan monster! Percayalah! Aku akan mengorbankan diriku untuk menyelamatkan kalian dari neraka ini! Aku tidak akan berkhianat!" Ucap Hinata tegas.
'Aku tidak akan mati! Kami-sama telah mengirimkan ke tempat ini, pasti Kami-sama ingin aku menyelamatkan dunia ini! Aku tidak akan menyerah untuk meyakinkan mereka! Aku tidak akan mati untuk yang kedua kalinya sebelum misiku berhasil!' batin Hinata menguatkan dirinya.
"Monster! Kau adalah monster! Tidak ada manusia yang memiliki kekuatan!" Teriak pria yang lainnya.
"Dia harus dibunuh!" Teriak pria yang lain.
"Tidak! Tunggu! Aku tidak akan berkhianat!" Teriak Hinata hingga borgol itu tertarik, namun dengan keras tertahan tiang penghalang itu, karena hal itu juga semua orang dalam ruangan itu terdiam beberapa saat.
"Dia monster! Pasti dia akan menyerang kita!" Teriak seorang pria kaya.
"Kemudian, semalam kami mendapat laporan jika gadis itu berteriak-teriak dan matanya berubah merah dengan tiga tanda koma di setiap matanya. Dari mulutnya juga ia mengatakan jika menatap matanya, maka orang akan masuk dalam ilusi, bahkan bisa membunuhnya." Jelas Nile.
"Percayalah padaku! Aku akan menyelamatkan kalian, meskipun aku bukan dari dunia ini! Aku... Aku bukan orang jahat! Percayalah padaku!" Teriak Hinata dengan air mata yang telah mengalir.
"Bersiap!" Ucap Nile dan salah satu pasukan langsung mengambil senapannya, mengarahkannya pada Hinata yang terdiam melotot menatap pria yang menodongkan senjata padanya.

Angel From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang