6

852 85 12
                                    

Hinata, Mikasa, dan Sasha tengah berjalan-jalan di dalam kota. Mereka sesekali akan bercerita dan membalas sapaan para penduduk. Mereka juga memakai seragam pasukan, tak lupa Manuver Gear yang selalu bertengger di kedua kaki mereka. Tapi tidak dengan Hinata yang memakai kaos berwarna merah muda dan rok berwarna peach sebatas betis, tidak lupa dengan tas yang selalu ia bawa kemana pun.
"Besok kita akan melakukan ekspedisi lagi." Ucap Mikasa.
"Kau benar, kita harus mempersiapkan diri lagi untuk kemungkinan yang akan terjadi." Ucap Sasha.
"Semoga kita menggenggam kemenangan kembali untuk besok." Ucap Hinata.

Mereka bertiga kemudian menatap ke atas dinding yang menunjukkan banyak tubuh kecil yang mereka yakini para pasukan pengintai menyusun meriam, kini telah turun dari atas sana.
"Semua benar-benar melakukan hal yang terbaik untuk melindungi diri dan warga." Ucap Hinata diangguki Sasha dan Mikasa.
"Sebaiknya ki-"

Duaaarrr

Ucapan Mikasa terpotong saat melihat Colossal Titan muncul di luar dinding.

Duaaarrr

Dinding bawah yang menjadi pelindung mereka kini hancur karena dihancurkan oleh Colossal Titan.
"Kyaaaa!" teriakan ketakutan terdengar dari para warga yang melihat Colossal Titan dan semakin takut lagi saat melihat para titan masuk dari dinding yang hancur itu.
"Kyaaaa!" teriakan ketakutan tak ada hentinya dari para warga yang kini tengah berlari menyelamatkan diri.

Dari atas, terlihat para pasukan pengintai sudah terbang menggunakan Manuver Gear dengan kedua tangan memegang dua pedang.
"Kita harus segera pergi!" Ucap Mikasa terbang menggunakan Manuver Gear, disusul Sasha.

Namun, Hinata masih terdiam menatap Colossal Titan yang sangat tinggi dan besar. Ia benar-benar tidak menduga jika Colossal Titan setinggi dan sebesar itu, melebihi tinggi dinding berukuran 50 meter.

Bruk

Ia yang dalam keadaan terkejut harus tersadar saat seorang wanita tidak sengaja menabraknya saat berlari hingga ia jatuh terduduk.
"Kami-sama." Gumamnya melihat semua warga tengah berlari ketakutan menghindari para titan yang kini telah masuk.
"Tou-san! Kaa-san! Hiks... Kalian dimana?! Hiks..." Tangis seorang anak perempuan berumur 8 tahun memeluk bonekanya.

Hinata terdiam melihat anak itu yang menangis, hingga satu titan setinggi 14 meter datang berlari.

Drap
Drap
Drap

Saat satu langkah lagi akan menginjak tubuh anak itu, Hinata langsung melompat cepat menolong anak itu yang kini dalam gendongannya. Ia langsung berlari cepat ke arah gerbang yang akan membawa mereka entah kemana, ia tidak tahu. Ia menurunkan anak itu di sekumpulan warga yang berusaha masuk ke gerbang untuk menyelamatkan diri.

Hinata berbalik membelakangi para warga yang tengah ketakutan itu.

Satu titan yang akan menginjak anak ia tolong tadi telah tampak di hadapannya, semua warga bahkan berbalik menatap titan itu.
"Kyaaaa! Cepat! Cepat! Dia mendekat! Matilah kita!" Ucap mereka ketakutan diiringi tangisan banyak orang.

Hinata mengambil pisau seorang pria yang bertengger manis di pinggangnya, ia merobek roknya hingga sebatas paha, mengejutkan semua penduduk dan Pasukan Kepolisian yang melihat Hinata merobek roknya.
"H-hei, apa yang kau lakukan!" Teriak salah satu Pasukan Kepolisian.
"Byakugan!" Ucap Hinata mengaktifkan byakugan, ia berlari secepat kilat, melompat setinggi titan itu dan memukul leher belakang titan itu hingga terpisah dari tubuhnya.
"Apa itu?!" Teriak Pasukan Kepolisian dan para penduduk yang tidak pernah melihat Hinata yang kini melompat turun dari atas titan.
"Kalian, cepat selamatkan diri!" Teriak Hinata pada para warga lalu berbalik menatap para titan dari kejauhan. Ia kemudian mengambil dua pedang dari salah satu pasukan kepolisian, membuat pria itu berteriak.
"Kagebunshin no jutsu!" Ucap Hinata membuat 100 bayangan menyerupai dirinya, kemudian mereka berlari dan melompati atap-atap rumah.
"Apa itu?! Mengapa dia menjadi banyak?!" Teriak salah satu pasukan militer.
.
.
.
Hinata terus melompati atap demi atap.
"Lihat! Itu Hinata!" Teriak Jean.
"Hinata!" Teriak Armin dan Connie.

Hinata dan seluruh bayangannya langsung melompat tinggi mencapai para titan itu, menyayat dalam leher belakang para titan itu. Namun, hanya ada sekitar 40 titan yang berhasil dikalahkan karena sebagian bayangannya telah hilang menjadi asap karena tertangkap para titan itu.

Kini semua bayangan Hinata telah menghilang, menyisakan dirinya sendiri yang berdiri di atas atap bersama teman-temannya.
"Aku benar-benar tidak percaya para titan ini bisa masuk!" Ucap Hinata.
"Mereka bisa masuk karena Colossal Titan. Tapi, titan itu telah menghilang entah kemana." Ucap Mikasa.
"Eren, di belakangmu!" Teriak Armin melihat titan yang akan menggigit titan Eren dari belakang.

Titan Eren yang mendengar teriakan Armin langsung berbalik meninju leher titan itu hingga terpisah dari kepalanya. Bahkan tangannya sampai patah dengan asap yang keluar dari tangannya karena terlalu kuat memukul titan itu.

Armin bernafas lega melihat Eren yang berhasil mengalahkan titan itu.
"Sebaiknya kita bergegas!" Ucap Mikasa terbang menggunakan Manuver Gear-nya, begitu juga yang lain.

Hinata menarik napas dalam dan menghembuskannya.
"Mari kita akhiri hari ini!" Gumamnya mengambil gulungan dari tasnya. Ia kemudian berlari ke arah segerombolan titan yang membelakanginya, kemudian melemparkan dua gulungan di tangannya ke udara yang kini terbuka.
"Soshoryuu no jutsu!" ucapnya dan muncullah ratusan senjata dengan kertas peledak meluncur ke arah leher para titan itu.

Duaaarr
Duaaarr
Duaaarr

Ratusan senjata itu menancap dalam ke leher belakang para titan diiringi ledakan dahsyat dari kertas peledak miliknya dan berhasil menumbangkan para titan itu.

Semua warga dan pasukan militer berteriak kagum sekaligus heran melihat kehebatan Hinata.

Hinata kembali melompat tinggi ke arah titan lainnya.
"Hinata! Sebelah kirimu!" Teriak Jean melihat titan wanita yang tangannya akan menggapai Hinata.

Hinata berhenti seketika melihat titan itu.
"Hinata!" Teriak Armin saat jarak tangan titan itu tinggal sedikit lagi untuk menangkap gadis itu.
"Aaarrgghh! Tidak! Hinata!" Lanjut Armin menatap horor pada titan yang menangkap Hinata.
"Hakkesho kaiten no jutsu!" ucap Hinata dan keluarlah chakra berwarna biru berbentuk setengah bulatan bola yang berputar kencang.

Duaaashh

Tangan titan itu seketika patah dan terlempar jauh. Tidak cukup sampai disitu, tangan satunya lagi digerakkan Titan itu untuk menggapai chakra Hinata, namun hal yang sama terjadi dengan tangannya, patah dan melayang entah kemana.

Armin dan pasukan lain yang melihat Hinata selamat bernafas lega kala melihat gadis itu tidak mati.

Hinata menghentikan jurusnya itu, ia kemudia melompat ke pundak titan itu, berlari ke area leher belakang dan menyayat dalam leher itu. Ia melompat ke atas atap saat titan itu akan jatuh ke atas tanah. Ia menatap semua rekannya yang masih sibuk melawan para titan.
"Kyaaaa! Kaa-san, tolong aku! Aku belum ingin mati! Kaa-sa-" teriakan rekannya lenyap seiring tubuhnya tertelan oleh titan itu.

Entah untuk keberapa kalinya Hinata mematung dengan jantung berpacu kencang melihat kejadian mengerikan dari rekannya yang dilahap oleh para titan itu.
"Sialan!" Teriak Hinata mengumpat untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ia mulai melompati atap demi atap, melihat ke bawah dan menemukan banyak darah bercecer, serta mayat para rekannya. Hatinya kembali berdenyut sakit melihat hal itu, tanpa terasa air matanya jatuh mengaliri pipinya.
"Armin!" Teriak Hinata pada Armin yang berdiri di atas atap.


Tuberculosis
Alias
TEBECE
WKWKWKW🤭🤭

Angel From GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang