Levi berbaring di atas tempat tidur dengan selimut menutup tubuhnya hingga sebatas dada. Matanya menatap langit-langit, namun yang ia tangkap bukanlah langit-langit kamarnya, melainkan wajah gadis bersurai indigo dengan mata amethyst yang sedang tersenyum manis.
"Hyuga... Hinata." Gumamnya.Sepanjang ia hidup, belum pernah sekalipun dirinya tertarik dengan seorang gadis, terlebih gadis yang menarik atensinya adalah gadis yang entah dari mana berasal.
Lama memikirkan gadis pemilik mata amethyst itu, ia memejamkan matanya untuk tidur.
.
.
.
Hinata pagi ini tengah berdiri di depan kamar Levi. Ia terlihat gelisah, ragu untuk mengetuk pintu kamar pria itu. Tangannya tak henti-hentinya ia naik turunkan dan memainkan jemarinya.
"Li-" ucapan dan tangannya terhenti saat pintu kamar pria itu terbuka.Levi, pria itu menatap datar pada Hinata yang berdiri di depan kamarnya, meskipun ia sedikit terkejut.
"Apa yang kau lakukan di situ?" Tanya Levi.
"Aku... Aku hanya... B-boleh tunjukkan padaku dimana ada tanaman herbal, Heichou?" Gugup Hinata dengan rona merah di wajahnya, menahan malu karena pria itu muncul di depannya.Levi mengangkat sebelah alisnya, heran dengan permintaan gadis yang lebih pendek darinya itu.
"Untuk?" Tanya Levi maju selangkah ke samping kanan Hinata, menutup pintu, lalu berjalan disusul oleh Hinata.
"Untuk membuat obat penyembuh, Heichou." Ucap Hinata.
"Kau bisa membuatnya?" Tanya Levi, ia melirik gadis di sampingnya dari ekor matanya.
"Tentu, aku juga ahli dalam meracik obat-obatan." Senyum Hinata.
"Akan ku tunjukkan." Ucap Levi.
.
.
.
Disinilah Hinata dan Levi, berdiri di tengah taman yang menumbuhkan berbagai jenis bunga.
"Lavender!" Ucap Hinata berlari ke arah bunga lavender.
"Ku pikir aku tidak akan menemukan lavender di sini." Lanjutnya.
"Kau menyukai lavender?" Tanya Levi mendekati gadis itu.
"Ha'i, Heichou." Angguk Hinata senang.
"Tanaman herbal ada di sebelah sana." Levi menunjuk ke sebelah kanan, ia kemudian berjalan meninggalkan gadis itu.
"Ha'i." Hinata langsung berlari kecil mengikut Levi.Disaat Hinata sibuk mengambil tanaman herbal, Levi dalam diam menatap gerak-gerik gadis itu. Gadis yang akhir-akhir ini merasuki pikirannya.
"Bagaimana bisa kau berada di sini?" Tanya Levi menghentikan Tanan Hinata yang memetik tanaman herbal.
"Hm? Maksud, Heichou?" Hinata menatap Levi dengan memiringkan kepalanya.
'Manis.' batin Levi.
"Apa yang terjadi hingga kau bisa berada di dunia ini?" Tanya pria itu.
"Entahlah. Setahuku, aku mati saat menyelamatkan kekasihku Naruto-kun dalam invasi Pain." Jelas Hinata melanjutkan kegiatannya mengambil tanaman herbal.Levi terdiam saat mendengar kata dan nama kekasih gadis itu. Entah kenapa sedikit tidak suka kala mengetahui gadis itu mati demi menyelamatkan sang pujaan hati.
"Apa kau akan menetap di sini?" Tanya Levi setelah ia diam beberapa saat.
"Tentu saja, Heichou. Memangnya aku bisa menjauh darimu? Terlebih kau selalu mengawasi ku atas perintah para petinggi." Jelas Hinata terkekeh pelan.
'Maksudku, apa kau akan tinggal selamanya atau akan kembali. Bukankah kau sudah mati sejak awal?' batin Levi, sedikit rasa nyeri ia rasakan dalam dadanya.
"Heichou, aku sudah selesai. Ayo kembali." Hinata mengangkat keranjang berisi tanaman herbal kehadapan Levi.Tanpa mengucapkan sepatah kata, Levi langsung berjalan lebih dulu dan disusul Hinata.
Sesampainya di kota, Hinata menoleh ke arah Levi dengan sedikit mendongak.
"Terima kasih sudah menemaniku, Heichou." Ucap Hinata tersenyum pada pria itu.
"Ya." Balas Levi singkat.
"Levi, Hinata." Panggil Hange.
"Hange?" Hinata melambai lembut pada Hange yang di sampingnya berdiri Erwin.
"Wah! Kalian dari mana? Apa kalian kencan?!" Hange terlihat sangat bersemangat menatap kedua manusia berbeda gender itu.
"T-tidak, Hange! Kami hanya mencari tanaman herbal untuk membuat obat." Ucap Hinata menunjukkan keranjang berisi tanaman herbal.
"Ho... Kau bisa membuat obat dari tanaman?" Tanya Hange.
"Ha'i. Dulu aku orang kedua yang ahli dalam hal medis dan membuat medis setelah temanku." Ucap Hinata menurunkan keranjang tanaman herbal yang ia angkat tadi.
"Ne, apa aku boleh ikut melihat cara kau membuatnya?" Hange menatap penuh harap pada Hinata.
"Tentu saja." Angguk Hinata.
"Kalau begitu, ayo kita buat sekarang." Hange langsung menarik tangan Hinata, meninggalkan dua pria berbeda tinggi dan surai itu.
"Erwin/Levi." Mereka berdua berucap bersamaan.Levi memilih pergi meninggalkan pria pirang itu dari pada melanjutkan perkataannya.
"Untuk sekali ini, aku tidak akan mengalah, Levi." Gumam Erwin menatap Levi yang semakin menjauh.
.
.
.
"Hinata, aku benar-benar takjub dengan segala kekuatanmu!" Ucap Hange semangat melihat Hinata yang memberikan cahaya hijau dari tangannya ke tanaman herbal yang sudah ia olah menjadi obat.
"Lalu, untuk apa kekuatanmu itu? untuk tanaman ini?" Lanjut Hange.
"Agar obatnya semakin berkhasiat, Hange." Jawab Hinata tersenyum.
"Apa aku bisa memiliki kekuatan seperti itu?" Tanya Hange menyenderkan pinggulnya ke pinggir meja.
"Tidak, itu karena aku tidak melihat setitik chakra pun dalam tubuhmu, begitu juga dengan yang lainnya." Jelas Hinata.
.
.
.
Hange, Levi, dan Erwin, kini berada di sebuah ruangan khusus milik Hinata. Ruangan itu adalah tempat dimana akan meracik segala jenis ramuan penyembuh. Setelah mengetahui kehebatan gadis itu dalam meracik obat, ia langsung dihadiahkan sebuah ruangan khusus.
"Jadi, ini untuk menyembuhkan apa saja?" Tanya Erwin.
"Yang ini obat untuk menyembuhkan luka pada tubuh, Heichou." Jelas Hinata. pertanyaan tentang obat-obatan yang diracik Hinata terus berlanjut, dan Hinata menjelaskan secara rinci tentang kegunaan setiap obat yang ia racik.
"Jadi, apa aku bisa bertemu dengan orang-orang yang sedang terluka? Aku ingin memberikan ini." Lanjut Hinata tersenyum lembut.
"Tentu, ikut aku." Ucap Erwin.
.
.
.
Hinata berdiri menatap beberapa pria yang terluka akibat serangan titan beberapa waktu lalu, beruntung luka mereka tidak begitu bahaya, misalnya anggota tubuh mereka yang terpisah, namun ini hanya luka dalam pada tubuh mereka.
"Aku akan segera mengobati mereka." Hinata melangkah mendekati seorang pria paruh baya yang berbaring di atas brankar.Erwin, Hange, dan Levi melihat Hinata yang mengambil beberapa botol ramuan dari dalam tasnya dan meletakkannya ke atas nakas.
Gadis itu membuka kancing kemeja pria itu, menuangkan sedikit ramuan ke atas dada yang terluka itu, lalu mengarahkan kedua telapak tangannya ke atas dada pria paruh baya yang terluka, dalam waktu beberapa detik, muncul cahaya hijau dari telapak tangannya, dengan perlahan luka lebar pada dada itu mulai menutup dan kembali mulus.
"L-luka ku!" Terkejut pria itu meraba dadanya yang tidak meninggalkan bekas luka. Tidak hanya pria itu, semua yang ada di ruangan itu ikut terkejut, termasuk Levi, Erwin, dan Hange.
"Ini... benar-benar... mengagumkan!" Ucap Hange dengan ekspresi kagum.
"Ne, anda sudah sembuh." Ucap Hinata tersenyum menatap pria itu yang masih tidak percaya.
"A-apa... b-bagaimana kau melakukannya? A-apa kau m-malaikat?" Tanya pria itu.
"Ti-"
"Ya, dia adalah malaikat yang jatuh dari langit!" Ucap Hange semangat, memotong ucapan Hinata.
"Hange, aku bukan malaikat." Ucap Hinata menggeleng.
"Buktinya kau bisa melakukan apapun." Hange menunjuk pria yang masih menatap dirinya dengan tidak percaya.
"Itu hanya ramuan ninja medis." Hinata menatap Hange.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel From God
General Fiction🪄[Discontinued]🪄 Disaat invasi Pain terjadi, Hinata Hyuga merelakan nyawanya demi pujaan hatinya. Namun, saat semua organ tubuhnya terhenti, entah kenapa ia bisa bangun di tempat yang tak ia kenali. Tempat dimana kehidupan barunya dimulai. Hinata...