Pasutri gemas yang nggak pernah nyangka bakal sampai di fase jadi pasutri.
Mita & Arkan memang dekat. Sejak kecil. Namun dulu mereka tuh cuma teman sepermainan, makin dekat jadi sahabat. Lalu tak disangka benih-benih asmara tumbuh di antara keduanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arkan menghampiri Mita yang tengah mencuci piring usai sarapan. Lelaki itu duduk sambil memandang punggung Mita serta mengamati setiap geraknya.
"Arkan, nanti gue main, ya," ucap Mita membuka suara tanpa menatap Arkan.
"Ke mana?" jawab Arkan santai sembari menuangkan air ke gelas untuk diminumnya.
Mita selesai mencuci. Mengelap tangannya yang basah kemudian berbalik. "Ke rumah Puti," ujarnya.
"Iya. Jangan sore-sore pulangnya."
"Lo kira gue nggak ngerti waktu apa, main sampe sore. Tau gue, bukan gadis lagi, istri orang," kata Mita menggerutu dengan suara pelan.
Arkan tertawa. "Aku cuma ngingetin, Yang. Aku juga tau kamu pasti ngerti waktu. Nggak usah sewot," katanya, menarik pinggang Mita agar mendekat.
Mita menunduk, memandang wajah Arkan dengan raut malas. Arkan mengerling lalu memonyongkan bibirnya sengaja. Membuat Mita sedikit mendelik dan hampir refleks menepuk bibir tersebut.
Lagi-lagi Arkan tertawa namun lebih pelan. "Kamu belum cium aku hari ini. Ayo, ciuman," ucapnya enteng.
"Ciuman noh sama tembok," sahut Mita tak kalah enteng.
"Hm? Rasanya apa ciuman sama tembok?" Arkan berkata dengan polos.
Mita terkikik menatap raut suaminya. Kemudian saat Arkan tengah diam sambil menatapi tembok: mungkin tengah membayangkan berciuman dengan tembok, Mita merunduk lalu mengecup bibir Arkan.
Arkan dibuat kaget kemudian menoleh, namun Mita sudah menjauhkan kepalanya tanpa buru-buru.
"Terlalu singkat, bintang satu," ucap Arkan, masih terus melingkarkan kedua tangan pada pinggang Mita.
Mita menjawab sekenanya, "Lagi nggak mood."
Semakin menarik Mita hingga rapat, Arkan memeluk pinggang sang istri dengan nyaman.
"Ke rumah Puti sama siapa?"
"Arkan, mau duduk," celetuk Mita.
Tanpa melepas pelukan, Arkan mendudukkan Mita di pangkuannya lalu ia mengulang tanya, "Ke rumah Puti sama siapa?"
"Sendiri," balas Mita, menyandarkan punggung pada tubuh Arkan.
"Mau dianterin?"
"Nggak usah, sendiri aja."
Arkan mengangguk-angguk si sela-sela tingkahnya menciumi bahu Mita.
"Nanti temen-temen aku mau ke sini," kata Arkan.
"Banyakan?" ucap Mita sembari mendorong kepala Arkan untuk menjauh dari bahunya. "Geli, ih!"
Namun Arkan tidak peduli, dilanjutnya mengendus bahu ditambah leher Mita. "Temen-temen kelompok KKN aku. Rencananya mau observasi lokasi sekalian cari tempat tinggal. Kumpul dulu di sini," ujar Arkan.