🦋 Butterfly
"Argh " Keluh Reyna kala tendangan dari silvi didapatinya
Sore ini Kelompok itu masih setia membully Reyna. Jika di pikir pikir mereka ini lebih parah dari pada dyandra dulu. Dulu dyandra hanya memukulnya jika tingkat kekesalannya sudah memuncak sisanya hanya ucapan kasar atau makian saja yang reyna dapati, namun sekarang ia bahkan mendapat tendangan berkali kali , jadi tak heran hampir dalam seminggu ini tubuh Reyna rasanya sangat remuk dan lebam di tubuhnya nampak dengan jelas.
" Hah, gue heran sama kalian " Ucap Reyna tergopoh gopoh sambil mencoba untuk berdiri
" Gue gak ada salah sama kalian. Bahkan gue gak pernah bicara sama kalian, tapi kenapa kalian bully gue segininya " Lanjut Reyna, cukup heran entah bagaimana mereka bisa berkenalan dengan dyandra dan entah ada masalah apa mereka dengan Reyna.
" Salah? Kita lagi pengen ngebully aja. Lo, setiap lewat depan kita kagak pernah nunduk. Gue benci dengan lo yang selalu angkuh di sekolah. Lo kira lo siapa?! " Jawaban dari silvi membuat Reyna terkekeh
" Hah? Nunduk? Depan kalian? Gue bukan babu lo. Ngapain gue nunduk, lo bukan orang yang pantas untuk gue hormatin " Remeh Reyna
" Lo gak tau gue siapa hah! "
" siapa? Anak donatur sekolah? Gue gak perduli dan gue gak takut. Lo mau ngebully gue bertameng dyandra? Hah lawak lo, sok sokan berani padahal nyali ciut. Lemah "
Dugh
Kembali, sebuah tendangan mengenai perut Reyna. Membuat Reyna mundur beberapa langkah dan memegang perutnya
Andai bisa melawan, maka mereka sudah dipastikan akan masuk UGD sekarang juga.
Kesal tertahan dari Reyna, dirematnya kuat baju putihnya tersebut berusaha melampiaskan rasa kesal dan sakitnya pada baju itu.
" Apa lo bilang? Lemah? " Kesal silvi, kemudian memberikan kode pada anak buahnya yang berada di bealakng Reyna
Alicya yang mengerti kode tersebut dengan segera menendang punggung Reyna membuat gadis itu tersentak dan jatuh ke tanah bertumpu pada lutut dan kedua tangannya.
Silvi berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Reyna " Lihat! Siapa sekarang yang lemah " gelak tawa terdengar dari ke empat remaja yang kompak membully Reyna dari sepulang sekolah tadi.
" Udah yok cabut " Ajak nya pada anggotanya yang lain, sontak mereka semua pergi meninggalkan Reyna seorang diri di gedung belakang
Reyna menyeret tubuhnya mendekat ke tembok terdekat, bertopang pada dinding tersebut berusaha untuk menenangkan tubuhnya lantaran pusing mendera Reyna dengan sangat kuat.
" Argh, lemah banget gue. Biasanya juga Oke oke aja " Ujar Reyna merasa tubuhnya tak sekuat kemarin kemarin
" Anjwir kagak kebal kebal ni tubuh dah. Perasaan udah dibully bertahun tahun kenapa masih gampang lebam sih " Tolong katakan pada Reyna bahwa tubuhnya itu bukan baja.
" Reyna " Panggil pak satpam tiba tiba membuat Reyna terlonjak kaget
" Pak burhan? Kok belum pulang? "
" Lah, saya yang harusnya nanya sama kamu. Kok kamu belum pulang?! " Reyna yang di gas pak burhan langsung menciut, satpam sekolah ini memang agak sangar memang ditambah lagi kalau begini Reyna sudah tau ia akan bertemu dengan siapa.
" Gelut tuh dia pak, tengok mukanya " Sambut seseorang dari balik tembok
" Sialan Areksa "
" Sekarang kamu pulang, besok pagi keruang BK " Nah kan betul apa yang Reyna tebak. Ia akan bertemu dengan guru kesayangan bu chyntya tercinta
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen FictionReyna seorang remaja perempuan yang tak pernah mengenal kebaikan semesta. 17 Tahun ia hidup tak ada satupun rumah yang dapat ia singgahi. Kata orang, anak adalah anugerah terindah dari Tuhan dan hadiah paling menakjubkan dari semesta. Lalu kapan me...